I'LL Teach You Marianne

Second chance



Second chance

1Jack tiba-tiba terduduk dilantai saat kepalanya terasa sangat sakit hampir di semua sisi dan hal itu membuat Anne panik, karena tak mau melihat suaminya kesakitan Anne lalu menghubungi para bodyguard yang berjaga di luar gereja. Setelah di telepon sang nyonya sebanyak delapan pria berpakaian serba hitam langsung masuk ke dalam gereja dan langsung menolong sang tuan yang sudah memegangi kepalanya, enam dari delapan orang pria itu pun bertindak cepat dan langsung membawa tuan mereka ke dalam mobil meninggalkan Anne yang masih duduk berlutut dengan air mata berurai menatap suaminya dibawa pergi.     

Perlahan Anne membalik tubuhnya menghadap ke altar, tanpa bangun dari lantai. Anne menunduk dan menyentuh dahi, bibir, dan dada dengan ibu jari yang digerakkan membentuk salib kecil. "Tuhan, hanya pada-Mu aku meminta segala berkat dan perlindungan. Kalau apa yang baru saja aku lakukan salah maka tolong benarkan, akan tetapi jika apa yang aku lakukan benar tolong bantu aku dengan memberikan kesembuhan pada suamiku. Bantu ia mengingat dirinya kembali, bantu suamiku mengenali dirinya kembali Tuhan."     

Doa yang Anne ucapkan terdengar jelas oleh dua orang bodyguard yang masih menunggunya, kedua pria itu hanya bisa diam saat Anne berdoa. Sampai akhirnya mereka mengajak Anne untuk pergi karena saat ini Alan sudah dibawa ke rumah sakit terdekat di York Minster untuk mendapatkan pertolongan pertama, dengan langkah lemas Anne menatap mobil pertama yang membawa suaminya menuju rumah sakit.     

"Mari Nyonya,"ucap seorang bodyguard ramah meminta Anne untuk masuk ke dalam mobil.     

"Terima kasih,"jawab Anne serak.     

Setelah Anne duduk dan memasang sabuk pengamannya, dua orang bodyguard itupun langsung bergegas masuk kedalam mobil yang kemudian mengekor pada mobil pertama yang tak jauh dari mobil mereka.     

Anne tak mengalihkan pandangannya dari mobil yang membawa Jack, mulutnya tak berhenti mengucapkan doa meminta bantuan Tuhan. Setelah berkendara selama hampir 20 menit dua mobil mewah itu tiba di sebuah rumah sakit, beberapa orang suster langsung menghampiri mobil pertama dan langsung memberikan pertolongan pada Jack dengan cepat. Jack langsung ditidurkan ke ranjang dorong untuk dibawa ke ruang IGD, sementara Anne berjalan dibelakangnya mengikuti.     

"Jangan kabari kakek dulu, aku tak mau kakek atau Luis tahu. Aku tak mau membuat kakek khawatir,"ucap Anne pelan, meminta para bodyguardnya untuk tak merahasiakan kondisi suaminya sementara waktu.     

"Siap Nyonya, kami mengerti."     

"Terima kasih,"jawab Anne kembali sambil menyeka air matanya yang masih terus menetes.     

Setelah Jack masuk ke ruang IGD, Anne duduk di sebuah kursi yang cukup nyaman di depan ruangan itu. Beberapa bodyguardnya nampak sedang melakukan registrasi di resepsionis agar Jack mendapatkan pelayanan maksimal.     

Dua puluh menit berlalu dan beberapa orang suster serta dokter akhirnya keluar dari ruangan IGD, salah satu dokter langsung menghampiri Anne.     

"Maaf Nyonya, kalau boleh tahu apa hubungan anda dengan pasien?"     

"Saya istrinya dok,"jawab Anne dengan cepat.     

"Oh istrinya, hmm apa kita bisa bicara sebentar Nyonya?"     

"Tentu dok, tentu bisa!!"     

Sang dokter tersenyum mendengar perkataan Anne. "Baik, mari ikut saya. Tenang saja di dalam masih ada dua orang suster yang menjaga suami anda."     

Anne yang awalnya ragu akhirnya mengikuti langkah sang dokter yang membawanya ke ruang prakteknya, para bodyguard yang sejak tadi berdiri langsung menambah penjagaan saat melihat sang nyonya pergi bersama dokter.     

"Saat ini suami anda belum sadar, tapi kondisinya baik-baik saja. Semua organ vitalnya bagus dan tak ada yang perlu dikhawatirkan, jadi anda tak perlu terlalu cemas nyonya. Yang anda lakukan saat ini cukup…"     

"Otaknya, apa otaknya kembali terluka? Apa operasi yang dua tahun ia lakukan tak apa-apa dok? Apa dia akan mengalami hal yang lebih buruk lagi dari saat ini?" Anne langsung memberondong sang dokter dengan beberapa pertanyaan sekaligus.     

Dokter wanita paruh baya itu tersenyum. "Semuanya baik-baik saja, kamu sudah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan tak ada hal yang membahayakan suami anda nyonya. Bahkan luka operasi yang anda sebut itu tak mengalami apapun, mungkin ia pingsan karena terlalu lelah. Jadi anda tenang Nyonya, karena ketenangan anda yang sangat dibutuhkan saat ini."     

Anne memainkan jemarinya di atas paha, ia terlihat sangat gelisah. Meskipun sudah mendengar penjelasan dokter yang sudah memeriksa Jack akan tetapi Anne masih belum puas. "Suamiku kecelakaan 2 tahun yang lalu dok, terjatuh di lautan dingin yang menyebabkan dirinya hampir kehilangan nyawa. Bahkan ia harus mengalami operasi di kepalanya akibat pukulan benda tumpul dan bukan hanya itu dok, dia hampir mati otak. Otaknya hampir tak bisa berfungsi sampai akhirnya ia mendapatkan stimulasi dari memori milik saudara kembarnya yang berhasil membuat otaknya kembali bekerja, aneh memang tapi itu yang terjadi dan saat ini suami saya hidup dengan identitas serta memori saudara kembarnya. Yang ingin saya tanyakan adalah apakah ada kesempatan suami saya kembali mengingat dirinya kembali dok?"     

Dokter wanita yang ada dihadapan Anne terkejut, ia terdiam cukup lama dan meminta Anne untuk mengulangi perkataannya kembali secara perlahan-lahan. Setelah Anne menceritakan kembali kondisi Jack lebih detail sang dokter tiba-tiba memeluk Anne dengan erat untuk memberikan dukungan.     

"Anne, apa kau tahu dengan kesempatan kedua yang diberikan Tuhan?"tanya sang dokter lembut sambil membelai rambut Anne.     

"Percaya dok, Tuhan punya kuasa atas itu,"jawab Anne lirih sambil menatap dokter wanita yang duduk disampingnya.     

"Itulah yang saat ini terjadi pada suamimu, sejak dari dalam rahim ibunya hal seperti ini sudah tercatat dalam perjalanan hidupnya. Untuk mengalami kecelakaan di laut, ditolong keluarganya sendiri yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya dan bahkan harus memakai identitas saudara kembarnya saat ini semua itu sudah tercatat dalam perjalanan hidupnya Anne. Termasuk untuk memiliki istri hebat sepertimu, karena itu kau harus bersabar. Tak semua orang bisa mendapatkan kesempatan seperti ini Anne, ini adalah sebuah keajaiban yang tak bisa dijelaskan dengan logika manusia. Aku juga yakin sekali saat itu para dokter juga tak akan mengira suamimu bisa diselamatkan dengan cara seperti itu, karena itu kau jangan menyesalinya Anne. Percayalah ada kebahagiaan besar yang akan menanti kalian berdua, tak semua orang bisa melewati ujian sebesar ini. Aku sendiripun pasti tak akan mampu, maka dari itu percayalah suamimu pasti akan sembuh dan jika ia belum kembali pada jati dirinya yang sebenarnya aku harap kau tetap bersabar. Mungkin Tuhan masih membiarkan suamimu menyelesaikan tugas yang belum sempat diselesaikan saudara kembarnya,"ucap sang dokter lembut mencoba untuk menenangkan Anne.     

"Tapi aku mulai lelah dok, aku takut tak bisa bertahan lebih lama lagi,"jawab Anne jujur.     

Dokter wanita bernama Kristen itu menyeka air mata Anne yang membasahi wajahnya. "Kau adalah wanita pilihan, hidupmu penuh berkat Anne. Kau dipilih Tuhan untuk melewati semua ujian-Nya yang tak diberikan pada orang lain, aku yakin kau pasti bisa melewati semua ini. Karena percayalah Tuhan tidak akan menguji hamba yang percaya pada-Nya diluar kemampuan, aku percaya kau mampu melewati semua ini Anne."     

Anne kembali meneteskan air mata, ia kemudian meraih tubuh sang dokter dan memeluknya erat. "Aku rindu pada suamiku dok, rindu dengan dirinya yang dulu. Aku takut berdosa jika selalu menyebut nama pria lain saat sedang bersamanya."     

Dokter Kristen tersenyum. "Tidak Anne, cinta tahu siapa pemiliknya. Kau tak berdosa, kau wanita luar biasa. Aku bersyukur bisa bertemu denganmu, kau pasti kuat Anne."     

"Semoga aku kuat dok, semoga,"ucap Anne lirih sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh dokter Kristen.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.