I'LL Teach You Marianne

Clarke Enterprise



Clarke Enterprise

3Setelah bertemu dengan Roger Dauglas di restoran Alan lalu mendapatkan pengawalan yang lebih ketat lagi, ia tak diperbolehkan untuk pergi seorang diri. Bukan oleh tuan David Clarke, akan tetapi Anne. Anne meminta para bodyguard untuk menemani kemanapun Alan pergi dan karena itu adalah perintah Anne alhasil Alan tak bisa menolak, ia hanya bisa pasrah. Tuan David Clarke pun hanya bisa tersenyum ketika melihat Alan patuh dan tak membantah seperti yang sudah-sudah.     

"Hari ini aku ada meeting dengan salah satu vendor untuk proyek baru perusahaan, jadi kemungkinan aku akan pulang malam,"ucap Alan pelan pada Anne yang sedang membantu Alan memakai jas.     

"Ok, yang penting kau bersama pengawal aku tenang. Dan iya aku hampir lupa, Erick hari ini mulai ikut bekerja denganmu bukan?"     

Alan menghela nafas panjang. "Iya dan karena itu sejak kemarin Nicholas marah-marah, ia tak setuju Erick ikut bekerja denganku."     

"Kenapa Nicholas marah? Bukankah bagus kalau ada orang yang membantumu."     

"Nick takut posisinya digantikan oleh Erick, maka dari itu sejak kemarin ia terus menempel padaku,"jawab Alan sambil tersenyum geli saat mengingat tingkah Nicholas, asisten terbaiknya.      

Anne tersenyum geli, sebenarnya ia sudah tahu perihal persaingan sengit antara Nicholas dan Erick untuk bisa menjadi nomor satu di sisi Alan. Nicholas yang merasa Alan adalah tuannya tak memperbolehkan Erick terlalu dekat dengan Alan, sementara Erick juga tak mau kalah karena merasa memiliki Alan.      

"Kenapa tersenyum sendiri?"tanya Alan penasaran.      

"Tidak apa-apa, ya sudah ayo turun. Semua orang pasti sudah menunggu kita di…"     

"Pakai ini." Alan memotong perkataan Anne dengan menyodorkan dua buah kartu berwarna hitam dan putih.      

"Ini.."     

"Kartu kredit milikku yang bisa kau gunakan sepuasmu,"ucap Alan pelan sambil tersenyum.     

Anne membatu saat melihat dua kartu kredit berwarna hitam yang terkenal dengan sebutan Amex Black Card atau Centurion Card, kartu kredit tanpa batas itu merupakan jenis paling eksklusif yang dikeluarkan oleh American Express, salah satu bank terbesar di AS ada di tangannya.     

"Saat ini masih menggunakan namaku, tapi nanti kalau milikmu sudah selesai prosesnya maka kau bisa menggunakan milikmu sendiri."      

Anne menelan ludahnya dengan susah payah. "Kau memintaku untuk menggunakan kartu kredit ini?"     

"Yes, kau bisa belanja sepuasmu."     

"Ini berlebih Alan, aku tak membutuhkan ini."     

Alan menatap Anne sambil tersenyum. "Sebagai Nyonya Clarke kau harus tampil sempurna di setiap kesempatan, oleh karena itu kau harus menggunakan kartu kredit ini untuk menyalurkan hobi perempuan dengan berbelanja berjam-jam di sebuah mal seperti yang lainnya. Aku tak suka melihatmu hanya duduk sambil dengan Alice di taman sampai sore hari, lebih baik kau melakukan kegiatan yang lebih menyenangkan dengan mengelilingi mal yang kau mau. Aku bisa meminta Nick untuk mengosongkan mall itu jika kau merasa tak nyaman ketika sedang berbelanja nanti."     

Anne langsung mengibaskan tangannya dengan cepat. "No no no jangan lakukan itu, itu berlebihan sekali. Lagipula kalau aku sampai melakukan itu maka banyak orang yang akan dirugikan dan aku tidak mau membuat orang lain terlibat kesulitan karena ego."     

"Tapi itu lebih nyaman untukmu baby, kau bisa memilih pakaian, sepatu dan tas sesuai seleramu tanpa diganggu orang lain."     

"Alan…"desah Anne lirih saat merasakan bibir Alan sudah mendarat di lehernya.      

"Jadi bagaimana? Kau mau berbelanja atau tidak?"tanya Alan lirih saat memainkan lidahnya di belakang telinga Anne.     

"Iya...iya...aku akan berbelanja, menghabiskan uangmu dengan mall yang sudah dikosongkan,"jawab Anne asal bicara, karena tak bisa berpikir saat Alan mulai menyentuhnya kembali dengan menyelipkan tangannya ke dalam blouse yang ia gunakan saat ini.      

Alan langsung menghentikan perbuatannya dan menatap Anne yang terlihat sangat menggiurkan dengan ekspresi wajahnya saat ini.     

"Kau serius bukan dengan ucapanmu?"     

"Aku serius, aku akan pergi bersama Alice setelah kau berangkat,"jawab Anne pelan sambil mencengkram tangan Alan yang berusaha melepas blouse yang ia gunakan.      

"Benarkah? Tapi sepertinya aku berubah pikiran, aku masih ingin bermain satu ronde lagi denganmu baby,"bisik Alan penuh nafsu, menyentuh sedikit kulit Anne saja membuatnya bergairah.      

Kedua mata Anne membulat. "Tapi kau harus berangkat bekerja Alan, bukankah kau ada meeting penting hari ini?"     

Alan tak menjawab perkataan Anne, ia justru membungkuk dan meraih Anne dalam pundaknya dan ia bawa ke sofa yang berada di samping dinding kaca yang tembus pandang.      

"Alan, jangan disini,"ucap Anne ketakutan saat menyadari dirinya saat ini dibawa ke sofa tempat biasa di menghabiskan waktu untuk membaca buku setiap pagi saat menunggu Alan selesai mandi.      

Alan tersenyum, ia kemudian bangun dan melepaskan satu persatu pakaian yang sebelumnya dipakaikan oleh Anne. "Tenang, tak ada yang bisa melihat kita. Kaca ini didesain tak terlihat dari luar, lagipula misalkan ada orang diluar pun tak akan ada yang berani melihat kita Anne."     

"Tapi meeting pentingmu…"     

"Bisa ditunda, aku bosnya,"sahut Alan dengan cepat memotong perkataan Anne.      

Setelah berhasil melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya Alan langsung meraih tubuh Anne, membantunya melepaskan semua pakaiannya sebelum akhirnya terdengar suara erangan dari Anne saat Alan berhasil mengambil alih kuasa atas tubuhnya.      

****      

"Saya suka sekali dengan presentasi Anda tuan Smith,"ucap Alan basa basi pada salah satu vendor yang sedang menawarkan diri untuk menjadi bagian dari proyek baru Clarke Enterprise, perusahaan raksasa keluarga Clarke yang memiliki banyak anak perusahaan di Luksemburg.      

Pria muda yang bernama Anthony Smith itu tersenyum lebar mendapat pujian dari seorang Alan Knight Clarke, ia kemudian meraih tangan Alan yang terulur padanya dan mencengkramnya dengan kuat. "Sungguh sebuah kebanggaan tersendiri bagi perusahaan kami, bisa ikut andil dalam proyek baru perusahaan anda Tuan Clarke."     

"Saya juga senang Tuan, semoga perusahaan anda bisa melewati proses lainnya,"jawab Alan tenang sambil tersenyum.      

Anthony Smith pun melepaskan cengkraman tangannya pada Alan karena ia harus bertemu dengan tim perencanaan dari Clarke Enterprise, membahas beberapa hal lainnya sebelum perusahaannya bisa lolos dan menjadi bagian dari proyek raksasa Clarke Enterprise dalam membangun sebuah hunian mewah di Dubai yang digadang-gadang akan menandingi Palm Island yang sudah berdiri di pesisir pantai Dubai.      

Alan bekerja sama dengan pemerintah Dubai untuk membuat pulau buatan yang akan membuat Dubai semakin menarik wisatawan, karena itulah saat ini ia sangat fokus pada proyek raksasa ini meski masih terus memantau perusahaan perhiasan keluarga Clarke yang sebentar lagi akan diluncurkan. Sebagai salah satu keluarga yang terpandang di Luksemburg, tak heran jika bisnis keluarga Clarke terus berkembang dari masa ke masa. Hal inilah yang membuat banyak orang iri kepada keluarga Clarke dan berniat merebut apa yang mereka miliki seperti yang dilakukan oleh Ivan dan Roger Dauglas, sebenarnya Ivan Dauglas juga berasal dari keluarga kaya walaupun kekayaannya masih tak bisa mengimbangi kekayaan Tuan David Clarke yang berhasil mengembangkan bisnis keluarganya secara turun-temurun bahkan mampu merambah ke bidang lain sehingga membuat pundi-pundi kekayaannya terus bertambah dari waktu ke waktu.      

Karena itulah keselamatan sang ahli waris dari keluarga Clarke satu-satunya itu menjadi sangat penting, mengingat tuan David Clarke tak menikah lagi setelah istrinya meninggal puluhan tahun yang lalu. Erick yang baru pertama ikut meeting bersama Alan merasa sangat takjub ketika melihat perusahaan pemilik tuan David Clarke, ia tak percaya perusahaan raksasa yang tak pernah meminjam dana ke Muller Finance Internasional itu kini menjadi milik tuannya.      

"Setelah meeting ini selesai kau dan Erick pergilah ke Clarke's Jewel, pantau perkembangan disana. Sementara aku akan tetap di kantor, mengurus para vendor yang lain,"ucap Alan pelan memberi perintah pada Nicholas untuk membawa Erick ke perusahaan anak cabang Clarke Enterprise.      

"Siap Tuan, tapi apa anda yakin ingin seorang diri di kantor?"     

Alan tersenyum. "Aku tak sendiri Nick, ada banyak staf disini. Aku harus menyelesaikan dokumen-dokumen ini sebelum makan malam tiba, aku tak mau telat sampai rumah."     

"Baiklah kalau begitu Tuan, saya akan pergi bersama Erick. Saya permisi."      

Nicholas dan Erick pun bergegas pergi dari ruangan Alan untuk menuju ke Clarke's Jewel, memeriksa perkembangan disana menggantikan tugas Alan.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.