I'LL Teach You Marianne

Opsi lain



Opsi lain

0Mendengar perkataan Alan membuat Anne semakin takut, kenangan akan malam mengerikan itu kembali hadir dalam ingatan Anne. Dimana waktu itu Alan juga memaksanya untuk melepas pakaiannya, Anne yang sudah pasrah akan mendapatkan pelecehan lagi dari Alan tiba-tiba terdiam saat tak merasakan kehadiran Alan di ranjang. Pakaiannya juga masih utuh, karena penasaran Anne akhirnya membuka kedua matanya dengan perlahan dan terkejut saat melihat Alan sudah bersimpuh di lantai tepat didepan ranjang dengan kepala tertunduk. Ia bahkan juga sudah melepaskan hampir semua pakaiannya dan hanya menyisakan celana boxer dari Calvin Klein saja yang membalut tubuhnya.     

"Apa yang kau lakukan?"tanya Anne dengan suara samar.     

"Menanti hukumanmu." Alan menjawab tanpa mengangkat wajahnya.     

Kening Anne berkerut. "Hukuman, hukuman apa?"     

Perlahan Alan mengangkat wajahnya dan menatap Anne yang sedang duduk di ranjang. "Hukuman karena aku sudah membuat luka dalam dirimu."     

"Apa maksudnya, aku tak mengerti,"tanya Anne bingung.     

"Bukankah kau takut aku bawa ke villa ini karena sudah aku perlakuan secara jahat Anne? Aku memang bajingan sekali, karena itu aku ingin minta maaf padamu dan sekarang aku rela kau menghukumku. Lampiaskan semua kemarahanmu padaku, asal kau tak lagi membenci tempat ini dan takut padaku lagi aku rela mendapati hukuman darimu. Hukum si bajingan brengsek ini Anne, aku tak akan melawan,"jawab Alan lirih dengan terus menatap Anne.     

Anne menutup mulut menggunakan kedua tangannya setelah mendengar perkataan Alan, ia tak percaya seorang Alan akan bicara seperti itu padanya.     

"Lakukan Anne, gunakan ikat pinggangku atau benda apapun. Aku tak akan melawan, aku akan…"     

"Kau sudah gila?"tanya Anne lirih tanpa sadar.     

"Iya, aku gila karenamu Anne. Kau yang membuatku jadi tidak waras, kau tak tahu betapa besar hasratku untuk memilikimu seutuhnya Anne. Kau tak tahu betapa ingin aku membuatmu menjadi wanita paling bahagia di dunia, kau tak tahu betapa besarnya rasa cintaku padamu Anne. Saat kau menolak ajakanku makan waktu itu aku nyaris terkena serangan jantung gila, rasanya sangat sakit sekali. Rasa takut akan kehilanganmu waktu itu membuatku akhirnya berbuat nekat dengan meminta anak buahku membawamu kepadaku, awalnya aku ingin bicara baik-baik denganmu tapi aku tak bisa. Aku tak bisa menahan diriku sampai akhirnya aku memaksakan kehendakku padamu, malam itu hanya hal itu yang terpikirkan olehku sampai akhirnya aku tahu kalau aku yang pertama untukmu. Rasa untuk memilikimu pun semakin besar, aku memutuskan untuk menjadikanmu milikku seutuhnya. Maaf jika caraku salah, aku tak tahu harus dengan apa mengikatmu saat itu karena kau menolak ajakanku untuk menjadi kekasihku dan…"     

"Kekasih kontrak maksudmu?! Jangan gila Alan, mana ada wanita yang mau menjalani hubungan berdasarkan surat kontrak. Gila itu namanya." Anne langsung memotong perkataan Alan dengan suara meninggi.     

"Tapi selama ini tak ada yang menolak dan mereka dengan senang hati…"     

"Ya memang selama ini ada yang mau melakukan itu denganmu Alan, tapi sungguh hubungan yang kau jalani itu tidak sehat. Hubungan yang didasari karena uang tak akan berhasil, karena itulah saat itu aku menolakmu dengan tegas. Jangan sama ratakan semua wanita, seperti wanita yang mau menjalani hubungan kontrak denganmu seperti itu. Itu salah besar Alan,"sahut Anne dengan tegas.     

Alan tertunduk. "Aku tahu, karena itulah aku semakin tertantang untuk memilikimu Anne, sampai akhirnya aku memaksamu untuk itu."     

Anne menghela nafas panjang, membahas soal kontrak yang pernah Alan tawarkan padanya beberapa waktu yang lalu membuat emosi Anne naik.     

"Sudahlah aku tak mau bahas itu lagi, sekarang kau bangun dan pakai pakaianmu. Kita pulang, aku tak mau ada disini. Aku tak mau…"     

"Tidak, kita akan tinggal disini mulai malam ini dan seterusnya."     

"Alan…"     

"Aku sedang menyembuhkanmu Anne." Alan kembali memotong perkataan Anne.     

"Menyembuhkan, menyembuhkan apa? Memangnya aku sakit? Aku tidak sakit Alan, aku baik-baik saja. Yang sakit justru kau, kau yang belum bisa mengingatku dengan baik,"jawab Anne ketus, ia tak sengaja mengungkit soal hilang ingatannya Alan saat ini.     

Alan menelan ludahnya dengan perlahan. "Menyembuhkanmu dari trauma akan apa yang aku lakukan di kamar ini."     

Anne terdiam mendengar perkataan Alan.     

"Aku ingin membuatmu lupa akan malam itu Anne, karena itu aku membawamu kembali ke tempat ini. Kita sudah menikah Anne, kita punya kehidupan sendiri. Tak selamanya kita akan tinggal satu rumah dengan kakek, aku ingin memiliki kehidupan rumah tangga yang mandiri bersamamu Anne. Membangun sendiri keluarga kecil kita, bersama anak-anak kita nantinya. Kalau kita selamanya tinggal bersama kakek maka aku tak bisa menjadi kepala rumah tangga yang sebenarnya Anne, makanya aku membawamu pulang ke rumahku sendiri. Rumah kita Anne,"ucap Alan panjang lebar, mengatakan niatnya membawa Anne pulang.     

Anne mengigit bibir bawahnya mendengar kata demi kata yang baru terucap dari bibir Alan, ingin sekali ia memberitahukan identitas sebenarnya pria yang masih berlutut dihadapannya itu. Namun Anne tak bisa, ia tak mau mengambil resiko melanggar apa yang sudah dokter beritahukanlah padanya.     

"Aku hanya ingin bahagia bersamamu Anne, aku tak mau kau ketakutan lagi dengan apapun. Termasuk vila ini, kamar ini. Karena itu aku memintamu untuk melampiaskan semua amarahmu padaku, supaya kenangan burukmu dikamar ini hilang." Alan kembali menambahkan perkataannya, kedua matanya terlihat sayu saat bicara.     

"Jadi kau ingin aku melupakan apa yang sudah terjadi dengan menghukummu?"     

"Iya, aku siap menerimanya Anne."     

Anne memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa sakit, ia benar-benar tak habis pikir dengan cara berpikir suaminya saat ini. Perlahan Anne turun dari ranjang dan ikut duduk didepan Alan yang masih bertumpu dengan kedua lututnya.     

"Memang kau pikir dengan menggunakan jalan kekerasan seperti itu semua masalah akan selesai?"tanya Anne pelan.     

"Bukan Anne, ini bukan kekerasan. Aku ingin kau melupakan memori buruk itu dengan menghukumku, jadi seandainya kau ada dikamar ini lagi maka memori lama itu akan hilang dan berganti dengan memori baru yang menyenangkanmu. Karena itu cepat ambil ikat pinggangku, lalu pukul aku sepuasmu. Aku sudah siap lahir batin, kalau dengan menyakiti aku traumamu bisa hilang maka aku rela,"jawab Alan penuh semangat.     

Anne menghela nafas panjang, ia akhirnya sadar bahwa apa yang dilakukan Alan saat ini adalah untuk dirinya. Untuk menghilangkan trauma yang ia alami, beberapa saat yang lalu Anne merasa ada yang salah dengan Alan namun kini ia mengerti jalan pikiran suaminya yang sangat unik itu. Setelah menyakinkan diri akhirnya Anne berani menyentuh wajah Alan, perlahan ia menggerakkan jemarinya di wajah Alan.     

"Kalau kau ingin menghapus kenangan buruk dengan cara seperti itu maka caramu salah Alan, adu fisik tak selamanya harus diselesaikan dengan cara kekerasan juga. Masih banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk menghindari pertumpahan darah,"ucap Anne lembut.     

"Maksudmu apa? Aku tak mengerti?"     

Anne mengigit bibir bawahnya, dadanya berpacu sangat cepat saat ini. Meskipun tahu apa yang akan dilakukan sangat beresiko namun Anne tetap berusaha mencobanya, Anne menurunkan harga dirinya demi Jack yang sudah sangat jauh darinya.     

"Anne, kenapa kau diam? Apa yang sebenarnya ingin kau…cup~     

Anne mencium bibir Alan dengan cepat, dalam hitungan detik. "Begitulah cara untuk menghilangkan kenangan buruk Alan."     

Alan terdiam beberapa saat, ia lalu menatap Anne tanpa berkedip berusaha mencerna kata-kata yang diucapkan Anne sebelumnya.     

Kedua mata Alan pun berkilat saat berhasil memahami apa yang Anne pikiran.     

"Kau yakin dengan itu?"tanya Alan serak.     

"Yakin."     

Alan mengulurkan tangannya dan meraih tubuh Anne, sebelum akhirnya ia dudukkan Anne diatas pahanya. "Aku berikan kesempatan satu kali lagi Anne, setelah itu kau tak bisa pergi dariku. Apa kau yakin dengan ini?"     

Anne tak menjawab perkataan Alan, ia justru kembali memberikan ciuman ke bibir suaminya.     

Alan menipiskan bibirnya. "Kau yang memintanya, jangan hentikan aku. Malam ini aku tak akan melepaskanmu,"ucap Alan dengan suara serak, kedua tangannya pun mulai bergerak meremas bokong Anne dengan gerakan sensual yang akhirnya membuat sebuah erangan keluar dari bibir Anne.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.