Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Kembali (2)



Kembali (2)

3Bulan berbentuk seperti sebuah sabit runcing, dan di bawah langit malam, darah merah mengalir bebas. Di dalam hutan lebat telah terjadi pembantaian besar-besaran, bahkan udara terasa seakan dicemari oleh darah kental.     

Di bawah cahaya bulan, sosok tinggi dan ramping berdiri di atas rumput hijau yang terendam dengan darah merah, mata ungunya berkedip dengan euforia yang ditimbulkan dari pembantaian.     

"Tuan Agung!" Ye Mei menemukan sesuatu ketika menggali dari tumpukan mayat di tepi dan ia memberikannya ke tangan Jun Wu Yao.     

Jun Wu Yao melemparkan pandangan sepintas lalu dan kemudian berkata, "Simpan baik-baik."     

"Ya!" Ye Mei mengambil benda yang berlumuran darah itu dan menyimpannya di dalam jubahnya dan langsung berkata, "Aku menerima kabar bahwa Ye Sha mengatakan Nona Muda telah melenyapkan Negeri Kondor dan membagi tanah Negeri Kondor untuk Kerajaan Qi dan Kerajaan Soba. Di bawah perintah Nona Muda, Ye Sha mengejar seorang pria dari Istana Segala Naga dan Nona Muda sudah pergi menuju ke Kerajaan Qi."     

Salah satu alis Jun Wu Yao melengkung naik dan ujung mulutnya membentuk senyuman licik.     

"Gerakan si kecil semakin lama semakin mulus. Itu hanya sebuah negeri serangga, tidak masalah jika dihancurkan."     

"Maka Tuan Agung, apakah kita juga akan kembali?" Ye Mei bertanya.     

Jun Wu Yao mengaitkan jarinya dan semua darah di tanah kelihatannya dihisap oleh kekuatan yang tak kasat mata, berkumpul membentuk putaran angin di sekeliling ujung jari Jun Wu Yao, perlahan menggumpal menjadi sebuah manik darah yang jernih.     

Jun Wu Yao kemudian memasukkan manik itu ke mulutnya, dan mengangkat matanya untuk menatap bulan yang bergantung di langit malam yang indah.     

"Kita tentu saja harus kembali."     

"Ada satu hal lagi …." Ye Mei ragu-ragu. Mengenai masalah ini, ia tidak berani berbicara sembarangan.     

"Bicara." Jun Wu Yao memerintah.     

"Ye Sha menemukan kehadiran Darah Merah Tua dan Pria beracun di Negeri Kondor …. Istana Segala Naga kelihatannya ingin menggunakan kedua metode itu untuk mengendalikan kekuatan di Dunia Bawah.     

Ye Mei baru saja menyelesaikan kalimatnya ketika udara di sekitar mereka terasa beberapa derajat lebih rendah!     

Bahkan suara angin mendadak hilang.     

Mata Jun Wu Yao memicing, mata ungunya dipenuhi dengan hasrat membunuh.     

"Sampah dari Dunia Tengah itu masih berani menggunakan Darah Merah Tua?"     

Ye Mei menarik napas panjang untuk mengumpulkan kekuatan di dalam dirinya supaya tidak cedera karena aura Jun Wu Yao yang sangat menekan.     

"Dua Belas Istana telah memendam niat buruk sejak lama. Di tahun-tahun Tuan Agung menyimpan Darah Merah Tua, mereka patuh dan tidak berani bertindak gegabah tetapi kelihatannya ketidaksepahaman telah mulai muncul di dalam kepala mereka sekali lagi. Tuan Agung … apakah kita perlu mengirimkan informasi ini ke Wilayah Kegelapan?"     

Jun Wu Yao memicingkan matanya berpikir dan mengangkat tangannya sedikit lalu melambaikannya.     

"Belum waktunya."     

Ye Mei menggertakkan giginya dan melanjutkan, "Darah Merah Tua awalnya diciptakan oleh orang idiot dari Dua Belas Istana yang menggunakan dasar Kegelapan Merah Tua milik Tuan Agung. Kehadiran tiruan yang bermutu rendah itu sendiri menghina Tuan Agung dan jika Tuan Agung tidak ingin mengungkap berita ini pada Wilayah Kegelapan, maka aku mohon Tuan Agung memerintahkan pada anak buahmu untuk mengurus sampah dari Dua Belas Istana itu."     

[Tuannya sampai dipermalukan, itu karena anak buahnya yang tidak becus!]     

[Mereka boleh mati, tetapi mereka tidak pernah boleh membiarkan siapa pun membuat Jun Wu Yao dipermalukan sedikit saja.]     

Jun Wu Yao menatap wajah Ye Mei yang dipenuhi dengan kemarahan besar, dan ia tiba-tiba tertawa keras.     

"Saat ini, aku benar-benar tidak berminat untuk bermain-main dengan sekumpulan serangga. Kita harus kembali terlebih dahulu ke Kerajaan Qi, dan memberikan hadiah ini pada Xie Kecil. Bukankah ia bertekad menemukan makam Kaisar Kegelapan selama ini? Ini waktu yang tepat."     

Ye Mei menahan kemarahannya dan bersabar dengan rasa frustrasinya, namun ia akhirnya menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, Tuanku!"     

Malam begitu hening dan sunyi. Suara Jun Wu Yao dan Ye Mei menghilang di tengah hutan lebat yang damai, meninggalkan tanah di hutan yang dipenuhi mayat. Tiupan angin malam berhembus, dan sekumpulan mayat kering yang setiap tetes darahnya telah dihisap keluar langsung berubah menjadi debu di bawah sentuhan angin yang bertiup, menyatu dengan rumput di tanah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.