Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Merindukan Seseorang Adalah Sebuah Bentuk Penyakit (2)



Merindukan Seseorang Adalah Sebuah Bentuk Penyakit (2)

0Ye Sha yang berjaga di luar, tiba-tiba setelah mendengar desahan pelan itu, melepaskan ular tinta tanpa sadar.     

Ia diam-diam menggosokkan tangannya di wajahnya di luar jendela tanpa suara.     

"Tuan Jun, kau harus datang ke sini secepatnya."     

….     

Dikelilingi danau yang jernih dan tenang, di sebuah kuil Budha kuno, darah merah segar telah menodai kedamaian dan ketenangan tempat itu.     

Di dalam Kuil Budha, mayat-mayat berserakan memenuhi lantai kuil. Darah yang berwarna merah cerah menutupi permukaan lantai, dan aroma kematian menyebar di seluruh sudut tempat yang tenang dan damai itu.     

Di tengah lautan darah, sosok yang tinggi dan ramping berdiri. Di lantai di bawah kaki pria itu terdapat tumpukan mayat yang menggunung, terlihat seperti gunung vulkanik yang memuntahkan lahar panas yang menyala, dan aliran darah mengalir turun dari tangan dan kaki mayat-mayat itu, membentuk sungai darah yang berwarna merah di lantai.     

"Tuan Jun!" Ye Mei datang berlari dari luar masuk ke dalam sebuah ruangan di kuil kuno itu, dengan kotak brokat yang dipegang erat di tangannya.     

"Ketemu?" Berdiri di atas tumpukan mayat yang menggunung, adalah Jun Wu Yao yang sudah lama menghilang! Di wajah tampan tanpa cela itu, terlihat senyuman yang begitu haus akan darah. Sepasang mata ungu yang kelihatannya tenggelam di dalam genangan darah menyala bersemangat setelah pembantaian berdarah ini. Dengan hentakan ringan di kakinya, Jun Wu Yao melayang di udara dan meluncur turun dengan anggun dari tumpukan mayat itu.     

"Ya, Tuanku!" Ye Mei mengangguk.     

Senyuman tipis terlihat di wajah Jun Wu Yao seraya ia melihat ke sekeliling Kuil Budha Kuno, matanya dipenuhi dengan kegeraman dan rasa jijik.     

"Bahkan Kuil Budha Kuno yang berusia seribu tahun telah jatuh ke tangan orang-orang itu. Mereka benar-benar menodai kesakralan tanah suci Budha ini." Jun Wu Yao mengangkat sedikit satu tangannya dan mayat-mayat yang memenuhi Kuil Budha Kuno tiba-tiba diliputi dengan kabut darah. Kabut darah itu kemudian menyebar dan semua mayat itu mulai berguncang dan bergetar hingga terpencar. Semua darah yang ada di mayat-mayat itu, serta yang tertumpah di lantai tiba-tiba dihisap menjadi satu oleh kabut darah itu, setiap tetes darah segera berkumpul menjadi satu!     

Kabut darah yang samar segera tercampur dengan darah merah, yang baru saja terkumpul, mengubah kabut itu menjadi berwarna gelap, terlihat seperti lautan darah yang melayang di udara!     

Seluruh darah itu menghilang dari lantai tanpa jejak sedikit pun hanya dalam sekejap, dan darah dihisap hingga kering dari mayat-mayat yang berserakan memenuhi lantai kuil.     

Jun Wu Yao kemudian menutup telapak tangan yang diangkatnya tadi!     

Kabut yang berwarna merah darah itu perlahan menciut membentuk sebuah bola! Hingga akhirnya menjadi sebuah titik berwarna merah seukuran kuku ibu jari, dan perlahan terbang ke dalam tangan Jun Wu Yao.     

Jun Wu Yao bermain-main dengan tetesan darah kecil itu, matanya yang ungu sedikit mengecil. Ia mengangkat dagunya dan melirik tumpukan mayat kering di lantai dari sudut matanya. Ia menyentakkan lengannya pelan dan angin semilir bertiup, menyapu seluruh kuil kuno itu. Di semua titik yang dilewati angin sejuk itu, mayat-mayat yang bergelimpangan di lantai langsung berubah menjadi debu, menghilang ditelan angin.     

"Ck, jika Xie Kecil tahu mengenai hal ini, ia pasti akan jijik." Jun Wu Yao bermain-main dengan tetesan darah di jarinya sesaat sebelum sebuah senyuman terbentuk di ujung mulutnya. Ia tiba-tiba menyentil tetesan darah itu ke dalam mulutnya dan menelannya!     

Setelah Jun Wu Yao menelan tetesan darah yang sebenarnya dikumpulkan dari begitu banyak mayat di dalam kuil, kilatan aneh melintas di dalam mata ungunya.     

"Dari tanah kembali ke tanah, debu kembali ke debu." Jun Wu Yao tiba-tiba melayang ke udara dan ia mengayunkan tangannya. Kuil Budha yang berusia seribu tahun tiba-tiba rubuh dalam sekejap!     

Ye Mei berdiri di luar runtuhan Kuil Budha Kuno dan menjaga kotak brokat itu. Segera setelah itu, ia melihat Ular Tinta yang dikenalnya melata keluar dari dalam hutan di sampingnya dan ia membungkuk untuk mengambil Ular Tinta dan meletakkannya di dalam telapak tangannya. Ia menekankan jarinya pelan di perut ular itu dan Ular Tinta langsung memuntahkan bola lilin dari mulutnya!     

Ye Mei menghancurkan bola lilin itu dan menarik keluar surat di dalamnya. Tidak berani melihatnya sedikit pun, ia langsung berkata pada Jun Wu Yao yang masih melayang di udara, "Tuan Jun, Ye Sha mengirim berita."     

Jun Wu Yao langsung turun dan mendarat di hadapan Ye Mei, segera mengambil surat dari tangan Ye Mei tanpa berbicara.     

Berita dari Ye Sha, pasti tentang dia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.