I'LL Teach You Marianne

Rencana indah Tuhan



Rencana indah Tuhan

2Belum hilang kekagetannya Rose kembali dikejutkan oleh beberapa orang pelayan yang datang dari arah belakang dengan memberikan bunga mawar merah kepadanya.     

"Lily-Rose Joseph Will you have a perfect life with me?"     

Aaron melamar Rose kembali dengan memberikan sebuah cincin bertahtakan berlian berbentuk oval, sambil berlutut.     

Rose membuka lebar mulutnya, ia tak menyangka Aaron akan kembali melamarnya dengan menggunakan cincin.      

"Aku bingung Aaron,"jawab Rose lirih.     

"Bingung kenapa?"tanya Aaron kembali sambil mengangkat wajahnya ke arah Rose.      

Rose menyerahkan mawar merah yang ada dalam pelukannya pada para pelayan Aaron kembali dan ikut berlutut di depan Aaron. "Aku bingung harus memakai cincin ini sendiri atau kau yang memakaikannya."     

Kedua mata Aaron membulat sempurna karena kata-kata Rose. "Jadi kau menerimaku?"     

"Yes."     

"Rose!!!"     

Aaron menjerit keras sambil memeluk Rose, karena Rose tak mampu menahan berat badan Aaron akhirnya mereka berdua terjatuh di lantai dan membuat para pelayan semakin berteriak histeris karena bahagia. Daniel yang akan melaporkan hasil temuannya mendadak mematung saat melihat tuannya sedang menindih Rose dilantai dihadapan semua pelayan, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal melihat sepasang lovebird yang sedang dimabuk asmara itu.      

Karena tak mau mengganggu, Daniel pun memilih masuk ke kamar yang biasa ia gunakan ketika menginap di rumah Aaron. Ia tak mau merusak suasana hati Aaron dengan kabar buruk yang ia dapatkan mengenai sosok dibalik pemecatan Rose dari tempat kerjanya, pasalnya Daniel yakin sekali kalau Aaron pasti akan sangat murka begitu mengetahui Candice Skyriver adalah dalang dibalik keluarnya Rose dari Famous media.     

****     

Karena Anne masih merajuk alhasil Alan tak bisa tidur satu ranjang dengan istrinya itu, ia terpaksa tidur sendiri karena Anne memilih tidur bersama Alice teman barunya yang berasal dari Swiss.      

"Sudah hampir jam 3 pagi Tuan, anda tak mau tidur?"tanya Nicholas pelan pada Alan yang masih duduk di depan kamar tamu yang digunakan Alice bersama Anne tidur.     

"Aku akan menunggu istriku keluar,"jawab Alan singkat.     

"Tapi Nyonya pasti sudah tidur ini, sudah hampir pagi Tuan."     

Alan langsung menoleh ke arah Nicholas dengan tatapan membunuh. "Kalau kau mau tidur pergilah tidur, aku bisa disini menunggu sendiri. Lagipula ada si Erick ini yang menemaniku."      

Nicholas langsung menoleh ke arah Erick yang sudah duduk sambil memejamkan kedua matanya. "Tidak, aku belum mengantuk. Aku hanya khawatir pada anda Tuan." Nicholas berdalih, ia tak rela jika Alan hanya ditemani Erick saingan barunya yang jelas-jelas mengibarkan bendera perang kepadanya untuk memperebutkan Alan.      

"Ya sudah kalau begitu kita bermain kartu saja untuk membunuh waktu Tuan,"ucap Nicholas penuh semangat.     

Satu alis Alan terangkat. "Bermain kartu?"     

"Iya tuan."     

"Ok, kalau begitu tapi bangunkan si Erick ini. Tak seru kalau hanya main berdua."      

Nicholas membeliak. "Dengan Erick juga? Tapi lebih menyenangkan kalau berdua saja Tuan."     

"Dengan Erick atau tidak sama sekali!!"sahut Alan ketus mengancam Nicholas.     

Karena tak punya pilihan lain Nicholas akhirnya dengan terpaksa membangunkan Erick yang tertidur pulas, meskipun sebenarnya ia sangat membenci Erick. Kalau bukan karena sang tuan tak mau bermain kartu hanya berdua saja, akhirnya ia membangunkan pria yang sudah tertidur pulas sejak 2 jam yang lalu itu. Meskipun pada kenyataannya Erick tidaklah benar-benar tidur, sejak tadi ia hanya memejamkan matanya saja tanpa benar-benar tidur. Erick terus mendengarkan ocehan sang tuan yang terus menggerutu karena istrinya tidur bersama Alice, Erick memilih untuk tetap terjaga untuk mengobati rasa rindunya dengan mendengarkan suara sang tuan yang selama lebih dari 2 tahun ini ia cari.      

Setelah berhasil membangunkan Erick mereka bertiga pun kemudian bermain kartu bersama, awalnya terasa canggung untuk Nicholas yang sudah menganggap Erick sebagai musuh. Akan tetapi setelah mereka bermain kartu pada putaran ketiga, suasana pun mulai mencair apalagi saat mereka mulai meletakkan uang sebagai taruhan meskipun hanya uang kecil. Namun berhasil membuat ketiganya bersemangat untuk bermain kartu sampai matahari hampir terbit, ketiganya baru tidur bersama di atas as karpet bulu yang diletakkan tepat di depan pintu kamar yang digunakan Anne dan Alice tidur.      

Para pelayan yang mulai bekerja pada pagi hari pun sempat terkejut ketika melihat sang tuan muda bersama asisten dan tamunya tertidur di depan kamar dengan saling berpelukan, tak ada satupun dari mereka yang berani mengganggu atau menimbulkan suara. Bahkan Noah yang merupakan kepala pelayan juga tak berani berkomentar, ia justru memerintahkan para pelayan untuk tidak membersihkan lorong tempat sang tuan muda sedang tidur saat ini. Ia tahu persis apa yang menyebabkan tuan mudanya itu tidur di depan kamar.      

Sementara itu Anne dan Alice yang terus mengobrol sampai pagi pun juga baru tidur saat matahari mulai muncul, keduanya berbicara panjang lebar saling melepas rindu setelah hampir dua tahun tak bertemu. Alice menceritakan apa saja yang dilakukan oleh Erick selama dua tahun ini, termasuk usahanya mempertahankan Muller Finance Internasional dari Edmund dan Jhonny dua orang yang selalu mengincar posisi Jack sebagai pemilik Muller Finance Internasional yang sah.      

"Saat mendapat telepon darimu Erick langsung menangis kak, tangisannya bahkan lebih keras dari saat mengetahui tuan dinyatakan tewas di selat Inggris. Ia berkali-kali meminta untuk aku cubit hanya untuk memastikan kalau ia tak sedang bermimpi karena tahu Tuan masih hidup, aku saja tak menyangka Erick akan seperti itu. Kesetiaannya pada Tuan sangat besar,"ucap Alice pelan saat akan tertidur.      

Anne tersenyum mendengar perkataan Alice, ia tahu kalau Erick tak akan mungkin mengkhianati Jack meski ia memegang kendali atas Muller Finance Internasional selama dua tahun terakhir ini. Hanya saja yang masih menjadi sedikit pertanyaan adalah kenapa Edmund dan ayahnya Jhonny masih mengincar harta milik Jack, padahal jelas-jelas mereka tak ada hubungan apapun dengan Jack. Sampai sini Anne akhirnya paham bahwa uang akan membuat siapapun gila hingga berbuat nekat sama seperti Stefi dan Selma yang dulu tega menusuknya dari belakang demi uang, jabatan dan popularitas. Namun setelah mengenal Erick, Alice, Luis dan Nicholas yang sangat setia pada tuannya masing-masing Anne akhirnya sadar bahwa masih ada orang baik di luar sana.      

"Terima kasih karena belum meninggalkan aku sendiri Tuhan, terima kasih juga sudah mengembalikan Jack padaku. Meski sebenarnya aku mengharap pertemuan yang lebih indah dari ini, tapi aku percaya Kau pasti punya alasan lain atas pertemuan kami ini,"ucap Anne lirih sebelum akhirnya ikut terlelap menyusul Alice yang sudah terlebih dahulu mengarungi alam mimpi.      

Bandar udara Luksemburg Findel      

Pesawat yang membawa Leon dan Wayne akhirnya tiba di Luksemburg, Wayne yang akan pergi ke Jerman memilih mengantar Leon ke Luksemburg terlebih dahulu karena tak mau membiarkan tuannya terbang sendiri ke Luksemburg.      

"Aku datang Marianne, aku pasti bisa menemukanmu di kota ini. Suamimu datang Marianne,"ucap Leon penuh percaya diri, ia yakin bisa mencari Anne di kota Luksemburg yang lebih kecil dari London.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.