Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Pembunuhan (1)



Pembunuhan (1)

3Waktu berlalu cepat, rembulan bersembunyi di balik awan sementara seberkas cahaya menerangi ufuk timur.     

Ini saat di mana semua orang tertidur pulas. Ibu Kota Kekaisaran Negeri Api yang semarak telah kembali sunyi saat itu. Hanya cahaya lilin yang belum padang bersinar bergemeritik.     

Di saat hening itu, sekelompok pria berpakaian hitam, diam-diam muncul di belakang tembok Penginapan Para Dewa. Mereka dengan gesit melompati tembok, dan masuk ke dalam penginapan.     

Pelayan yang berjaga di malam hari duduk di kebun belakang penginapan dan ia terlihat letih dan mengantuk. Matanya yang setengah terbuka dipenuhi kantuk dan tidak ada kehidupan di dalamnya. Kepalanya terkulai seolah dirinya sedang tertidur. Angin sejuk bertiup melewatinya dan ia terbangun kaget. Di cahaya malam yang redup, ia tiba-tiba melihat sekelompok pria berjubah hitam melompat ke dalam kebun!     

Mata pelayan itu membelalak dan ia baru saja hendak teriak ketika salah satu pria berjubah hitam itu sudah melompat ke belakangnya dan membungkam mulut pelayan itu dengan tangannya lalu ia memutar kepala pelayan itu hingga patah!     

Suara retak terdengar dan leher pelayan itu langsung patah, tangisan terakhirnya selamanya terpenjara di dalam tenggorokannya.     

Pria berjubah hitam meletakkan tubuh lemah si pelayan di tanah tanpa suara.     

Salah satu pria berjubah hitam lain mengisyaratkan dengan tangannya dan seluruh kelompok itu langsung melompat masuk ke dalam penginapan.     

Di bawah cahaya fajar yang redup, penginapan itu benar-benar sunyi. Orang-orang masih tertidur pulas dalam mimpi mereka dan tidak menyadari bahwa mimpi buruk telah turun menghampiri mereka tanpa peringatan.     

Pelayan yang sedang tidur di aula utama penginapan belum bangun dari mimpinya dan sebuah belati telah membelah tenggorokannya. Darah merah yang panas mengalir dan membanjiri meja di bawahnya dan menggenang di lantai.     

Tik tik tik ….     

Jun Wu Xie tidak tidur semalaman. Ia berbaring di kasurnya dan ia melepaskan cincin dari jarinya untuk mengamatinya dengan cermat beberapa kali. Di bagian dalam permukaan cincin, ia melihat sebuah ukiran kecil. Hanya ada satu huruf cina yang terukir di situ. Api!     

Tiba-tiba, ia mencium bau darah. Aroma yang begitu familiar sangat tipis dan ia langsung duduk, tatapan dinginnya terpaku pada pintu kamar yang terkunci rapat.     

Dapur penginapan ada di kebun belakang dan sarapan pagi di penginapan ini tidak pernah menghidangkan daging atau ikan. Terlebih lagi, masih terlalu pagi bagi para pekerja penginapan untuk mulai sibuk.     

"Mbek?" Tertidur di sebelah Jun Wu Xie, Tuan Mbek Mbek terbangun karena gerakan Jun Wu Xie. Ia mengguncangkan keempat kaki mungilnya dan perlahan berdiri di atas ranjang. Bulu wol telah kembali tumbuh di tubuhnya, sekarang tubuhnya perlahan terlihat bulat lagi.     

Ia mencondongkan kepalanya dan menatap Jun Wu Xie yang mengenakan pakaiannya dan turun dari ranjang.     

"Miau~" Kucing hitam kecil menyelinap ke pundak Jun Wu Xie dengan gesit, tubuhnya yang tangkas perlahan melengkung, matanya mengecil membentuk sebuah garis.     

[Aku mendengar suara orang.]     

Telinga kucing beberapa kali lebih sensitif daripada manusia dan suara yang tak dapat didengar Jun Wu Xie, didengar jelas oleh kucing itu.     

Mata Jun Wu Xie mengecil dan pikirannya tiba-tiba kembali ke perkataan Wen Yu padanya di Kebun Istana tadi malam.     

[Ibu Kota Kekaisaran tidak cocok untuk Tuan Muda Jun. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Tuan Muda Jun harus pergi dari sini secepat mungkin.]     

Sudut mulut Jun Wu Xie melengkung naik membentuk senyuman dingin. Hati Wen Yu begitu bersih seperti sebuah cermin. Ia pasti tidak berharap "hal yang tidak diinginkan" terjadi sangat cepat, bahkan tidak memberikan kesempatan padanya untuk pergi.     

Kekuatan spiritualnya perlahan dikumpulkan sementara mata Jun Wu Xie menatap pintu yang terkunci rapat itu tak bergerak.     

Pria berjubah hitam naik ke lantai dua, memelankan langkah mereka dan pemimpin mereka melambaikan tangannya dan para pria itu langsung mengambil posisi di depan pintu kamar lain di lantai dua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.