I'LL Teach You Marianne

Cemburu tak masuk akal



Cemburu tak masuk akal

0Alan tersenyum simpul saat melihat betapa lahapnya Anne makan, tak ada satu menupun yang terlewat darinya. Mulai dari makanan berat sampai makanan ringan, semua masuk kedalam mulut kecil Anne, meski sebenarnya Anne tak benar-benar menghabiskannya secara utuh. Ia hanya mencicipi semua makanan yang terhidang dihadapannya dengan penuh semangat, Anne bahkan tak memperdulikan rambutnya yang belum kering.     

"Selapar itukah?"celoteh Alan menggoda Anne.     

Anne yang sedang menikmati foie gras langsung menusukkan pisau ditangan kanannya ke atas piring dan menatap tajam ke arah Alan.     

"Wo wo wo...ampun Nyonya, aku menyerah. Maafkan kesalahanku." Alan memekik keras sambil mengangkat kedua tangannya di udara.     

Anne hanya mengedipkan matanya sekali tanpa berbicara, ia kemudian kembali mengiris foie gras dan langsung mengoleskannya ke saus khas Perancis yang berada dipiringnya sebelum dimasukkan ke mulutnya kembali. Alan hanya bisa terkekeh melihat cara makan Anne, karena tak mau mengganggu singa betina yang sedang makan Alan pun akhirnya memilih duduk tenang menikmati makanan yang sama dengan Anne. Karena melihat Anne sangat menyukai foie gras, Alan lalu memindahkan sepotong foie gras miliknya ke atas piring Anne.     

"Tak usah, punyaku masih ada,"ucap Anne pelan menolak pemberian Alan.     

"It's ok, aku hanya tak mau menyisakan makanan lezat ini saja. Masih banyak menu lagi yang ingin aku coba,"jawab Alan dengan cepat sembari menarik kalkun panggang dari sisi kiri Anne ke atas piringnya.     

Anne tersenyum. "Terima kasih."     

"Ini bukan hal besar Anne, ya sudah cepat habiskan jangan sampai aku berubah pikiran dan..."     

"Apa!!!"     

"Hahaha...ampun Nyonya, aku hanya bergurau. Aku tak mungkin mengambil makanan yang sudah ada diatas piringmu."     

Anne tak merespon perkataan Alan, ia memilih kembali menikmati foie gras miliknya dengan penuh penghayatan seperti bangsawan-bangsawan Perancis abad pertengahan. Begitu anggun dan elegan. Melihat cara Anne menikmati salah satu makanan mewah asal Perancis membuat Alan semakin mengagumi wanitanya itu, Anne benar-benar tahu cara menempatkan dirinya dan hal itu membuat Alan merasa bangga.     

Setelah makan selama hampir 30 menit hampir semua piring diatas meja dan troli kosong, Anne yang belum makan dari pagi ditambah energinya yang dikuras habis-habisan oleh Alan membuatnya bisa memakan semua makanan lezat dan luar biasa itu.     

"Red wine ma'am?"     

Anne menggeleng. "Kemampuan minumku jelek, tubuhku tak bisa menahan alkohol."     

"Benarkah? Jadi kau belum pernah menyentuh minuman enak ini selama hidupmu?"tanya Alan terjut.     

"Sudah, satu kali. Itupun aku sudah membuat kekacauan besar,"jawab Anne lembut sambil tersenyum saat mengingat apa yang ia lakukan saat tak sengaja meminum minuman milik Jack dua tahun lalu.     

"Benarkah? Ceritakan padaku." pinta Alan dengan mata berbinar.     

Anne meraih sapu tangan yang ada disampingnya dan menyeka bibirnya dengan lembut. "Aku tak suka mengingat semua yang sudah berlalu, karena aku yakin kau pasti tak suka mendengarnya."     

"Kau belum mencoba Anne, jadi bagaimana bisa kau bilang aku tak suka!"geram Alan kesal.     

Anne tersenyum, perlahan ia bangun dari kursinya dan mendekati Alan yang duduk dihadapannya. Perlahan Anne mendekati Alan dengan meletakkan kedua tangannya di pinggiran kursi. "Kau yakin mau mendengar bagaimana aku minum pertama kali? Kau sudah siap mengetahui kenyataan bahwa aku memiliki kenangan indah dengan orang itu saat aku mabuk?"     

Rahang Alan seketika mengeras, kilat matanya memancarkan kemarahan yang sangat besar. Kecemburuan tergambar jelas dalam diri Alan saat ini.     

"Katakan saja, aku yang memintanya. Jadi aku akan baik-baik saja,"ujarnya pelan, setiap kata yang ia ucapkan penuh penekanan.     

"Jack..."     

Anne langsung menutup rapat mulutnya saat merasakan hawa dingin yang menusuk keluar dari tubuh Alan yang menatapnya tanpa berkedip saat ini.     

"Lanjutkan,"titah Alan dingin.     

Anne menelan ludahnya dengan susah payah, ia berusaha menenangkan detak jantungnya yang berpacu sangat cepat saat ini. Meski saat ini yang ia hadapi adalah orang yang sama, orang yang ia cintai akan tetapi Anne sadar bahwa saat ini pria yang ia cintai itu bukan dirinya yang sebenarnya. Karena itulah ia merasa sedikit takut, tak seperti saat menghadapi marahnya Jack dulu.     

"Aku tak akan meminta untuk kedua kali Anne,"ucap Alan kembali mencoba mengingatkan Anne yang tiba-tiba diam dan tak melanjutkan ucapannya.     

"Saat itu, dua tahun yang lalu aku sedang dibawa pulang ke rumah Jack karena aku punya sedikit masalah dan Jack membantuku. Namun karena saat itu ia sedang ada keperluan yang tak bisa ditinggalkan akhirnya ia mengajakku pulang untuk mencarikan jalan keluar untukku sampai akhirnya aku tak sengaja meminum minuman keras miliknya diatas meja, para pelayan yang melihatku saat itu langsung mengurusku dan membawaku ke kamar yang ada di rumah Jack."     

Gigi Alan saling beradu dan berbunyi, amarahnya langsung datang saat Anne menyebut nama pria yang ia benci berkali-kali. Rasanya saat ini Alan ingin sekali mendatangi pria bernama Jack itu dan membunuhnya karena sudah berani membawa Anne pulang ke rumahnya.     

"Apa yang dilakukan pria brengsek itu padamu?"     

"Nothing, Jack selalu sopan padaku."     

Brak..     

Alan menggebrak meja yang ada dihadapannya.     

"Imposible, tak ada laki-laki yang bisa menahan hasratnya ketika bersama wanita Anne. Apalagi wanita itu secantik dirimu, aku yakin sekali dia punya rencana jahat dengan membawamu pulang dan satu lagi, minuman keras itu pasti memang keparat itu siapkan untuk menjebakmu!"sahut Alan dengan nafas memburu. "Laki-laki normal pasti punya nafsu Anne, kecuali kalau dia sudah dikeberi aku baru percaya kalau dia tak punya niat jahat padamu."     

Anne terdiam, kedua matanya membulat sempurna saat mendengar perkataan Alan. Ia tak menyangka Alan akan semarah itu, marah pada dirinya sendiri atas apa yang ia lakukan dua tahun yang lalu. Sungguh gila!     

"Jawab Anne jangan diam saja!"     

"Jawab apa? Memangnya kau bertanya apa padaku?"tanya Anne bingung.     

Alan menggeram. "Apa yang sudah keparat itu lakukan padamu?"     

Anne menghela nafas panjang, sepertinya ia benar-benar harus punya stok kesabaran yang banyak saat berbicara dengan suaminya ini. Ingin sekali rasanya Anne memukul kepala suaminya dengan sepatu yang saat ini ia gunakan supaya ingatan suaminya itu kembali, namun Anne sadar bahwa ia tak bisa melakukan itu karena akan sangat beresiko sekali. Ternyata rencananya untuk merangkai serpihan-serpihan masa lalu mereka berdua untuk diingatkan kembali pada Alan sangat sulit.     

"Nothing, bukankah tadi aku sudah menjawabnya. Jack itu sangat sopan padaku, dia tak pernah mencari kesempatan padaku. Jangankan menyentuhku, menciumku saja ia tak berani. Menatapku lebih dari 2 menit saja ia tak mau,"desah Anne putus asa.     

Damn. Cium, sentuh. Laki-laki brengsek mana yang berani melakukan hal itu pada milikku!     

Secara tiba-tiba Alan bangun dari kursi dan terus mendorong Anne kebelakang menuju ranjang, Anne yang terkejut hanya bisa berteriak kecil saat Alan mendorongnya seperti itu.     

"Katakan padaku, dimana orang itu sekarang Anne. Aku ingin mencongkel kedua mtanya karena berani menatap milikku, aku akan keluarkan otak kotornya itu,"ucap Alan dingin dengan mata berkilat menatap Anne yang berada dibawahnya.     

"Kau mau mencongkel kedua matanya? Kenapa?"tanya Anne tak percaya.     

"Karena kau yakin si brengsek itu pasti sudah menatapmu berkali-kali dan merancang rencana busuk bersamamu dalam otaknya,"jawab Alan penuh keyakinan. "Jadi katakan dimana pria itu sekarang?"     

Anne menipikan bibirnya. "Jack, dia dinyatakan tewas dua tahun karena tenggelam di selat Inggris."     

Alan terdiam beberapa saat sampai akhirnya ia menarik tubuhnya dari atas tubuh Anne dan tertawa terbahak-bahak.     

"Bagus...pria brengsek sepertinya memang patut mati dimakan plankton, walau sebenarnya kau ingin sekali membunuhnya dengan tanganku sendiri. Baiklah karena si brengsek itu sudah tak ada mulai sekarang jangan sebut atau ingat dirinya lagi Anne, ingat satu hal bahwa kau adalah milikku, hanya ada aku yang boleh kau ingat."     

Anne mengigit bibir bawahnya, berusaha menahan diri agar tak kelepasan mengatakan yang sebenarnya pada Alan bahwa pria yang akan ia congkel matanya adalah dirinya sendiri.     

"Beri kesabaran lebih padaku Tuhan,"ucap Anne dalam hati saat melihat Alan masih kegirangan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.