Waktu Bersamamu

Terjatuh di Depannya



Terjatuh di Depannya

3Apa yang terjadi kemarin malam itu seperti sebuah mimpi yang indah bagi Yue Xinluo. Namun, di saat yang sama, itu adalah mimpi yang menghancurkan semua harapannya. Saat dia berpelukan dengan Lu Yuchen, dia merasa begitu hangat dan bahagia. Tapi setelah dia terbangun dari mimpi itu, dia merasa begitu dingin dan kecewa sebesar dengan rasa hangat dan bahagia yang dirasakannya sebelumnya. Tidak, semuanya palsu, semua itu tidak nyata… Batinnya.     

Yue Xinluo akhirnya memutuskan dirinya untuk melangkah mundur dan tidak mau memiliki mimpi yang baginya selamanya tidak akan pernah menjadi kenyataan itu.     

***     

Saat Direktur Chen masuk ke kantor, tidak lama kemudian Yue Xinluo mendapatkan telepon dari Lu Yuchen. Pria itu menyuruhnya untuk menyiapkan kopi dan mengantarkannya ke kantornya.     

Yue Xinluo kemudian melihat kertas yang baru dicetaknya, itu adalah surat pengunduran dirinya. Dia melihat itu sambil menghela napasnya. Sudahlah, aku masih menjadi pegawainya, jadi aku harus membuatkan kopi untuknya, pikirnya.     

Kemudian, Yue Xinluo membawa surat pengunduran dirinya dan masuk ke dalam ruang istirahat. Dia lalu melakukan apa yang seharusnya dilakukannya sebagai asisten dari asisten utama Lu Yuchen. Hanya saja, dia melamun saat membuat kopi. Dia terus bertanya kepada dirinya sendiri. Apa aku benar-benar akan memutuskan untuk menyerah seperti ini? Apakah aku benar-benar rela untuk melepaskan pria yang sudah kucintai selama bertahun-tahun ini? Batinnya.     

Saat Yue Xinluo baru kembali ke negara ini dan melihat Lu Yuchen pertama kali lagi setelah sekian lama, semangatnya seketika menjadi membara. Namun, setelah dia melihat Lu Yuchen bersama dengan wanita lain, semua semangatnya menghilang. Sudahlah, aku tidak mau memikirkannya lagi. Aku mengenal Lu Yuchen, wanita yang bisa membuatnya meninggalkan pekerjaannya untuk bisa berkencan dengannya, maka itu sudah membuktikan posisi wanita itu di dalam hatinya, batinnya.     

Namun, Yue Xinluo sebenarnya sama sekali tidak mengetahui bahwa Lu Yuchen yang sekarang sebenarnya tidak memiliki ingatan apa pun tentang dirinya. Sedangkan di mata Yue Xinluo, Lu Yuchen hanya berpura-pura tidak mengenalnya dan menganggapnya seperti orang asing. Sikap dingin dan asing itu membuat Yue Xinluo berpikir di mana posisinya di dalam hati Lu Yuchen. Dan dia membandingkan dirinya dengan wanita yang dilihatnya kemarin malam. Kalau bukan Saidi yang mengatur semuanya, maka mungkin saat ini Lu Yuchen dan wanita itu sudah benar-benar bersama… Katanya dalam hati.     

Pikiran Yue Xinluo menjadi sangat kacau. Berbagai hal yang muncul di dalam kepalanya membuatnya merasa emosional, sehingga dia menggelengkan kepalanya dengan kuat untuk tidak memikirkan hal itu. Tidak… Menyerah saja, kamu harus menyerah! Batinnya.      

Yue Xinluo membawa secangkir kopi dengan tangannya, lalu mengetuk pintu kantor Lu Yuchen. Saat ini, dia sudah membuat keputusan untuk pergi.     

"Masuk…" Suara dingin seorang pria terdengar jelas dari dalam kantor.     

Yue Xinluo yang berdiri di luar pintu berusaha keras untuk mengatur napasnya agar tenang, lalu membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam. Di dalam kantor saat ini, Lu Yuchen tidak duduk di belakang meja kerjanya, namun sedang duduk di sofa. Pria itu menundukkan kepalanya untuk membaca dokumen yang ada di tangannya. Sementara itu, Direktur Chen berdiri dengan tegang, raut wajahnya terlihat panik dan tidak tenang. Satu orang duduk dan satu orang berdiri, namun mereka sama sekali tidak melihat ke arah Yue Xinluo yang berjalan masuk dan membawa kopi.      

Yue Xinluo mengangkat kepalanya, dia diam-diam melihat ke arah Lu Yuchen. Dia dapat melihat kedua bola mata hitam milik pria yang sedang duduk di sofa itu terlihat sedikit muram, namun dia tidak bisa melihat perasaannya saat ini melalui matanya. Sekarang aku bisa mengerti kenapa Direktur Chen terlihat takut, sikap Lu Yuchen yang seperti ini membuat orang merasa seperti berdiri di atas lapisan es yang tipis. Sorot mata itu benar-benar sangat berbeda dengan dirinya yang kemarin menghabiskan malam bersama denganku, batinnya,     

Yue Xinluo menahan napasnya. Dia terus berjalan ke arah Lu Yuchen tanpa mengubah raut wajahnya. Hanya saja, dirinya yang biasanya bisa berjalan menggunakan sepatu hak tinggi itu seolah tidak menggunakan apa pun itu, tiba-tiba terpeleset hari ini karena tidak fokus. Hal itu membuat sepatu hak tingginya yang tingginya tujuh cm itu menjadi miring ke sisi kiri. Dia sama sekali tidak sempat bereaksi, dia hanya mengeluarkan suara rintihan pelan, kemudian terdengar suara cangkir kopi yang ada di tangannya terjatuh. Cangkir kopi itu pecah dan aroma kopi yang kuat itu seketika memenuhi kantor. Dia pun berusaha menahan rasa sakit kaki kirinya. Dia menggertakkan giginya dan berusaha untuk bangkit berdiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.