Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tamparan Kesepuluh (4)



Tamparan Kesepuluh (4)

0Jun Wu Xie sama sekali tidak menghiraukan Permaisuri dan yang lain, memalingkan kepalanya untuk menatap Kaisar yang berwajah pucat.     

Kaisar tiba-tiba terkejut hingga tersentak ketika mata itu berpaling padanya, hingga hampir terjatuh dari kursinya. Ia berusaha untuk duduk tegak namun ia hampir kehilangan kendali, sementara menyapukan pandangannya melihat kejadian di aula utama sebelum matanya tiba-tiba melihat sosok Lei Xi, dan sorot matanya pun berkilat dengan secercah harapan!     

"Xi Kecil! Anakku yang baik! Jun Xie berusaha untuk membunuh ayahmu! Selamatkan aku! Kau harus menyelamatkan Ayahmu dari cengkeramannya!" Kaisar tiba-tiba memohon dengan suara keras ketika ia melihat Lei Xi yang tertegun tak bergerak di samping.     

Lei Xi begitu ketakutan dengan semua yang terjadi di aula utama dan ia memalingkan kepalanya ke arah pintu yang terbuka lebar di aula utama, di mana ia melihat Binatang Roh raksasa yang menghalangi jalan keluar. Kemudian, matanya berpaling menatap Kaisar yang kehilangan martabatnya sebagai seorang penguasa karena ketakutan dan hatinya langsung menciut ketakutan, seraya ia menggeser kakinya tanpa sadar, pikirannya kosong dan ia pun berbalik dan berjalan ke arah Sang Kaisar.     

Namun ia baru saja melangkahkan kakinya ketika tangan Lei Chen tiba-tiba mencengkeram bahunya. "Kakak?" Lei Xi bertanya seraya menatap Lei Chen, matanya penuh kebingungan.     

Ia bisa membalas dendam hari ini semuanya berkat Lei Chen. Dan dari apa yang Jun Xie katakan sebelum ini, ia mengerti bahwa dalang sesungguhnya yang telah merencanakan semua ini, menyeret paksa Permaisuri turun dari atas kuda, sebenarnya adalah Jun Xie!     

Dari sudut pandangnya di mana ia telah berhasil membalaskan dendam ibunya, Lei Xi tidak merasa benci sedikit pun pada Jun Xie, namun malah dipenuhi rasa syukur terhadap pemuda itu.     

"Setelah bertahun-tahun bersikap bodoh, apakah kau benar-benar sudah berubah menjadi seorang idiot?" Tatapan Lei Chen begitu tegas dan tak tergoyahkan, memandang Lei Xi.     

Lei Xi sangat terkejut.     

"Ketika ibumu meninggal dalam keadaan seperti itu, apakah Kaisar bahkan menyuruh orang untuk menginvestigasi kasus itu? Setelah ibumu dibunuh dan kau ditindas dan diperlakukan tidak adil begitu lama, apakah ia pernah berpikir bahwa kau adalah putranya? Apakah ia pernah melindungimu walau hanya sesaat? Ketika kau diusir dari Istana Kekaisaran, apakah ia menunjukkan sedikit saja perhatiannya padamu?" Setiap perkataan yang keluar dari mulut Lei Chen menusuk hati Lei Xi.     

Setiap perkataan itu menyambar Lei Xi bagaikan sebuah petir!     

Ketika ibunya meninggal dahulu, Kaisar masih berduka karena kehilangan Nyonya Cheng yang sangat dicintainya setelah melahirkan, dan ia tidak peduli dengan orang lain. Kematian seorang selir, bahkan upacara pemakaman dilakukan dengan sembarangan dan tergesa-gesa, apalagi memikirkan untuk melakukan investigasi demi mengungkap kebenaran.     

Setelah itu, Kaisar tampaknya lupa bahwa Lei Xi masih ada, tidak pernah sekali pun memanggilnya untuk menemuinya. Jika bukan karena marga Lei, Lei Xi sering kali ragu apakah dirinya benar-benar layak berada di Istana Kekaisaran.     

Kata-kata Lei Chen telah menyadarkan Lei Xi dengan fakta yang tak terelakkan itu. Ia kemudian menarik kakinya dan melangkah mundur menjauh.     

Semua ini karena ketidakpedulian Kaisar dan perhatian seutuhnya yang ditumpahkan bagi Permaisuri dan Lei Fan, hingga menyebabkan dirinya bersembunyi seperti seorang pengecut selama bertahun-tahun, menunggu hari di mana ia akhirnya bisa membalaskan kematian ibunya.     

Jika saja Kaisar sedikit memperhatikannya waktu itu, pembunuhan berdarah dingin itu akan terungkap.     

Secercah harapan yang baru saja timbul di hati Kaisar dihancurkan oleh Lei Chen dengan amat cepat, sementara Kaisar melihat Lei Xi mundur ke belakang dan berdiri di belakang Lei Chen, kepalanya tertunduk, bahkan tak ingin melihatnya.     

Tiba-tiba, Kaisar berteriak, "Kalian sekelompok ular dan manusia keji! Kalian berani memperlakukan seorang Kaisar dengan cara seperti ini! Aku adalah Kaisar Negeri Api! Jika kau berani membunuh Kaisar, tidak ada dari antara kalian yang bisa meninggalkan istana kekaisaran hidup-hidup!"     

Kaisar ketakutan. Di bawah teror hebat, ia tidak memiliki pilihan lain selain meneriakkan dengan segenap kekuatan, gertak sambal, mencoba untuk mengumpulkan keberaniannya.     

Namun Jun Wu Xie menggelengkan kepalanya pelan seraya menatap Kaisar yang panik dan kebingungan.     

"Yang Mulia kelihatannya melupakan alasan mengapa kau mau membunuhku."     

Kaisar terhenyak dalam keterkejutan, tiba-tiba melihat Jun Xie mengangkat tangannya, memperlihatkan Cincin Api Kekaisaran dalam jarak pandangnya, yang dikenakan di sebuah jari di tangannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.