I'LL Teach You Marianne

Yorkshire Utara



Yorkshire Utara

3Seperti yang dibicarakan tadi malam Alan mengajak Anne untuk kembali ke Luksemburg, begitu juga dengan tuan David Clarke dan rombongan. Meski mereka sama-sama pulang ke Luksemburg akan tetapi kedua Clarke itu naik pesawat yang berbeda.     

"Kita berangkat dengan pesawat yang berbeda Anne, jadi wajar kalau kita pulang dengan pesawat yang berbeda pula." Alan mengulang pertanyaannya untuk yang kesekian kalinya, mencoba memberikan penjelasan pada Anne.     

"Tapi kan tetap saja itu pemborosan."     

Alan terkekeh. "Pemborosan dari mana? Pesawat ini masih di Dubai sejak mengantar kita begitu juga dengan pesawat kakek, kalau misalkan kita bergabung dengan kakek pun pesawat ini akan tetap kembali ke Luksemburg. Dan akan sayang sekali kalau misalnya pesawat ini pulang ke Luksemburg dalam keadaan kosong, itu namanya baru pemborosan."     

"Logika macam apa itu,"dengus Anne kesal, ia tak pernah menang berdebat dengan suaminya.     

Senyum Alan pun semakin lebar, ia lalu meraih satu gelas wine yang baru saja dibawakan pramugari dan mendekati Anne yang duduk di sofa. "Aku mencintaimu Anne,"ucapnya pelan saat sudah bergabung dengan Anne disofa.     

Anne tak merespon perkataan suaminya, ia lebih memilih untuk terus menatap ke arah jendela yang tembus pandang. Menatap gumpalan awan.     

"Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar 10 jam 30 menit, kalau kau marah seperti itu padaku maka aku akan gila Anne." Alan mencoba mencari iba dari Anne.     

"Mana mungkin bisa gila, lagi pula banyak orang disini yang bisa kau ajak bicara,"sahut Anne ketus.     

"Ada istriku yang jelita disampingku, mana mungkin aku mengajak bicara orang lain!!"     

Anne menghela nafas panjang, ia lalu menutup penutup jendela yang membuatnya bisa melihat awan-awan di luar dan kembali menatap Alan dengan tatapan tak bersahabat. "Ok, sekarang mau bicara apa?"     

Alan menipiskan bibirnya, ia lalu meletakkan gelas wine yang isinya tinggal setengah dan meletakkannya di atas meja lalu kembali duduk tegap di hadapan Anne kembali.     

"Aku tak mau membagimu dengan orang lain, aku ingin menikmati banyak waktu denganmu berdua tanpa diganggu siapapun. Karena itulah aku mengajakmu naik pesawat yang berbeda dengan kakek,"ucap Alan serius.     

"Ya Tuhan, hanya karena itu alasannya?" Kedua mata Anne membulat saat bertanya.     

"Iya, memang alasan apa lagi. Aku tak mau kau sibuk dengan orang lain, apalagi dengan Alice kekasih si Erick itu. Sejak mereka datang kau semakin lengket padanya dan aku tidak suka,"jawab Alan jujur.     

Anne menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tak bisa berkata-kata lagi saat ini. Karena ada beberapa orang pramugari datang membawakan makanan, Anne tak melanjutkan perkataannya. Ia tak mau pertengkarannya dengan Alan didengar orang lain.     

"Silahkan dinikmati nyonya, kalau ada yang diinginkan lagi jangan sungkan memanggil saya."     

"Terima kasih Leslie, untuk saat ini cukup,"jawab Anne pelan menyebut nama pramugari cantik yang baru saja membawakan makanan untuknya.     

"Baik, kalau begitu saya permisi. Silahkan dinikmati Nyonya, Tuan."     

Anne tersenyum merespon perkataan pramugari berambut merah yang ramah itu, ia pun kembali menghadap ke Alan. Akan tetapi perhatiannya tercuri dengan keberadaan strawberry cake yang menggugah selera, tanpa pikir panjang Anne pun langsung meraih cake menggiurkan itu dari atas meja dan langsung menikmatinya tanpa memperdulikan Alan yang masih menatapnya tanpa berkedip.     

Karena Anne terlihat sangat menikmati makanannya Alan pun tak ingin melanjutkan perdebatannya, ia memilih untuk melanjutkan menikmati wine yang sebelumnya ia lewatkan diatas meja.     

"Anne…"     

"Yes?"     

"Apa kau percaya mimpi itu adalah sebuah petunjuk Tuhan?"     

Anne yang sedang menggigit strawberry langsung menoleh ke arah Alan. "Apa maksudmu?"     

Alan mendesah panjang. "Sungai, gereja, kain berwarna putih dan seorang gadis dengan rambut tergerai. Hal-hal itu yang aku terus mimpikan selama satu tahun terakhir, mimpi itu terus datang sampai akhirnya kau muncul dalam hidupku. Semuanya mulai kembali normal, aku bisa tidur nyenyak tanpa mimpi. Tanpa melihat gadis di pinggir sungai yang menangis, tanpa melihat seorang gadis yang matanya mirip denganmu menatapku sayu penuh luka. Aku benar-benar tersiksa dengan mimpi-mimpi itu Anne, sampai akhirnya aku melihatmu pertama kali di depan kantor baru Clarke's Jewel bersama Linda saat itu dadaku langsung berdebar hebat sampai terasa sakit. Meskipun dadaku terasa sakit akan tetapi malam harinya aku tak memimpikan gadis itu lagi Anne, hanya mimpi kain putih dan gereja saja. Kau mungkin tak akan percaya, sama seperti kumpulan dokter brengsek itu. Tapi aku jujur Anne, semua hal yang baru saja aku katakan benar. Setiap kali aku bangun dari tidur, dadaku terasa sakit seolah semuanya pernah aku lalui."     

"Gereja seperti apa yang muncul dalam mimpimu?"tanya Anne dengan suara bergetar.     

"Entahlah...hanya saja gereja itu seperti gereja yang berasal dari abad pertengahan, tidak terlalu jelas."     

Seketika air mata Anne mengucur deras, ia yakin kalau gereja yang Alan katakan adalah York Minster. Gereja tempat mereka mengikat janji dua tahun yang lalu dihadapan Tuhan, tanpa saksi. Hanya mereka berdua saja yang tahu akan sumpah sehidup semati itu.     

Melihat Anne menangis membuat Alan panik, tanpa bicara ia langsung meletakkan piring kecil berisi strawberry cake yang masih belum dihabiskan Anne keatas piring. "Kau kenapa menangis Anne? Maaf kalau aku berkata yang tidak-tidak, percayalah gadis dalam mimpiku itu aku sama sekali tak tertarik padanya. Aku juga tak mengenalnya, aku tak akan mungkin mengkhianatimu Anne. Dalam diriku hanya ada namamu saja Anne, tidak ada nama wanita lain."     

Dengan mata berkaca-kaca Anne menatap Alan. "Bisakah kita ke Inggris, aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat. Aku mohon."     

Alan terperanjat. "Inggris, kau ingin bertemu dengan Linda lagi? Tidak Anne, kita tetap pulang ke Luksemburg."     

"Aku mohon, selama ini aku tak pernah meminta sesuatu darimu. Jadi tolong kabulkan satu permintaanku ini, aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat. Bukan untuk menemui Linda,"ucap Anne dengan suara serak penuh harap.     

Alan terdiam cukup lama mendengar perkataan Anne, selama mereka menikah Anne memang belum pernah meminta apapun pada dirinya dan hal itu membuat Alan sedikit bimbang.     

"Memangnya kau ingin mengajakku pergi kemana?"tanya Alan pelan, akhirnya mengalah.     

Anne langsung menyeka air matanya dengan cepat. "Yorkshire Utara."     

"Bukan London?"     

"Bukan, aku ingin mengajakmu pergi mengunjungi sebuah tempat yang sangat ingin aku kunjungi."     

Alan terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia bangun dari sofa dan meninggalkan Anne sendirian untuk pergi ke area kokpit. Anne yang tak tahu kalau Alan pergi ke area kokpit nampak tertunduk sedih, padahal Anne yakin sekali jika bisa membawa Alan ke York Minster ingatannya Alan cepat kembali. Setelah pergi selama hampir 10 menit akhirnya Alan kembali duduk di samping Anne dengan wajah datar.     

"Karena aku sudah menuruti kemauanmu maka sekarang giliranmu menuruti keinginanku,"ucap Alan pelan sambil tersenyum.     

Anne mengangkat wajahnya dan menatap Alan. "Apa maksudmu?"     

Perlahan Alan mencondongkan tubuhnya ke arah Anne. "Puaskan aku ditempat tidur selama kita pergi ke Yorkshire Utara."     

"Kau serius kita ke Inggris?"pekik Anne dengan keras.     

"Seorang Alan Knight Clarke tak pernah berbohong sayang, karena aku sudah mengabulkan keinginanmu jadi sekarang giliranmu yang menyenang Tuan Clarke ini Nyonya Clarke."     

Wajah Anne memerah. "Memangnya kau belum puas, tadi pagi kau sudah….cup."     

Alan mendaratkan ciumannya ke bibir Anne. "Itu baru pemasaran sayang, permainan inti akan kita lakukan sesaat lagi."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.