Waktu Bersamamu

Mengejar Suami adalah Hal yang Paling Penting



Mengejar Suami adalah Hal yang Paling Penting

2Setelah keluar dari dalam gedung, Asisten Qin langsung menyambut Yue Xinluo dengan pertanyaan, "Nona, bagaimana? Anda pergi begitu lama, apa Anda sudah bicara dengan direktur You An Group?"     

Saat mendengar pertanyaan Asisten Qin, Yue Xinluo akhirnya mengingat tujuan utamanya datang ke You An Group. Itu benar, aku datang ke sini karena aku mengira bisa bicara dengan Qiao Mohan, tapi aku malah bertemu dengan Lu Yuchen dan melupakan tujuan utamaku. Aku benar-benar keterlaluan, bagaimana bisa melupakan ini karena seorang pria?! Karena terus berpikir bagaimana cara untuk bisa menggodanya, aku malah melupakan tujuanku datang ke sini... Sudahlah, bagaimanapun juga, aku tidak pernah mengira kalau saat kembali ke sini, aku akan langsung bertemu dengan Lu Yuchen. Tapi melihat sikapnya tadi kepadaku, walaupun tidak sehangat dulu, tapi dia tidak terlihat benci atau jijik kepadaku. Mungkin kalau aku berusaha lebih keras, maka kami bisa kembali seperti dulu… Iya, itu benar, tidak ada hal yang lebih penting dari mengejar suamiku! Batinnya.     

Yue Xinluo kemudian membuat keputusan untuk tinggal di Tiongkok lebih lama. Dia lalu berkata, "Ayo kita kembali dulu. Keadaan berubah, jadi aku perlu mengatur rencana baru."     

Akhirnya, Yue Xinluo berpikir untuk bisa mendekati Lu Yuchen, mungkin dia harus mengikuti kelas akting untuk meningkatkan kemampuannya.     

***     

Di hari yang sama saat malam hari, di dalam You An Group. Audisi akhirnya berakhir. Direktur Chen kemudian mendapatkan pesan dari Lu Jiu bahwa Lu Yuchen ingin menemuinya.     

"Xiao Chen semoga kamu beruntung…" Rekan kerjanya yang lain melihat ke arah Direktur Chen dengan sorot mata prihatin dan mendoakannya agar beruntung.     

Direktur Chen kemudian naik ke lantai paling atas dengan perasaan tidak tenang. Dia berdiri di depan pintu besar dan menarik napas panjang sebelum masuk ke dalam. Sebagai pegawai yang ada di tingkatnya saat ini, jika tidak melakukan kesalahan yang besar, maka tidak mungkin dirinya dipanggil oleh Lu Yuchen secara langsung. Sekarang pria itu tiba-tiba ingin bertemu dengannya, hal tersebut membuatnya berpikir bahwa akhir-akhir ini dia mungkin tidak bekerja secara maksimal dan tanpa sengaja membuat masalah besar. Dia berdiri dengan tidak tenang, namun akhirnya dia tetap mengetuk pintu itu.     

10 menit kemudian, Direktur Chen keluar dari dalam kantor dengan wajah yang sangat lega. Walaupun dia berusaha sangat keras untuk menutupi hal itu, tapi dia tidak bisa menyembunyikan perasaan senang dari matanya.     

Para rekan kerja yang tadi melihat raut wajahnya yang begitu tegang saat naik ke atas langsung menghampirinya untuk bertanya apa yang terjadi ketika melihatnya kembali dengan wajah lega. Namun, Direktur Chen langsung bersikap sangat serius. Walaupun mereka berusaha mencari tahu apa yang terjadi, pada akhirnya mereka tidak mendapatkan apa pun.     

***     

Di dalam kantor lantai paling atas, setelah Direktur Chen pergi, Lu Jiu memiliki keraguan di dalam hatinya. Dia melihat ke arah Lu Yuchen yang sedang membaca dokumen, setelah ragu-ragu, akhirnya dia memutuskan untuk menanyakannya.     

"Tuan Muda Lu, apa Anda benar-benar ingin mendukung wanita bernama Alice itu? Selain mendapatkan nama dan nomor teleponnya, data lain tentang dirinya tidak bisa ditemukan. Direktur Chen tadi juga mengatakan kalau dia bertemu dengan wanita itu di pintu lobi gedung. Saya rasa, wanita yang tidak jelas asal usulnya ini sebaiknya Anda…"     

Sebelum Lu Jiu menyelesaikan perkataannya, dia tiba-tiba merasakan suhu di sekitarnya turun secara drastis. Dia langsung berhenti bicara dan melihat ke arah Lu Yuchen. Namun, dia hanya melihat pria itu sedang menatap ke arahnya dengan kedua matanya yang berwarna hitam dan dingin. Bola mata Lu Yuchen yang berwarna hitam itu terlihat sangat dingin. Setelah mendapatkan tatapan dingin itu, dia hanya merasa kakinya langsung menjadi lemas. Sorot mata dingin yang terlihat haus darah itu hampir membuatnya tidak berani bernapas.     

Lu Yuchen melihat ke arah Lu Jiu dan dengan suara dingin berkata, "Lu Jiu, saat ayahmu masih ada, dia tidak banyak bicara sepertimu."     

"Tuan Muda Lu benar, saya sudah melewati batas." Lu Jiu langsung menundukkan kepalanya. Di balik kacamata berbingkai emas miliknya itu, terlihat sorot mata yang kesal. Kenapa aku tidak bisa mengubah kebiasaanku yang suka bicara ini?! Apa yang dikatakan oleh adikku memang benar, kesialanku datang dari mulutku. Kalau aku terus seperti ini, maka pasti akan ada hari di mana Tuan Muda Lu akan membuatku jadi bisu! Pikirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.