Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Menampar Dengan Tangan Pinjaman - Wujud Kedua (3)



Menampar Dengan Tangan Pinjaman - Wujud Kedua (3)

2"Melapor pada Yang Mulia! Pangeran Ketiga meminta izin untuk bertemu di aula utama! Mengatakan ada hal penting untuk dilaporkan pada Yang Mulia!"     

Wajah Kaisar mengernyit sambil berkata, "Di saat seperti ini, mengapa ia ke sini? Biarkan dia masuk."     

Segera, Pangeran Ketiga yang agak tergesa-gesa, Lei Xi masuk ke aula utama. Usia Lei Xi tujuh tahun lebih tua dari Lei Fan, tetapi karena ia selalu menyendiri dan tak pernah keluar dari kediamannya, ia tidak lebih tinggi dari Lei Fan. Kulitnya juga lebih putih daripada kebanyakan orang dan terlihat sangat pucat.     

Penampilan Lei Xi tidak terlalu jelek tetapi jika dibandingkan dengan Lei Chen dan Lei Fan, ia terlihat kurang memikat. Selain itu, sikapnya yang pendiam membuatnya menjadi pangeran yang mudah dilupakan di antara keempat Pangeran Negeri Api.     

Bahkan Kaisar sendiri tidak merasa ia mengenal putranya ini.     

Namun Lei Xi hari itu, berbeda dengan dirinya di masa lalu. Ada ketiadaan aura penakut yang biasa terlihat di matanya dan matanya malah dipenuhi dengan tekad yang sangat bulat.     

Ketika ia berjalan ke aula utama, ia langsung berlutut di hadapan Kaisar.     

"Putramu memberi salam pada Ayahku! Semoga Ayah panjang umur, seratus juta tahun!"     

"Berdiri. Untuk apa kau kemari hari ini?" Kaisar bertanya, menggosok keningnya.     

Lei Xi berdiri, dan memutar kepalanya untuk menatap Permaisuri yang berlutut di lantai, dan matanya dipenuhi kebencian mendalam.     

"Melapor pada Ayah! Putramu ke sini hari ini, untuk mencari keadilan!"     

"Mencari keadilan? Untuk siapa?" Kaisar bertanya.     

"Untuk ibuku, Permaisurimu! Untuk Adik termudaku, yang dibunuh tanpa belas kasih ketika lahir!" Lei Xi berseru, kepalanya menengadah dan dadanya mengembang.     

"Apa?" Kaisar terkejut.     

Lei Xi segera melanjutkan perkataannya, "Tahun itu, Nyonya Selir Cheng baru saja melahirkan Pangeran Keempat Lei Fan, tetapi ia meninggal dunia karena komplikasi. Beberapa hari kemudian, Permaisuri telah mengambil adik keempatku untuk membesarkannya. Di saat itu, kamar Ibuku adalah yang paling dekat dengan kamar Permaisuri, maka ia sering berkunjung ke kamar Permaisuri untuk menerima perintahnya."     

"Diam! Lei Xi! Apa yang ingin kau lakukan!? Apa yang coba kau katakan di sini!? Yang Mulia! Yang Mulia! Kau tidak boleh mendengarkan Lei Xi berkata omong kosong! Semua yang terjadi hari ini pasti didalangi oleh Lei Xi! Ia orang yang menculik semua pelayan di istana Permaisurimu! Ia jelas memiliki niat jahat!" Permaisuri setelah mendengar perkataan Lei Xi, tiba-tiba merasakan niat jahat mendatangkan kiamat baginya. Ia memiliki firasat kuat bahwa ia harus menghentikan Lei Xi, atau ia akan berada dalam masalah yang lebih besar!     

Kaisar mengabaikan tangisan Permaisuri dan hanya berpaling pada Yuan Biao dan berkata, "Sumpal mulut berisik pelacur itu! Aku tidak ingin mendengar suara murahannya lagi!"     

Yuan Biao segera berdiri dan menggunakan sebuah sapu tangan untuk menyumpal mulut Permaisuri!     

Permaisuri hanya bisa bergumam sementara matanya menatap Lei Xi, kelihatannya tidak ada yang lebih diinginkannya selain menghancurkannya berkeping-keping!     

Lei Xi tertawa dingin dan berkata, "Permaisuri benar-benar menganggap kemampuanku terlalu tinggi. Jika aku bisa menyeretmu turun dari takhtamu, aku tidak akan menunggu hingga hari ini untuk mengatakan semuanya pada ayahku."     

"Lei Xi! Katakan padaku lebih banyak!" Kaisar memiliki firasat bahwa Lei Xi hendak mengatakan hal yang sangat penting.     

Lei Xi melanjutkan, "Hari itu, ibuku mendengar Pangeran Keempat akan dibawa ke Istana Permaisuri dan ia membawaku untuk menengok adikku yang paling muda. Tetapi aku nakal dan lincah waktu itu dan aku berlari ke istana Permaisuri, tak pernah berpikir bahwa hari itu ketika kami berpisah, seterusnya menjadi perpisahan kekal!"     

"Anakmu, aku, masih kecil waktu itu, dan aku bersembunyi di kebun belakang Istana Permaisuri bermain-main ketika aku melihat kejadian yang tak akan pernah kulupakan sepanjang hidupku!" Lei Xi tiba-tiba berpaling marah pada Permaisuri ketika ia sampai pada puncak ceritanya, terlihat seperti ingin mengoyak Permaisuri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.