I'LL Teach You Marianne

First date



First date

0Tadi malam setelah selesai membahas soal Jack yang tidak berujung akhirnya Alan memutuskan tidur cepat, tanpa mengganggu Anne atau menyentuhnya dan hal ini membuat Anne senang karena bisa tidur dengan nyenyak untuk mengembalikan energinya kembali. Akan tetapi pagi harinya, Anne terus menerus digoda oleh Alice.     

"Kita hanya tidak bertemu selama 2 tahun Alice, tapi kenapa kau sudah berubah menjadi orang mesum seperti ini,"ucap Anne ketus pada Alice yang terus menggodanya.     

Alice terkekeh. "Aku tidak mesum, aku hanya memastikan saja."     

Satu alis Anne terangkat. "Memastikan, memastikan apa?"     

Alice tersenyum, ia kemudian mendekati Anne dan berbisik di telinganya mengucapkan kalimat yang kemarin diucapkan oleh Alan sebelum ia naik ke lantai dua. Seketika wajah Anne memerah mendengar perkataan Alice, ia tak percaya Alan akan bicara sevulgar itu.     

"Ja-jangan percaya padanya, gila saja. Kau pikir aku sekuat apa!!",     

Alice terkekeh. "It's ok kak, kalaupun benar tak masalah. Toh kalian suami istri yang sah, jadi bebas saja kan?"     

Plak     

"Kak!!"     

"Rasakan!! Makanya pagi-pagi jangan mesum."     

Alice meraba-raba punggungnya yang terasa panas karena dipukul oleh Anne, sebenarnya pukulan Anne tak benar-benar keras. Alice hanya mendramatisir saja untuk menggoda Anne, akan tetapi Anne tak tergoda. Ia justru kesal dan pergi dari sisi Alice untuk menghampiri tuan David Clarke yang sedang berada ditaman untuk berjemur bersama Luis yang setia menemaninya.     

"Morning kek, Luis."     

Kedua pria yang sedang menikmati matahari pagi itu langsung menoleh ke arah Anne dan tersenyum ramah kepadanya.     

"Kau sudah bangun Anne."     

Perkataan tuan David Clarke langsung membuat senyum di wajah Anne hilang seketika, ia bahkan sampai membatu karena teringat perkataan Alice.     

Suami sialan, beraninya dia bicara macam-macam!     

"Anne, kau tak apa-apa?"tanya tuan David Clarke kembali, membuyarkan lamunan Anne yang sedang mengumpat Alan karena bicara yang tidak-tidak.     

"Akh ti-tidak kek, aku hanya tiba-tiba lupa meletakkan ponsel baruku dimana,"jawab Anne tergagap.     

"Ponsel?"     

"Iya, Alan memberikanku ponsel baru. Maka dari itu aku bisa menghubungi Erick kek."     

Taun David Clarke terkekeh. "Ya Tuhan kenapa aku semakin pikun, iya juga. Aku lupa akan Erick dan orang-orangnya itu, ya sudah lebih baik kau cari ponselmu dulu. Jangan sampai Alan tahu dan marah kalau kau lupa meletakkan ponselmu dimana."     

"Iya kek, kalau begitu aku.."     

"Mau kemana?"     

Suara lantang dari Alan membuat Anne hampir berteriak kaget, ia benar-benar tak bisa hidup tenang disamping Alan. Laki-laki itu selalu saja membuatnya hampir terkena serangan jantung.     

Anne langsung berbalik dan menatap Alan yang berjalan ke arahnya. "Ponsel, aku lupa meletakkan ponselku dimana."     

"Ponsel, untuk apa kau butuh ponselmu sepagi ini? Apa ada yang ingin kau hubungi?"tanya Alan penuh curiga saat sudah berdiri di hadapan Anne.     

Tuan David Clarke menipiskan bibirnya. "Tadi istrimu ingin mencari ponselnya karena takut kau menghubunginya dia tak tahu Alan, jangan bicara sembarangan sepagi ini."     

Alan menoleh ke arah sang kakek yang sedang tersenyum kepadanya, ia kemudian mengalihkan pandangannya kembali pada Anne yang masih diam tak menjawab pertanyaan darinya.     

"Benar yang kakek katakan?"     

"Iya, memang siapa lagi yang akan menghubungiku. Bukankah kau tahu hanya ada nomormu saja yang tersimpan di ponselku itu,"jawab Anne ketus.     

Alan terkekeh, ia kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Anne dengan posesif. "Harus, ponsel itu hanya boleh menyimpan nomorku saja."     

"Kakek, Luis dan Nick juga tidak boleh?"     

"Nope, only me."     

Anne menghela nafas panjang, wajahnya menunjukkan kekecewaan yang besar sekali saat ini dan membuatnya terlihat lebih menggemaskan dimata Alan.     

"Kek, aku mau pergi bersama Anne pagi ini,"ucap Alan tiba-tiba.     

"Kemana?" Anne dan tuan David Clarke bertanya secara bersamaan.     

"Cih kompak sekali, aku mau mengajak Anne makan pagi di restoran favoritku,"jawab Alan pelan sambil tersenyum pada kakeknya.     

"Bawa pengawal, kakek tak mau terjadi hal-hal yang tak…"     

"Kek, aku baik-baik saja. Lagipula restoran itu tidak jauh dari rumah, jadi tidak perlu harus membawa pengawal rasanya sangat berlebihan sekali. Apalagi ini masih sangat pagi dan aku tidak pergi seorang diri kek, aku bersama istriku." Alan langsung memotong perkataan kakeknya dengan cepat.     

Tuan David Clarke terdiam beberapa saat, setelah mengetahui kenyataan bahwa Roger Dauglas adalah dalang dibalik kecelakaan mobil yang menimpa Alan 2 tahun yang lalu. Tuan David Clarke merasa sangat khawatir jika cucu keduanya itu pergi keluar rumah tanpa pengawalan, apalagi sampai saat ini Roger Dauglas masih bebas berkeliaran di luar sana. Namun kekhawatiran tuan David Clarke hilang saat Luis memberikan kode padanya dengan menepuk pundaknya dua kali agar mengizinkan cucunya Itu keluar bersama istrinya berdua.     

"Baiklah, tapi dengan catatan kau hanya pergi ke restoran itu setelah makan pulang,"ucap tuan David Clarke pelan, walupun sudah mengizinkan namun tetap saja ia masih khawatir kalau cucu keduanya itu pergi. Tuan David Clarke takut terjadi hal buruk menimpanya, jika pergi sendiri tanpa pengawal.     

"Tenang, Aku benar-benar hanya ingin pergi ke restoran itu saja bersama istriku setelah selesai makan kami akan langsung pulang. Walau sebenarnya aku masih dalam masa libur bulan madu setelah menikah, namun aku akan tetap kembali ke rumah dan mengerjakan pekerjaanku yang lain,"sahut Alan dengan cepat.     

Tuan David Clarke hanya tersenyum simpul mendengar protes sang cucu yang masih menginginkan waktu berdua bersama istrinya."Ya sudah sana cepat pergi, semakin cepat kau pergi semakin cepat juga kau pulang. Dan selalu hati-hati di jalan."     

Begitu mendapatkan izin dari sang kakek, Alan kemudian mengajak Anne menuju ke garasi tempat dimana mobil kesayangannya terparkir. Anne yang tak bisa menolak hanya bisa pasrah saat diajak berjalan menuju mobil Lamborghini Veneno berwarna hitam, salah satu mobil kesayangan Alan yang sering ia gunakan untuk berkencan dengan para wanitanya terdahulu.     

"Masuk,"     

"Kita hanya sebentar saja kan?"tanya Anne pelan.     

"Kau dengar apa yang dikatakan kakek tadi bukan?"     

"Jawab saja Alan!!"     

Alan mendengus. "Iya hanya sebentar."     

Anne mengedarkan pandangannya, mencari mobil lain yang tak terlalu berlebihan seperti mobil super mahal yang berada di sampingnya saat ini. Setelah mencari-cari mobil yang menurutnya pantas, Anne akhirnya menuju ke sebuah mobil LandRover Defender berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari sebuah mobil Ferrari berwarna putih.     

"Kau ingin kita naik itu?"tanya Alan dengan cepat.     

"Yes, lebih baik kita naik mobil yang itu saja daripada mobil ini. Rasanya kalau kita pergi dengan mobil ini akan menarik perhatian banyak orang dan itu justru menurutku tidak aman, beda kalau kita naik mobil itu,"jawab Anne secara spontan, entah bagaimana ia merasa mobil LandRover Defender berwarna hitam itu lebih nyaman digunakan daripada Lamborghini.     

"Baiklah, karena kau yang minta aku akan patuh." Alan menyahut dengan cepat sambil berjalan menuju mobil yang diinginkan oleh Anne.     

Dua orang pria yang mengurus mobil-mobil mewah koleksi Alan langsung menghampirinya dan bertanya pada tuannya ingin naik mobil mana, kedua orang pria paruh baya itu sempat kaget saat Alan mengatakan ingin menggunakan mobil LandRover Defender yang hampir 8 bulan tak pernah disentuhnya itu. Namun tetap saja kedua orang itu langsung mengeluarkan mobil berwarna hitam yang sangat gagah itu dari tempat parkirnya untuk diberikan pada tuannya, setelah Alan masuk kedalam mobil Anne kemudian mengikutinya setelah dibantu kedua pria itu naik ke dalam mobil yang cukup tinggi itu.     

"Kau tak usah khawatir, mobil ini anti peluru. Jadi misalkan ada penyerangan…"     

"Alan!!!"     

"Haha.. just kidding baby, relax You're with the expert at this time. So don't be nervous."     

Anne tak merespon perkataan Alan, ia lebih memilih memasang sabuk pengaman ke tubuhnya karena Alan mulai mengemudikan mobilnya meninggalkan area parkir kediaman mereka.     

"Tenang Tuan, anak buah Erick sudah bekerja. Mereka akan mengikuti tuan muda dari kejauhan,"ucap Luis pelan mencoba menenangkan tuan David Clarke setelah mobil yang dikendarai Alan benar-benar tak terlihat dari pandangan mereka.     

"Syukurlah, selama Ivan dan Roger Dauglas belum mendapat hukuman yang setimpal aku masih tak tenang. Kehilangan Alan membuatku selalu takut jika Jack pergi sendiri."     

Luis tersenyum, ia tahu betapa besar rasa sayang sang tuan pada cucunya itu. Karena itulah ia tak mau bicara lagi dan membiarkan tuannya tenang.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.