I'LL Teach You Marianne

Memetik Karma



Memetik Karma

0Anne menatap Alan yang hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa ada satu suap pun yang masuk kedalam mulutnya, Anne yakin sekali kalau pria yang sudah pergi sekitar 20 menit yang lalu lah penyebabnya.     

"Kau pembohong,"ucap Anne tiba-tiba sambil menyeka bibirnya dengan tisu.     

Alan pun langsung tersadar dari lamunannya seketika saat mendengar perkataan Anne.     

"Kau bicara apa Anne?"     

"Sudahlah, tak penting. Tak usah dibahas,"jawab Anne ketus.     

Alan menghela nafas panjang. "Ayolah, jangan begitu. Maaf kalau aku tak mendengar apa yang kau ucapkan tadi, tapi tolong jangan marah." Dalam gerakan cepat Alan sudah mencengkram tangan kanan Anne dengan kuat.     

"Apa yang kau pikirkan?"tanya Anne pelan.     

"Banyak sekali, terutama hal-hal menarik yang ingin aku coba bersamamu di kamar."     

"Alan!!!"     

Alan terkekeh. "Kau itu menggemaskan sekali saat marah dan membuatku semakin menginginkanmu Anne."     

Anne menarik paksa tangannya dari cengkraman tangan Alan dan langsung bersiap untuk bangun, akan tetapi gerakannya terhenti oleh Alan yang langsung menahannya agar tak pergi.     

"Mau kemana?"tanya Alan terkejut.     

"Pulang, aku tak mau disini duduk seperti orang bodoh. Melihatmu melamun tanpa menyentuh makananmu sedikitpun, padahal dari awal kau yang mengajakku ke tempat ini. Kalau memang makanan di restoran ini tidak enak kenapa kau harus membawaku kesini,"jawab Anne ketus.     

Alan melepaskan cengkraman tangannya dan menyentuh wajah Anne dengan lembut. "Aku tak melamun, aku sedang berpikir tadi. Bertemu dengan si brengsek Roger Dauglas itu membuat nafsu makanku hilang."     

Kedua mata Anne langsung membulat sempurna. "Roger Dauglas?"     

"Ya, pria tadi adalah Roger Dauglas teman baikku yang menusukku dari belakang. Teman baik yang menginginkan semua yang aku miliki, termasuk para gadis yang dekat denganku. Karena itulah tadi aku menyembunyikanmu dari jangkauannya, aku tak rela satu inci kulitmu di sentuh atau dilihat olehnya." Alan bicara dengan nada penuh kebencian, selama satu tahun terakhir ini Roger selalu saja mencari masalah dengannya. Dan hal ini membuatnya kesal.     

Anne yang sudah tahu soal Roger Dauglas tiba-tiba kehilangan keseimbangan, ia hampir terjatuh kalau saja Alan tak langsung menahannya. Bertemu dengan orang yang sudah membunuh saudara iparnya membuat Anne takut, apalagi saat ini orang itu menargetkan Jack yang masih memakai identitas Alan.     

Alan yang sigap langsung membimbing Anne untuk duduk di kursinya kembali. "Kau kenapa?"     

"Roger Dauglas, lebih baik mulai saat ini jangan temui dia lagi. Kalau bisa dihindari saja daripada bertatap muka seperti tadi, aku tak suka padanya. Dia pria jahat,"jawab Anne lirih.     

"Aku tahu, kau tenang saja. Lagipula kalau hanya berhadapan langsung dengannya seperti tadi aku masih bisa mengurusnya, kemampuan bela diri ku masih jauh di atasnya Anne. Kau tak usah khawatir."     

Anne langsung meraih baju Alan dan mencengkeramnya dengan kuat. "Aku serius Alan." Kedua mata Anne berkaca-kaca saat berbicara.     

Alan yang tak menyadari ketakutan Anne hanya tersenyum, ia kemudian melepaskan cengkraman tangan Anne dari bajunya dan memeluknya dengan erat. "Iya, aku akan melakukan apapun yang kau perintahkan Nyonya. Aku tak akan membantah."     

Anne meneteskan air matanya saat masih dipeluk Alan, Anne takut kehilangan pria yang sedang memeluknya dengan erat saat ini. Ia benar-benar tak mau berpisah lagi dengannya, cukup 2 tahun saja mereka berpisah.     

"Jangan tinggalkan aku lagi, aku mohon,"ucap Anne lirih.     

Mendengar perkataan Anne membuat Alan terkejut, dengan cepat Alan melepaskan pelukannya dan mendorong Anne sedikit menjauh darinya agar bisa ia lihat dengan jelas. "Lagi, kapan aku meninggalkanmu? Aku tak pernah meninggalkanmu Anne, justru dari awal kaulah yang meninggalkan aku."     

"Aku? Kapan aku meninggalkanmu?"tanya Anne bingung.     

"Pagi hari, setelah malam itu aku memilikimu seutuhnya. Kau pergi bersama Luis menuju rumah kakek,"jawab Alan dengan cepat.     

"I-itu lain keadaannya, kau tak bisa menyalahkan aku. Itu adalah salahmu karena membuatku membencimu!!"sahut Anne dengan cepat, pipinya memerah mengingat kejadian malam itu.     

Alan tersenyum, ia kemudian meraih kedua tangan Anne dan menciumnya dengan penuh kelembutan. "Maafkan kegilaanku malam itu, aku bersalah. Seharusnya aku membuat kenangan yang lebih indah untuk kita."     

Pipi Anne semakin terasa panas saat membahas malam itu, ia kemudian menarik tangannya kembali dari Alan dan meraih garpu yang berada diatas piringnya dan kembali memakan pasta yang belum habis diatas piringnya dengan satu sendokan besar sehingga membuat pipinya mengembang karena terisi banyak makanan. Alan terkekeh melihat tingkah Anne, ia tahu istrinya tak mau membahas malam itu lagi. Karena melihat cara makan Anne yang lahap akhirnya nafsu makan Alan kembali, ia kemudian duduk kembali di kursinya dan memakan makanan yang sebelumnya hanya ia aduk-aduk saja.     

"Aku tak mau kehilanganmu lagi Jack, tolong jangan siksa aku lagi. Sudah cukup 2 tahun aku tersiksa karenamu Jack."     

Anne membatin, sambil terus menatap suaminya yang terlihat sangat lahap memakan makanan yang berada di hadapannya. Anne ingin sekali mengatakan yang sebenarnya, akan tetapi karena ia tak mau mengacaukan rencana Erick dan tuan David Clarke akhirnya Anne masih menutup mulutnya. Anne ingin membuat saudara kembar suaminya tenang diatas sana, karena itulah ia memilih mengikuti alur yang dibuat Erick meski ada ketakutan yang besar dalam dirinya. Anne takut kalau orang-orang jahat itu benar-benar merebut Jack darinya.     

Hotel Le Place d'Armes     

Leon terbangun dari tidurnya saat merasakan ada yang menggelitik di tubuh bawahnya, saat ia membuka mata Leon dikejutkan dengan aktivitas seorang wanita cantik yang semalam ia bawa pulang dadi bar. Wanita cantik itu tengah bermain dengan kejantanannya yang sudah siap bertempur kembali.     

"Mia...apa semalam kau belum puas?"tanya Leon serak pada wanita cantik yang masih memainkan lidahnya pada pusat intinya itu.     

Wanita cantik bernama Mia itu langsung menghentikan perbuatannya dan merangkak naik ke atas tubuh Leon kembali. "Aku tergila-gila akan permainan anda Tuan, apakah aku tak bisa merasakannya lagi?"     

Leon terkekeh, ia kemudian meraih wajah Mia dan diciumnya dengan rakus wanita cantik berambut pirang itu dengan liar pasca ia kembali mengambil kuasa dengan berada diatas tubuh seksi Mia yang penuh tanda merah keunguan di sekujur tubuhnya.     

"Tuan…"desah Mia serak saat Leon memainkan area kewanitaannya menggunakan dua jarinya.     

Leon tersenyum. "Nikmati pemanasan ini Mia, setelah itu aku baru akan bermain ke inti."     

Mia menutup kedua matanya, menikmati sentuhan demi sentuhan yang Leon buat pada tubuh bawahnya. Meski tadi malam sampai pagi Leon sudah memuaskan dirinya berkali-kali dengan Mia namun siang ini ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan berharga itu lagi, Leon ingin membuktikan bahwa dirinya masih normal. Pasalnya selama ini ia selalu dijebak oleh Stefi agar bercinta dengannya dengan menggunakan obat perangsang yang dimasukkan pada air minum, karena itulah setiap kali ada kesempatan Leon ingin membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia masih perkasa tanpa bantuan obat perangsang.     

Tak lama kemudian terdengar suara erangan cukup keras dari Mia, wanita cantik yang Leon bayar saat Leon kembali menyatukan tubuh mereka. Pergumulan panas yang sempat terhenti pun kembali berlanjut.     

Sementara itu disebuah rumah kecil dipinggiran kota Luksemburg Stefi tengah menangis, wanita itu baru saja digilir oleh 3 orang pria yang menculiknya. Tak ada satupun yang mendengar suara tangisan Stefi, para lelaki itu justru bertambah semangat.     

Dengan tubuh yang sakit semua Stefi berusaha bangun dari tempat tidur yang tak berbentuk lagi, tubuhnya penuh dengan cairan milik pria-pria yang menggilirnya. Menggunakan sisa tenaganya Stefi memakai pakaiannya yang ia ambil dari tas, Stefi lalu meraih tas tangannya dan berjalan menuju pintu keluar. Samar-samar ia mendengar percakapan ketiga pria yang kelelahan pasca menggilirnya semalam suntuk.     

"Kamera sialan itu...ya aku harus mengambilnya sebelum mereka gunakan untuk memeras ku,"ucap Stefi penuh tekat, Stefi tak menghiraukan rasa perih yang menusuk di area kewanitaannya akibat ulah ketiga pria yang saat ini sudah sangat kelelahan itu. Tujuannya adalah secepatnya kabur dari rumah terkutuk ini dan membawa pergi kamera yang berisi adegan tadi malam dimana ia diperkosa secara brutal, Stefi tak mau Leon melihat rekaman itu.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.