I'LL Teach You Marianne

Pizza in Paris



Pizza in Paris

0Meskipun sudah diusir oleh Anne namun Jack memutuskan untuk tetap tidur di kamar yang sama dengan sang istri, ia memilih sofa untuk tempat tidurnya malam ini. Tanpa menggunakan bantal dan selimut Jack membaringkan tubuhnya di sofa, sembari terus menatap Anne yang masih menggulung dirinya dengan selimut. Karena sudah sangat lelah dengan semua kegiatan hari ini akhirnya Jack pun tertidur, sedangkan Anne yang kelaparan tak kunjung memejamkan kedua matanya. Cacing-cacing dalam perutnya benar-benar sangat menyiksanya, Anne akhirnya melepaskan diri dari gulungan selimut dan duduk kembali di pinggiran ranjang. Kedua matanya menyipit ketika melihat Jack tertidur di sofa tak jauh dari ranjang.     

"Kenapa aku lapar sekali malam ini,"ucap Anne lirih, ia menyesal karena tak menghabiskan makan malamnya.     

Karena di kamar mereka terdapat sebuah mini kulkas, Anne lalu turun dari ranjang dan mendekati kulkas berwarna putih gading yang ada di di dekat meja televisi. Perlahan Anne berjongkok untuk membuka pintu kulkas itu dan tersenyum ketika melihat beberapa snack di dalamnya, meskipun sedang lapar yang memeriksa batas kadaluarsa snack-snack itu. Anne pun langsung kecewa ketika melihat sekitar 5 bungkus snack yang baru saja ia keluarkan dari dalam kulkas ternyata sudah kadaluarsa sekitar 2 minggu yang lalu, kedua mata Anne berkaca-kaca. Rasanya sakit hati sekali saat menyadari makanan yang ada di tangannya sudah kadaluarsa, padahal saat ini Anne benar-benar kelaparan.     

Dengan menghilangkan urat malunya Anne memilih untuk membangunkan Jack daripada harus keluar dari kamar dan mencari makanan di jam 3 pagi, Anne tak mau disebut pencuri jika berkeliaran di dapur sepagi ini disaat semua orang sudah tidur.     

"Jack...aku lapar, bangun."     

Perkataan Anne yang lirih dan hampir tak terdengar membuat Jack tak bergeming, ia masih pada posisinya dengan mata tertutup rapat.     

Anne kembali menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk tak menangis. "Jack bangun...aku lapar." Kali ini Anne bersuara sedikit keras sambil menggoyangkan tubuh Jack.     

Akan tetapi Jack yang sudah sangat kelelahan tak merespon sentuhan Anne yang seperti sedang membelainya itu, ia justru semakin merapatkan kedua tangan untuk memeluk erat tubuhnya. Melihat apa yang dilakukan Jack membuat Anne tak bisa menahan amarahnya lebih lama lagi, dengan kasar Anne mengguncang tubuh cek dan berteriak keras memanggil namanya supaya ia bangun.     

Cara terakhir yang dilakukan Anne berhasil, Jack langsung membuka kedua matanya lebar dan terkejut saat melihat m sudah duduk di depannya dengan mata berkaca-kaca.     

"Kenapa menangis Anne?"tanya Jack bingung.     

"Kau seperti beruang, sudah sekali dibangunkan hiks…"     

Jack terdiam dan akhirnya sadar kalau baru tidur sekitar 30 menit. "Maaf kalau aku tidur seperti beruang, bangun dulu. Jangan duduk di lantai, kita bisa bicara baik-baik."     

Anne tak bergerak mendengar perkataan Anne, ia masih duduk manis dan tak bergerak sampai akhirnya Jack turun tangan. Dengan lembut Jack membimbing Anne agar bangun dari lantai dan duduk di sofa bersamanya.     

"Kenapa, apa ada yang bisa aku bantu Nyonya?"     

"Aku lapar,"jawab Anne singkat tanpa mengangkat wajahnya.     

Jack mengangkat satu alisnya. "Apa? Lapar? Aku tak salah dengar bukan?"     

Anne mengangguk lemah. "Aku lapar sekali, tadi aku tak memakan makananku sampai habis. Aku mau makan, tapi kalau kau tak mau menolongku ya sudah aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa lapar ini." Suara Anne terdengar sedih.     

Jack tersenyum dan meraih tangan Anne. "Bukan tak mau menolong, aku hanya sedang memastikan saja. Memangnya sekarang kau mau makan apa?"     

Kedua mata Anne berkilat seketika, persis seekor singa saat Jack bertanya padanya ingin makan apa. "Pizza,"jawab Anne tanpa keraguan sedikitpun.     

"Pizza jam 3 pagi?"     

"Iya, aku tak mau makan makanan yang tadi disajikan para pelayan sewaktu makan malam,"jawab Anne tegas.     

"Tapi jam 3 pagi, mencari pizza dimana Anne?"     

Anne mengangkat bahunya dan menggeleng dengan cepat. "Mana kutahu."     

Jack menghela nafas panjang, ia benar-benar dibuat pusing oleh Anne sepagi ini. Padahal sebelumnya mereka baru saja bertengkar.     

"Atau kalau tidak mau buat saja sendiri, tapi aku mau persis seperti yang di toko. Tanpa ada kekurangan sedikitpun, baik rasa, bentuk, topping dan warnanya. Tak boleh berbeda,"celoteh Anne tanpa rasa bersalah.     

"Membuat pizza di jam 3 pagi seorang diri tanpa bantuan siapapun? Aku tak bisa memasak Anne, apalagi membuat pizza,"jawab Jack mulai putus asa.     

Anne menatap Jack dengan tatapan yang akan membuat siapapun luluh. "Tapi kau bisa membuat kopi yang enak."     

"Membuat kopi… astaga my lord, membuat kopi dan membuat pizza dua hal yang sangat berbeda. Mana mungkin bisa disamakan Anne."     

"Tapi dulu kau bilang bisa melakukan apapun yang aku perintahkan,"ucap Anne tanpa rasa bersalah.     

Jack menatap Anne dengan tajam. "Kapan aku bicara seperti itu?"     

"Hari minggu, di pinggir sungai di Newcastle Upon Tyne saat kita pertama kali bertemu. Sekitar 4 tahun 8 bulan yang lalu,"jawab Anne lantang.     

Jack membuka mulutnya lebar, kedua matanya yang sebenarnya masih mengantuk beberapa saat yang lalu langsung terbuka lebar.     

"Pertemuan pertama kita?"ucap Jack tergagap.     

"Iya, apa kau lupa kapan kita bertemu pertama kali?"     

Wajah Jack langsung memucat, disertai detak jantung yang semakin cepat. Ia benar-benar tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan tak terduga seperti ini dari Anne.     

Anne memicingkan matanya. "Kenapa diam? Apa kau benar-benar lupa?"     

Jack tertawa sambil mengibaskan tangannya. "Haha mana mungkin aku lupa, itu adalah hari paling bersejarah untuk kita haha. Ya sudah ayo bangun tadi kau bilang lapar dan ingin makan pizza bukan?"     

"Huum."     

"Ya sudah cepat ganti baju dan bersiap, kita cari pizza di luar saja. Aku tak mau membuatmu menunggu lama untuk makan pizza jika aku yang buat sendiri, jadi lebih baik kita cari di luar saja hehe." Jack menambah perkataannya kembali.     

Anne mengedipkan kedua matanya perlahan, ia merasa ada yang aneh dengan sikap Jack. Namun karena ia lapar akhirnya Anne pun memilih untuk berganti pakaian dan bersiap, tanpa bicara Anne berjalan menuju walk in closet mereka dan mencari pakaian yang nyaman. Sementara itu Jack langsung meraih ponselnya dan tampak berbicara dengan seseorang di ujung telepon dengan serius, setelah pembicaraan selesai Jack lalu menyusul Anne masuk ke wall in closet untuk memakai pakaian. Ia tak mungkin pergi dengan piyama tidur yang tak memakai apapun dibaliknya, Jack tak segila itu.     

Ketika Jack masuk Anne sedang membuka pitam tidurnya, seketika darahnya berdesir saat melihat kemolekan tubuh Anne dari belakang. Namun karena tak mau membuat Anne marah lagi Jack lantas segera memakai pakaiannya dengan cepat, sebuah notifikasi yang masuk ke ponsel pintarnya membuat senyum di wajah mengembang lebar.     

"Ok i'm done,"ucap Anne penuh semangat sambil berbalik badan menatap Jack yang sedang memakai celana jeans nya.     

Jack langsung menghentikan kegiatannya saat melihat Anne nampak sangat cantik dengan dress panjang yang talinya disatukan ke leher belakang, sungguh baju itu terlihat sempurna di tubuh Anne. Namun Jack yang sadar langsung berjalan ke arah Anne dan mengambil sebuah jaket dan langsung dipasangkan ke tubuh Anne.     

"Jack…"     

"Pakai itu dan jangan membantah."     

"Tapi tak nyaman pake jaket seperti ini,"protes Anne kesal.     

"Jaket itu akan berguna untukmu, apalagi perjalanan kita akan jauh kali ini,"jawab Jack pelan sambil meraih kemeja putih yang tergantung rapi.     

"Perjalanan jauh? Apa maksudnya?"     

Jack berbalik dan menatap Anne sambil tersenyum. "Kita akan pergi ke Paris, aku tahu restoran pizza paling enak disana."     

"What... Paris?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.