Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Sedikit Bingung (4)



Sedikit Bingung (4)

2Ye Mei berubah membatu, dan Kucing hitam kecil terkejut.     

Tak pernah bahkan di dalam mimpinya ia membayangkan, bahwa Nona Kecilnya yang lugu akan …     

[Belajar untuk mencium paksa seorang pria!]     

[Dunianya telah berubah menjadi dunia fantasi dan ia memerlukan waktu untuk menenangkan diri sekarang!]     

Kucing hitam kecil gemetar seraya ia mengikuti di belakang Jun Wu Xie untuk kembali ke kamarnya. Setelah kembali ke kamar, pikirannya masih dipenuhi dengan gambaran tentang apa yang disaksikannya tadi.     

[Apa yang terjadi pada Nonanya?]     

[Apakah ia telah terkena sihir jahat Sang Raja Iblis?]     

[Nona! Cepat singkirkan itu!]     

"Aku tidak membencinya, dan bahkan menyukainya. Bagiku, ia berbeda dari orang lain." Jun Wu Xie duduk di sebuah kursi, dan menyimpulkan setelah klarifikasi yang baru saja ia cari tadi.     

Kucing hitam kecil berbaring di lantai, meneteskan air mata karena tidak terima.     

[Nonanya telah diperdaya.]     

[Sial!]     

"Apa … apa yang kau pikirkan …." Kucing hitam kecil menangis tanpa air mata sementara melihat Jun Wu Xie.     

"Berusaha menentukan apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan dia." Jun Wu Xie berkata dengan penuh percaya diri.     

Kucing hitam kecil tidak berpikir bahwa air mata akan sulit keluar.     

"Maka, apakah kau sudah mendapatkan jawabanmu?"     

Jun Wu Xie ragu-ragu sesaat, dan berkata tidak yakin, "Hampir."     

[Ini bukan persaudaraan, dan juga bukan persahabatan.]     

Kucing hitam kecil merasa hidupnya tidak lagi berarti dan ia berbaring di lantai berpura-pura mati.     

Sudut bibir Jun Wu Xie tiba-tiba melengkung membentuk senyuman dan ia meletakkan dagunya di telapak tangannya, ia menatap pemandangan indah di luar jendelanya.     

Namun ….     

Setelah Jun Wu Yao akhirnya pulih dari rasa terkejutnya, ia duduk tak bersuara di sebuah kursi di samping. Ia mengangkat satu tangannya, dan menutupi mulut dan hidungnya, untuk merenung dalam keheningan.     

Ye Mei di pinggir diam-diam menelan ludah, matanya tak berani menatap ke tempat lain, takut ia akan melihat sesuatu yang berada di luar kendali Tuan Agung ….     

[Uhuk …. Ia tak melihat apa-apa.]     

[Tes ….]     

Suara tetesan air yang jatuh terdengar dan Ye Mei menundukkan kepalanya tak berani menatap. Namun aroma darah yang tipis melewati hidungnya dan ia menengadah dan menatap Jun Wu Yao dengan perasaan terkejut.     

Wajah Jun Wu Yao berkerut dan ia berteriak keras, "Enyah dari sini."     

Ye Mei tergopoh-gopoh lari dan menutup pintu rapat-rapat di belakangnya, jantungnya berdentum keras.     

[Tuan Agung kali ini … telah mengalami masalah besar!]     

Hanya beberapa saat kemudian, Ye Mei mendengar suara percikan air berlanjut.     

Merasakan kesakitan Tuan Agungnya ….     

[Nona Muda, bermain-main dengan api tanpa bisa memadamkannya mungkin akan membuat seseorang terbunuh!]     

Ye Mei tidak tahu berapa lama ia berdiri berjaga di luar pintu, namun hanya setelah malam tiba satu sosok kecil muncul tepat di hadapannya.     

"Paman, selanjutnya …." Kaisar kecil menatap dirinya dengan mulut kecilnya terbuka, air liur hampir menetes ketika ia menatap Ye Mei.     

Keringat dingin membasahi kening Ye Mei dan ia segera meraih ke dalam kantungnya dan mengeluarkan cincin giok dan meletakkannya di hadapan Kaisar kecil. Kaisar kecil mengambilnya tanpa ekspresi, dan pergi ke sebuah sudut untuk mengunyah sendirian ….     

"Uhuk … Kakak Ye Mei, apa yang kau lakukan di sini?" Qiao Chu bertanya seraya menatap Ye Mei berjongkok di luar kamar Jun Wu Yao dan merasa sedikit aneh. Walaupun Ye Mei dan Ye Sha selalu berada di sisi Jun Wu Yao dan Jun Wu Xie, mereka berdua biasa bersembunyi di balik bayangan, jarang terlihat berada di satu tempat tak bergerak.     

"Di mana Kakak Wu Yao?" Qiao Chu bertanya seraya menatap pintu yang tertutup rapat. Gambaran Jun Wu Yao dan Jun Wu Xie berciuman telah membuat dampak besar di dalam benaknya dan itu telah membuat Hua Yao berceramah cukup panjang sebelum hatinya akhirnya tenang.     

[Itu benar.]     

[Jun Wu Xie dan Jun Wu Yao bukan saudara kandung.]     

[Mereka berdua berwajah tampan dan cantik dan sangat ahli dan tidak ada yang salah dengan hal itu.]     

"Qiao Dungu." Ye Mei berkata sambil menatap Qiao Chu dan berkata serius, "Kali ini, aku akan menyarankan kau tidak berdiri di sekitar sini dan bawa si kecil ke tempat lain untuk bermain."     

"Hah?"     

"Aku mengatakan hal ini untuk kebaikanmu sendiri." Api tadi belum padam dan api baru sudah dinyalakan. Ye Mei yakin bahwa suasana hati Tuan Agungnya tidak akan bagus saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.