I'LL Teach You Marianne

Kejujuran yang terungkap



Kejujuran yang terungkap

2Semenjak sadar dari pingsannya Alan masih tak mau bicara dengan Anne, ia bahkan dengan terang-terangan berusaha menghindarinya dan hal itu dirasakan oleh Anne.     

"Apa kakek tahu kalau aku dirawat?"tanya Alan dingin saat sudah berada di pesawat.     

"Tidak Tuan, nyonya melarang kami memberitahukan kondisi anda padanya,"jawab seorang bodyguard dengan kepala tertunduk.     

"Ok, ini bukan salahmu. Ya sudah kalau begitu kau boleh kembali."     

"Siap Tuan."     

Anne yang duduk tak jauh dari suaminya bisa mendengar apa yang sedang mereka perbincangkan, ia lebih memilih untuk tetap duduk di kursinya menatap gumpalan awan di langit. Perjalanan mereka masih membutuhkan waktu 30 menit lagi untuk tiba di Luksemburg dan selama penerbangan tak ada percakapan apapun yang terjadi antara Anne dan suaminya, para bodyguard pun hanya bisa diam saat menyadari perang dingin antara sang tuan dan sang nyonya muda mereka tanpa berani melakukan apa-apa.     

Karena masih 30 menit lagi akhirnya Anne pun terlelap, ia tidur membelakangi Jack yang menatapnya tanpa berkedip.     

Setelah pesawat hampir mendarat seorang pramugari mendatangi Jack untuk memberitahukan bahwa mereka akan segera landing, Jack pun bersiap dan memasangkan kembali sabuk pengamannya.     

"Apa perlu kita bangunkan nyonya untuk bersiap tuan?"tanya seorang bodyguard kembali pada Jack yang sudah duduk dengan tegap.     

"Tidak usah, biarkan dia tidur. Lagipula dia juga memakai sabuk pengaman, jadi dia akan baik-baik saja."     

"Baik Tuan."     

Jack kembali menatap Anne dingin, kedua matanya terlihat lebih lembut dari sebelumnya. Cara memandang Anne pun juga sudah berbeda dari sebelumnya, akan tetapi tetap saja bagi orang yang melihatnya pasti akan tetap takut. Tuan muda mereka terlihat seperti orang lain saat ini, terlihat lebih menakutkan dari sebelumnya yang jelas.     

Ketika pesawat sudah mendarat Jack turun terlebih dahulu, sementara Anne yang baru bangun masih merapikan rambutnya yang acak-acakan dibantu seorang pramugari yang telaten melayaninya.     

"Jack...akh Alan, apakah dia sudah turun?"tanya Anne pelan.     

"Sudah nyonya, tuan sudah menunggu anda di mobil saat ini,"jawab seorang pramugari ramah.     

"Oh begitu, ya sudah aku turun sekarang."     

"Baik Nyonya, biarkan tas anda saya bawakan."     

"Tidak usah, biarkan aku yang…"     

"Tidak apa-apa Nyonya, ini sudah pekerjaan saya."     

Anne pun akhirnya mengalah, ia membiarkan pramugari cantik yang bernama Julia membantunya membawa handbag warna hitam keluaran channel terbarunya. Saat sedang menuruni anak tangga Anne bisa melihat mobil yang membawa Jack pergi tanpa menunggu dirinya yang masih ada di setengah tangga, ia hampir berteriak sebenarnya akan tetapi karena melihat Jack menutup kaca mobilnya dengan cepat akhirnya Anne membatalkan niatnya untuk memanggil suaminya. Dadanya pun terasa semakin sesak saat ini, Anne mengira setelah sadar Jack akan mengingat dirinya. Akan tetapi nyatanya tidak, suaminya itu masih belum kembali. Jack-nya yang hilang masih belum pulang dan itu semua semakin diperburuk dengan dinginnya perlakuan Jack padanya, yang tak mau menatap apalagi berbicara dengannya.     

Setelah berhasil menguasai dirinya, Anne lalu meneruskan langkahnya untuk menuruni tangga dan menuju mobil yang sudah siap membawa dirinya pulang.     

"Terima kasih bantuannya Julia,"ucap Anne tulus pada Julia yang sudah membantunya.     

"Dengan senang hati Nyonya, sampai jumpa di penerbangan selanjutnya."     

Anne tersenyum tipis mendengar perkataan Julia ia kemudian memerintahkan driver untuk segera pulang, banyak hal yang ingin ia bagikan pada Alice. Sepanjang perjalanan pulang Anne terus berkomunikasi dengan dokter Kristen yang terus memberinya semangat, kesedihan Anne pun sedikit terobati karena mendapat dorongan semangat dari orang yang mengerti dirinya saat ini.     

Sementara itu di dalam mobilnya Jack terus sibuk dengan ponsel pintarnya, ia terus membaca profil tentang Alan Knight Clarke di internet. Bahkan ia juga membaca satu persatu pesan masuk di akun Alan, begitu pula dengan pesan-pesan yang tertimbun rapi di email tanpa pernah dibuka. Sehingga perjalan selama hampir 50 menit terasa cepat sekali untuknya.     

"Kita akan lewat jalan samping Tuan,"ucap sang driver sopan     

"Kau yakin? Tapi kenapa banyak sekali mobil di sekitar rumah?"tanya Jack bingung saat melihat banyak sekali mobil dengan logo kantor berita dan majalah berjajar rapi di depan gerbang mansion sang kakek.     

"Maaf Tuan, saya tidak berhak untuk menjelaskan. Yang pasti saat ini kehadiran anda sudah dinantikan Tuan besar,"jawab sang driver kembali tanpa berani menatap wajah sang tuan muda dari kaca spion.     

"Oh ya, baiklah ayo bawa aku masuk. Aku sudah ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."     

"Baik Tuan."     

Mobil berwarna hitam itu pun langsung melanjutkan jalannya menuju pintu samping untuk masuk ke dalam mansion, dimana dijalan itu saat ini sudah dijaga oleh para bodyguard yang menghalau para pemburu berita masuk. Ketika mobil berhasil masuk kedalam mansion, Jack langsung turun dan disambut oleh Nicholas dan Erick yang sudah menunggunya.     

"Ada apa? Kenapa ramai sekali?"     

Nicholas dan Erick terlihat saling pandang beberapa saat.     

"Tuan besar akan menjelaskan semuanya Tuan,"jawab Erick pelan.     

"Ok, jawaban yang sama. Tadi driver yang menjemputmu juga mengatakan hal serupa, kalian ini senang sekali bermain tebak-tebakan seperti ini. Padahal kau tahu sekali bukan Erick kalau aku sangat tidak menyukai hal ini?"     

Erick tersentak mendengar pertanyaan dari sang tuan, kedua matanya membulat sempurna menatap Jack tanpa berkedip. Sementara Jack hanya bisa tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya, karena sudah penasaran dengan apa yang terjadi Jack kemudian meneruskan langkahnya masuk ke dalam rumah untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi. Banyak sekali pertanyaan yang ia ingin tanyakan pada semua orang yang sudah sejak dua hari lalu, termasuk pada Anne yang akhirnya membuatnya kesal sendiri karena Anne tak kunjung berbicara dengannya. Padahal sebenarnya ia sudah mengharapkan sekali Anne mau memulai menjelaskan apa yang terjadi padanya terlebih dahulu tanpa ia tanyakan, namun kenyataannya Anne justru tetap diam yang akhirnya membuatnya kesal sendiri pada Anne.     

"Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Kenapa banyak sekali…"     

"Tuan muda, kemarilah ada hal penting yang harus kami bicarakan terlebih dahulu." Luis langsung memotong perkataan Jack begitu ia masuk kedalam rumah.     

Jack pun lagi-lagi hanya bisa patuh ketika diajak Luis masuk kedalam ruang keluarga yang dimana saat ini sudah ada tim dokter yang dipimpin oleh dokter Leo duduk bersama sang kakek, yang terlihat sangat tegang. Tak ada sedikitpun senyum diwajah mereka sehingga membuat Jack yakin ia akan segera mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar dalam kepalanya.     

"Sebelumnya kakek ingin minta maaf padamu, maafkan kakek karena sudah memanfaatkanmu. Tapi tolong jangan benci kakek, karena yang kakek lakukan ini demi untuk kebaikanmu sendiri dan saudara kembarmu,"ucap tuan David Clarke pelan memulai bicara.     

"Saudara kembar? Saudara kembar apa?"tanya Jack dengan cepat.     

Tuan David Clarke menarik nafas panjang. "Maafkan kakek yang sudah memanfaatkanmu selama ini, maafkan kakek yang sudah egois membuatmu menjadi Alan. Maafkan kakek, Jack...maafkan kakekmu ini."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.