I'LL Teach You Marianne

Pria arogan yang sama



Pria arogan yang sama

2Semua orang yang berada di apartemen milik Linda dan Paul terkejut saat melihat Anne dan Linda pulang bersama Alan, bahkan tuan David Clarke saja sampai berkali-kali mengerjapkan kedua matanya saat melihat sang cucu sudah duduk di hadapannya.     

"Aku bukan hantu kek, kakek tak perlu melihatku seperti itu,"ucap Alan ketus, ia merasa tak nyaman terus menerus diperhatikan seperti itu oleh sang kakek.     

"Kakek hanya masih tak percaya saja kau sudah berada di London, bukankah hari ini kau memiliki meeting penting dengan para vendor yang akan ikut terlibat dalam proyek di Dubai?"     

"Ya begitulah, tapi mau bagaimana lagi. Istri dan kakekku sekongkol untuk pergi berlibur tanpa diriku, jadi jangan salahkan aku jika aku langsung menyusul."     

"Aku tak berlibur Alan, aku hanya ingin menemui Linda saja. Tidak lebih." Anne akhirnya ikut bicara menyela pembicaraan tuan David Clarke dan Alan.     

Alan langsung menoleh ke arah Anne yang masih berdiri didepan pintu bersama Linda. "Sama saja baby, kau pergi ke luar negeri Anne. Ke Inggris yang jaraknya ratusan mill dari Luksemburg, lagipula kenapa kau harus pergi menemui temanmu itu. Kenapa tak dia saja yang datang ke Luksemburg, lihatlah apartmen ini begitu kecil dan kumuh. Rasanya aku tak bisa bernafas dengan baik saat ini."     

"KUMUH!!!"pekik Linda kesal. "Ya sudah cepat kau pergi dari sini, apartemenku ini tak menerima orang sombong nan arogan sepertimu."     

Anne membelalakan kedua matanya saat mendengar teriakan Linda, ia tak percaya Linda akan berani bicara seperti itu pada Alan. Meskipun saat ini ia bukanlah Jack yang Linda takuti tapi tetap saja kuasa Alan lebih besar dari Jack, termasuk kekayaannya. Dan Linda tak takut pada Alan, sungguh wanita bernyali besar!     

Alan terkekeh mendengar pekataan Linda, perlahan ia bangkit dari sofa dan berjalan mendekati Linda yang berdiri di samping Anne. Alih-alih marah Alan justru tersenyum saat sudah berada dihadapan Linda dengan tangan yang merengkuh Anne dengan kuat.     

"Tapi kali ini pengecualian nona Linda, karena kau adalah teman baik istriku dan istriku suka berada di tempat ini maka aku rela berebut oksigen bersama kalian semua,"jawab Alan singkat berusaha untuk romantis pada Anne namun dengan tetap mengejek apartemen Linda.     

Linda yang kesal dengan ucapan Alan lalu menoleh ke arah Anne, ia berusaha untuk melampiaskan kekesalannya pada Anne. "Lebih baik kau pergi dan bawa suamimu yang menyebalkan ini Anne, aku khawatir paru-parunya yang kotor seperti otak dan hatinya itu bertambah kotor saat berada di apartemenku yang sempit ini."     

Tuan David Clarke terkekeh mendengar cacian Linda untuk cucunya, baru kali ini ia melihat ada seseorang yang berani bicara sekasar itu pada Alan dan hal ini membuatnya senang. Sementara Alan yang baru saja menerima umpatan dari Linda nampak tidak marah sama sekali, ia justru menyeringai penuh ejek pada Linda.     

"Tapi maaf nona Linda, sepertinya kami akan disini sebentar. Istriku harus memuaskan diri berbicara banyak dengan temannya yang menyebalkan ini sebelum kami pindah ke hotel, jadi kau tak usah repot-repot mengusir kami,"ucapnya pelan dengan sarkas.     

Linda menggeram, siap meledak lagi kalau saja Anne tidak segera melepaskan pelukan Alan dan mengajak Linda segera menyingkir dari hadapan Alan. Setelah melihat Anne dan Linda menghilang masuk kedalam kamar Alan pun segera duduk kembali dihadapan sang kakek, Paul yang sejak tadi berdiri didekat pantry masih membisu saat melihat Alan.     

"Jaga bicaramu Alan, tak semua orang bisa menerima ucapanmu seperti tadi,"ucap tuan David Clarke pelan sambil tersenyum, mengingatkan Alan.     

"Ish, memang ada yang salah dengan ucapanku? Tak ada kek, aku bicara fakta."     

"Tapi tetap saja, kau harus bisa menjaga hati sang pemilik rumah yang sedang kau kunjungi. Apalagi ke rumah orang yang baru kau kunjungi pertama kali."     

Alan mendengkus. "Iya kek, iya. Aku akan memperhatikan ucapanku mulai saat ini."     

Tuan David Clarke tersenyuum. "Kakek hanya ingin kau tak memiliki banyak musuh, Alan."     

"Kakek tenang saja, untuk hal itu tak usah kakek khawatirkan lagi. Aku sudah memiliki Nicholas dan Erick beserta bodyguard yang lain, tak akan ada lagi orang yang bisa menyakiti aku kek. Termasuk si Roger Dauglas sialan yang sudah mencoba menggoda Anne itu,"sahut Alan dengan cepat, menyebut nama Roger Dauglas membuat mood-nya langsung hancur.     

"Menggoda Anne?"tanya tuan David Clarke pura-pura tidak tahu.     

Alan tak merespon perkataan kakeknya, ia kembali mengingat kembali pertemuannya dengan Roger di restoran favoritnya ketika sedang makan pagi bersama Anne. Kata-kata Roger kembali terngiang dalam otaknya dan itu membuatnya marah, Roger berusana merebut Anne sama seperti ia merebut Cassandra dan Andriana. Dua wanita tercantik yang berusaha mendapatkan perhatian Alan sampai detik ini.     

Melihat Alan diam tuan David Clarke tak mau bertanya lagi, ia yakin kalau cucunya saat ini sedang sangat marah sekali. Karena itu ia memilih berbincang dengan Luis, membahas soal restoran yang sedang ia ingin booking untuk makan malam bersama kedua sahabat Anne dan para bodyguard yang lain tentunya.     

"Booking 10 kamar di Shangri-La Hotel at The Shard London untuk malam ini, sepertinya kita harus bermalam ini London dan jangan lupa juga minta restoran menyiapkan makan malam spesial untuk kita semua,"ucap tuan David Clarke pelan memerintahkan Luis memesan kamar di salah satu hotel favoritnya ketika sedang berada di London, banyak cerita indah di hotel itu yang ia buat bersama Yolanda mendiang isrinya berama Alan kecil puluhan tahun lalu.     

"Siap Tuan."     

Luis pun segera menghubungi pihak hotel Shangri-La Hotel at The Shard London sesuai perintah sang tuan, sementara Alan masih kesal karena menyebut nama Roger Dauglas.     

Di dalam kamar Anne berusaha menenangkan Linda yang terpancing emosi atas kata-kata Alan yang sangat menyebalkan, Linda masih tak percaya Anne masih mampu bertahan dengannya.     

"Dia Jack, kau harus ingat itu Linda. Dia adalah Jack, Jack milikku. Bagaimana bisa aku meninggalkannya Linda,"ucap Anne pelan pada Linda yang terus memaksanya meninggalkan Alan.     

"Tetap saja Anne, aku tak suka dengan sifatnya yang menyebalkan itu. Tapi wait, kau bilang dia hilang ingatan bukan?"     

"Iya, dia hilang ingatan. Karena itulah aku harus..."     

"Pukul saja kepalanya Anne, siapa tahu dengan kau pukul ingatannya akan kembali dan sifat menyebalkannya itu sedikit berkurang,"sahut Linda dengan cepat.     

Kedua mata Anne langsung terbuka lebar."Linda!!"     

Linda tertawa terbahak-bahak, sebenarnya ia hanya bergurau dengan ucapannya yang sebelumnya. Linda sudah tahu kondisi Jack saat ini dari Anne akan tetapi menghadapinya secara langsung ternyata membuatnya hampir gila, tingkat kurang ajar pria itu saat ini berkali lipat dari 2 tahun yang lalu.     

Duk...duk..duk...     

Bunyi ketukan pintu cukup keras tiba-tiba terdengar jelas, membuat Anne dan Linda terperanjat.     

"Hehh nyonya rumah, keluarkan istriku. Kau apakan dia saat ini? Kau tidak sedang meracuni otak istriku bukan? Cepat kembalikan Anne padaku, aku tak mau ia terkontaminasi olehmu yang bar-bar." Suara Alan terdengar jelas tak lama setelah ia mengetuk pintu kamar Linda dan Paul.     

"Grrrr...pria itu..."     

Anne langsung menahan tangan Linda agar tak pergi ke pintu. "Tahan Linda, biar aku saja yang menghadapi pria ajaib itu."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.