I'LL Teach You Marianne

Takdir cinta Anne



Takdir cinta Anne

1Alan yang sebenarnya ingin tidur lebih lama terpaksa harus bangun, setelah sinar matahari yang masuk dari kaca mengenai kedua matanya. Alhasil Alan pun kehilangan keinginan untuk tidur kembali, akan tetapi ia bersyukur bisa bangun lebih awal karena bisa melihat lelapnya wajah Anne yang masih berada di pelukannya. Setelah percintaan panas mereka tadi pagi buta Anne langsung tertidur di dada Alan, tanpa menggunakan pakaian terlebih dahulu sehingga Alan bisa merasakan kelembutan tubuh Anne yang mendarat di tubuhnya.     

"Kau sangat cantik ketika tidur seperti ini Anne, aku benar-benar beruntung mendapatkanmu." Alan bicara dalam hati memuji kecantikan Anne, bahkan tanpa menggunakan make up saja Anne sudah memiliki bibir berwarna pink dan bulu mata yang panjang. Apalagi Anne juga tak mencukur alisnya disaat banyak sekali gadis diluar sana yang mencukur habis alisnya dan mengukirnya lagi menggunakan pensil alis.     

Karena gemas sesekali Alan mencium pucuk hidung mancung Anne yang membuatnya tak nyaman, sesekali Anne bergerak untuk menghindari ciuman Alan yang mengganggunya.     

"Hei princess, wake up. Sudah jam 11 siang, apa kau tak lapar?"bisik Alan lirih di telinga Anne.     

"Hmmm…"     

"Wake up baby, makan dulu. Setelah itu kalau kau ingin tidur lagi tidurlah, tapi bangun dulu. Kau bukan bayi yang membutuhkan banyak waktu untuk tidur baby."     

Anne menggeliat, bukannya membuka kedua matanya ia justru merapatkan wajahnya ke dada Alan.     

Alan terkekeh melihat istrinya seperti koala saat ini, sebenarnya ia tak tega untuk membangunkan Anne. Akan tetapi karena Anne harus makan akhirnya dengan terpaksa Alan membuang rasa kasihannya demi kebaikan Anne sendiri.     

"Hei, ini peringatan terakhir ya. Kalau kau tak bangun sekarang juga maka aku akan membuatmu berada diranjang terus sampai kakek pulang, jadi selama kakek dan yang lain masih ada di London maka kau akan kubuat…     

"Aku bangun!!"     

Anne langsung menjerit keras memotong perkataan Alan, ancaman Alan begitu mengerikan dan ia tak mau jika hal itu terjadi. Apa yang Alan lakukan tadi malam padanya saja sudah cukup membuatnya kepayahan apalagi kalau seandainya Alan membuatnya tak bangun dari ranjang lebih dari dua hari, membayangkan hal itu saja ia sudah takut.     

Alan terkekeh ketika melihat Anne langsung muncul dari balik selimut, rambutnya yang acak-acakan membuatnya terlihat menggemaskan. "Maafkan aku mengganggu tidurmu, tapi serius kau harus bangun. Kau harus mandi dan makan, aku tak mau kau sakit. Aku ingin kau tetap sehat, karena banyak hal yang ingin aku lakukan berdua denganmu."     

"Mesum!!!"jerit Anne keras sambil mendorong Alan agar tak memberikan ciuman padanya.     

"Aku mesum hanya padamu, pada istriku sendiri. Apa itu salah?"     

"Akhh sudah jangan bicara seperti itu, sekarang aku harus pergi ke kamar mandi,"jawab Anne ketus dengan terus menutupi mulutnya menggunakan tangannya.     

"Melihatmu kembali bertenaga seperti ini rasanya aku membatalkan niat untuk mengajakmu makan, sepertinya kita harus…"     

"Aku lelah, aku benar-benar lelah. Aku tak bisa Alan, please."     

Alan tersenyum, ia kemudian mendaratkan kecupan di kening Anne. "Aku juga tak segila itu sayang, aku hanya bergurau tadi."     

Anne memajukkan bibirnya, ia kesal karena terus di goda suaminya.     

"Ya sudah ayo bantu aku ke kamar mandi, aku sudah tak tahan ingin buang air kecil,"ujar Anne lirih meminta bantuan suaminya, kedua kakinya masih terasa lemas.     

Tanpa diminta dua kali Alan pun langsung meraih tubuh Anne setelah ia menyibak selimut yang sebelumnya membungkus tubuh Anne, meski awalnya malu namun Anne akhirnya pasrah. Toh suaminya itu sudah melihat semua titik di tubuhnya tanpa terkecuali, karena itu Anne membiarkan Alan membawanya ke kamar mandi dengan tanpa menggunakan apa-apa untuk membalut tubuhnya. Walaupun sebenarnya bukan hanya Anne saja yang tak memakai baju, Alan pun juga dalam keadaan polos ketika menggendong Anne menuju kamar mandi.     

"Turunkan aku,"pinta Anne lirih.     

"Sabar, ini kamar mandi. Kau jangan berisik dan banyak protes, aku tak mau kita jatuh."     

Anne langsung menutup mulutnya dan hal itu membuat Alan terkekeh geli, pasalnya Anne seperti anak kecil yang langsung diam ketika di tegur.     

Dengan hati-hati Alan menurunkan Anne di toilet, setelah memastikan Anne duduk dengan baik di toilet Alan pun bergegas menuju bathub. Ia mengisi bathub dengan air hangat supaya bisa langsung digunakan begitu Anne selesai buang air kecil, sebenarnya Anne tak benar-benar ingin buang air kecil. Ia hanya ingin duduk sejenak, menjaga jarak sebentar dari Alan yang terus menempel padanya. Saat duduk di toilet Anne menatap kedua pahanya yang penuh tanda cinta buatan Alan, kali ini bukan hanya dada dan perutnya saja yang menjadi sasaran Alan. Kedua pahanya pun kini tak luput dari incarannya dan ketika Alan membuat tanda merah keunguan itu di kedua pahanya seluruh tubuh Anne langsung lemas, bahkan ketika kembali mengingat cara Alan membuat tanda itu Anne masih tak tenang.     

"Apa yang mengganggu pikiranmu?"tanya Alan yang sudah duduk di hadapan Anne.     

Anne menggeleng. "Nothing."     

"Lalu kenapa melamun seperti itu?"     

"Aku tidak melamun,"jawab Anne singkat.     

"Benarkah? Tapi sejak tadi kau diam saja, kedua matamu pun terlihat kosong." Alan masih bersikeras tahu apa yang Anne pikirkan.     

"Aku tidak melamun, ya sudah ayo mandi. Aku sudah lapar,"jawab Anne pelan mencoba mengalihkan pembicaraan, senyumnya mengembang saat bicara dan hal itu membuat Alan tak bisa berkutik.     

Karena perutnya juga sudah lapar Alan pun memutuskan untuk menyudahi percakapannya dan memutuskan untuk segera mandi, di dalam bathtub dengan telaten Alan membasuhkan shower gel aroma vanilla ke tubuh Anne. Saat mencium aroma shower gel yang Alan gunakan Anne langsung menyentuh tangan Alan yang berniat mengoleskan ke tubuhnya.     

"Kenapa?"     

"Kau, sejak kapan kau suka aroma vanilla seperti ini?"tanya Anne dengan cepat.     

"Entahlah aku tidak tahu, yang jelas aku sangat menyukai aroma vanilla. Aku merasa mandi menggunakan shower gel beraroma vanilla seperti ini membuatku 10 kali lebih nyaman daripada menggunakan shower gel aroma lain, kenapa memangnya? Kau tak suka dengan aroma vanilla?"tanya balik Alan.     

Anne menggeleng. "Tidak, aku suka aroma vanilla. Sangat suka sekali, makannya aku heran kenapa kau memiliki shower gel seperti ini."     

Alan tersenyum. "Ini yang disebut takdir."     

Kedua mata Anne menyipit, ia kemudian memeluk Alan dengan erat. "Iya aku rasa kau benar, takdir yang kejam. Takdir yang membuatku kembali lagi padamu meski dalam ingatan orang lain,"ucap Anne dalam hati.     

Alan yang tak tahu apa-apa hanya tersenyum saat dipeluk Anne, ia senang karena Anne memeluknya dengan erat. Sementara itu di tempat mall yang akan dijadikan tempat untuk pameran perhiasan koleksi terbaru Clarke's Jewel saat ini Nicholas sedang bersitegang dengan anak buah Roger yang tak mau mengalah, mereka mengatakan ingin tetap mengadakan pameran mobil di mall itu.     

"Bagaimana ini Nick?"tanya seorang bodyguard pada Nicholas.     

"Tahan mereka, aku harus menghubungi Tuan muda. Tuan harus tahu tentang hal ini,"jawab Nicholas pelan sambil memeluk beberapa kertas yang berisi foto-foto terbaru Clarke's Jewel yang akan dipamerkan dua hari lagi.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.