Waktu Bersamamu

Menggodanya (2)



Menggodanya (2)

3Sutradara film itu bahkan secara diam-diam sudah memutuskan untuk memilih Yue Xinluo saat melihat bagaimana arogan dan dinginnya sikapnya ketika berusaha memikat lawan mainnya. Dia juga merasa wanita itu benar-benar memiliki bakat. Mungkin memang Yue Xinluo masih memiliki kekurangan dalam aktingnya, tapi gerakan yang dilakukannya dan perasaan yang muncul saat melihat aktingnya benar-benar begitu kuat. Sutradara itu yakin bahwa Yue Xinluo memang sudah seharusnya berada di dunia per-film-an.     

Sedangkan itu, tujuh wanita lainnya yang datang untuk mengikuti audisi melihat ke arah Yue Xinluo dengan sorot mata yang penuh dengan rasa iri. Terlebih lagi, wanita yang audisinya dihentikan di tengah jalan. Dia melihat ke arah Yue Xinluo dengan sorot mata yang penuh dengan kebencian. Saat dia melihat Yue Xinluo duduk di atas paha Lu Yuchen, dia hanya berpikir bahwa itu seharusnya kesempatan yang menjadi miliknya. Namun, Yue Xinluo sudah merebut itu dari dirinya. Saat ini, dia hanya bisa memaki Yue Xinluo dalam hati. Dia merasa semua orang di sini tidak lebih buruk dari Yue Xinluo, namun entah kenapa malah wanita itu yang bisa melakukan audisi dengan Lu Yuchen. Dia merasa sangat tidak terima dengan semua ini.     

Di bawah sorot mata aneh orang-orang di sana, Yue Xinluo akhirnya kembali bergerak. Tangan Lu Yuchen yang ada di leher Yue Xinluo jelas-jelas menunjukkan sebuah peringatan. Namun, peringatan itu sama sekali tidak memengaruhi Yue Xinluo karena dia sudah pernah merasakan perlakuan semacam itu dari Lu Yuchen. Dia tidak menjawab pertanyaan pria itu, namun dia menunjukkan apa yang diinginkannya dari gerakannya. Selain ingin menggoda, mencium, dan bersama dengannya, memangnya aku ingin apa lagi? Batinnya.     

Setelah berpisah selama empat tahun, setiap pagi dan malam, entah dalam mimpi atau tidak, pikiran Yue Xinluo penuh tentang Lu Yuchen. Dirinya merindukan Lu Yuchen. Dia ingin bertemu dengannya, memeluk, dan menciumnya. Jika bukan karena perasaan bersalah yang begitu besar di dalam hatinya, maka dia juga tidak akan merasa tersiksa setiap saat dan pasti sudah kembali ke Tiongkok sejak lama. Dia akan membuang semuanya tanpa memedulikan apa pun untuk bisa kembali bersama pria itu. Walaupun pria itu akan membenci dan menolaknya, dia tetap selalu ingin kembali kepadanya. Namun, dia tidak pernah berani menunjukkan perasaan bersalah dan sisi lemahnya.      

Selama ini, Yue Xinluo selalu mengira dirinya memiliki kesabaran yang besar untuk tidak mencari Lu Yuchen lagi. Tetapi, ketika bertemu kembali setelah empat tahun lamanya, semua perlindungan yang sudah dibangunnya hancur dalam sekejap. Apa yang dia inginkan saat ini hanya satu, yakni kembali bersama Lu Yuchen. Matanya terlihat semakin basah, semua emosinya yang kuat itu tersembunyi di balik matanya yang basah. Walaupun Lu Yuchen masih marah kepadaku, walaupun dia sengaja berpura-pura tidak mengenalku… Aku tetap mau mendekatinya. Walaupun itu membuatku jadi tidak tahu malu, aku ingin membuatnya tidak bisa menolakku lagi… Batinnya.     

Yue Xinluo perlahan mendekatkan bibirnya yang lembut itu ke arah Lu Yuchen. Dengan jarak mereka berdua yang begitu dekat, ditambah dengan gerakan tiba-tiba Yue Xinluo, Lu Yuchen sama sekali tidak memiliki waktu untuk menghindar. Tidak, lebih tepatnya bukan tidak memiliki waktu untuk menghindar, namun dia sengaja untuk tidak menghindar. Dia diam-diam mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa dia melakukan hal ini karena ingin melihat apa yang bisa dilakukan oleh Yue Xinluo Pasalnya, dia dapat mengetahui bahwa wanita itu tidak merasa takut melalui sorot matanya. Bahkan, wanita itu masih bisa tersenyum kepadanya. Bibir lembut wanita itu pun semakin lama semakin dekat ke bibirnya. Dia masih tidak melepaskan tangan besarnya yang sebelumnya memegang leher putih dan lembut itu. Dia bukan hanya tidak menghentikan wanita itu, dia bahkan tanpa sadar memegang pinggangnya yang lembut itu dengan tangannya yang lain.     

Senyuman di wajah Yue Xinluo semakin lama semakin terlihat jelas. Bibir merahnya semakin dekat dengan bibir tipis Lu Yuchen. Saat bibir mereka hampir bersentuhan, dia menggerakkan kepalanya ke samping. Lu Yuchen masih belum bereaksi saat dia mencium pipinya.     

Wajah tampan Lu Yuchen itu seketika terlihat begitu dingin seolah diselimuti oleh es. Bola matanya yang berwarna hitam itu terlihat marah, seolah ada api yang terlihat di dalam matanya. Wanita ini sengaja, dia sengaja mempermainkanku! Batinnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.