Waktu Bersamamu

Penuh dengan Rasa Penasaran Terhadap Anak Kecil di Depannya



Penuh dengan Rasa Penasaran Terhadap Anak Kecil di Depannya

2Mata anak perempuan itu ditutup dan masih sadarkan diri. Saat Lu Jiu baru menggendongnya, tubuhnya langsung menjadi kaku, kemudian gemetar dan menangis dalam diam.     

Ada anak yang sangat mirip dengan Nyonya Muda, tapi matanya malah berwarna biru. Dari berita yang aku tahu, Tuan Muda Han memiliki mata biru. Kalau Tuan Muda Lu melihat anak perempuan ini, apa mungkin… Batin Lu Jiu.     

Saat memikirkan hal itu, Lu Jiu tidak bisa menahan perasaannya untuk gemetar saat menggendong anak kecil yang menggemaskan dan sedang menangis secara diam-diam. Hanya Tuan Muda yang bisa melakukan sesuatu kepada anak kecil yang terlihat malang seperti ini… pikirnya.     

Lu Jiu menghela napas, setelah itu dia membawa anak perempuan itu masuk ke dalam vila milik Keluarga Lu di Kota B.     

***     

Lu Yuchen berada di ruang baca dan sedang menunggu Lu Jiu. Saat dia melihat Lu Jiu menggendong anak kecil yang menggunakan terusan muncul di ruang baca, dia langsung mengerutkan alisnya. Dia tahu bahwa ada dua anak kecil, namun dia tidak mengerti kenapa Lu Jiu hanya membawa salah satu dari merek.     

Lu Jiu tentu saja dapat melihat raut wajah tidak senang Lu Yuchen. Dia dengan hati-hati meletakkan anak perempuan yang tubuhnya masih gemetar itu di sofa yang ada di hadapan bosnya itu. Setelah itu, dia berjalan ke sampingnya dan memberikan laporan dengan suara pelan, "Anak kecil yang satunya dahinya terluka dan tidak sadarkan diri. Saya… saya mengambil keputusan untuk menyuruh orang membawanya pergi mengobati lukanya."     

Aku rasa Tuan Muda tidak mungkin memperlakukan anak Nyonya Muda dan Han Cangyan dengan baik, tapi anak-anak ini terlihat sangat menyedihkan, aku jadi ingat kepada adikku yang masih kecil, aku sama sekali tidak tega, kata Lu Jiu dalam hati.     

Lu Jiu awalnya berpikir bahwa dengan dia yang membuat keputusan sendiri, maka dirinya akan mendapat omelan dari Lu Yuchen. Namun, Lu Yuchen hanya terdiam dan tidak bertanya lebih lanjut. Dia berkata, "Hm, keluarlah…"     

Lu Yuchen tidak melihat ke arah Lu Jiu lagi, dia hanya fokus melihat ke arah wajah anak perempuan yang berisi itu. Walaupun mata anak perempuan yang duduk di depannya ditutup oleh kain hitam, tapi dia tetap dapat melihat wajah anak perempuan itu yang lembut dan tembam. Terlihat bekas air mata di pipinya yang putih itu. Bahkan walaupun matanya ditutup, tetapi dia tetap dapat melihat mulut kecilnya yang menggemaskan, lalu wajah yang terlihat lembut, telinga kecilnya yang indah, serta rambut hitamnya yang terlihat begitu lembut dan halus. Semua itu mengingatkan dirinya kepada Yue Xinluo.     

Saat ini, Lu Jiu sudah keluar dari ruang baca, jadi sekarang di ruang baca hanya tersisa Lu Yuchen dan anak perempuan itu. Anak itu terlihat sangat tegang, dia meringkukkan tubuhnya di pojok sofa dan sama sekali tidak berani bergerak ataupun bersuara. Tangan kecilnya masih gemetar dan bibirnya mengerucut, sehingga membuat wajahnya terlihat semakin memelas seolah akan menangis dengan keras kapan saja. Namun yang membuat Lu Yuchen semakin penasaran adalah saat melihat anak perempuan itu, dia sama sekali tidak memiliki sebuah perasaan marah atau meledak-ledak seperti yang dipikirkannya sebelumnya.     

Malah sebaliknya…      

Saat melihat anak perempuan itu meringkukkan tubuhnya di pojok sofa dan terlihat sangat memelas, Lu Yuchen malah memiliki sebuah keinginan untuk memeluknya dengan lembut dan menenangkannya dengan suara yang pelan. Dia dapat merasakan ada yang menggelitik hatinya. Tiba-tiba, dia sangat ingin membuka kain hitam yang menutupi mata indahnya, sehingga dia bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas. Dia memiliki perasaan penasaran yang bahkan tidak diketahui olehnya. Dia pun tiba-tiba bangkit berdiri, sebelum sadar, dia sudah berlutut di depan anak perempuan itu.     

Sementara anak perempuan yang duduk di sofa itu dapat merasakan pergerakan, lalu dia langsung menutup mulut kecilnya itu dengan rapat. Dia berusaha keras untuk tetap tenang, tapi bibirnya yang gemetar itu menunjukkan bahwa dia sedang sangat tegang.     

Dia sedang merasa takut? Batin Lu Yuchen.     

Lu Yuchen dapat merasakannya dari mengamati tubuh bocah yang gemetar itu. Dia ingin membuka kain hitam untuk melihat wajah anak perempuan itu dengan jelas, namun saat melihat reaksinya, tangannya yang sudah dia ulurkan untuk melepaskan kain hitam itu terhenti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.