I'LL Teach You Marianne

Penyembuh Anne



Penyembuh Anne

3Tanpa pikir panjang Alan langsung naik ke ranjang dan menyentuh wajah Anne, berusaha untuk membangunkannya dari mimpi buruk.     

"Anne...Anne..."     

"JANGAN!!!!"     

Sebuah teriakan keras terdengar dari bibir Anne berbarengan dengan terbukanya kedua matanya yang terlihat penuh ketakutan, seluruh tubuh Anne sudah basah dipenuhi keringat.     

"Kau baik-baik saja Anne?"tanya Alan untuk kesekian kalinya.     

Anne yang sedang berusaha menenangkan diri masih menunduk dan tak mau menatap wajah Alan yang saat ini terlihat sangat khawatir, kenangan akan malam mengerikan disaat Alan memperkosanya kembali berputar dalam ingatan Anne. Padahal sudah lama sekali Anne melupakan hal itu, apalagi sejak tahu kalau Alan adalah Jack. Namun sepertinya rasa takutnya kembali datang saat Alan mulai membahas soal villa tempat dimana ia diperlakukan tidak hormat oleh Alan.     

"Anne..."     

Plak, dengan penuh tenaga Anne menampar Alan.     

"Pergi, jangan sentuh aku. Kau penjahat!!"ucap Anne lirih sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.     

Meski pipinya terasa panas akibat pukulan dari Anne namun Alan tak marah, begitupun saat mendengar umpatan yang baru saja Anne lontarkan.     

"Anne...kau kenapa?"     

Kedua mata Anne berkilat penuh kemarahan menatap Alan. "Pergi, aku tak mau melihatmu! Aku benci padamu...aku benciiii...."     

Dada Anne naik turun menunjukkan kemarahannya yang begitu besar, keringat dingin pun semakin deras mengucur dari keningnya. Melihat kondisi Anne yang tak biasa membuat Alan khawatir, tanpa takut mendapat pukulan lagi Alan justru mendekati Anne. Ia berusaha memberikan pelukan pada Anne yang sudah menjaga jarak dengannya.     

"Kita bisa bicara baik-baik Anne, kita bisa cari jalan keluarnya bersama-sama..."     

Anne langsung mengangkat tangannya ke depan, memberikan isyarat pada Alan untuk tak mendekatinya lagi. "Pergilah Alan, a-aku ingin sendiri saat ini. Aku tidak apa-apa."     

"Kau yakin tidak apa-apa?"     

"Iya, aku hanya mengalami mimpi buruk saja dan sekarang sudah baik-baik saja. Jadi tolong tinggalkan aku sendiri,"jawab Anne lirih, Anne sudah bicara dengan normal karena berhasil mengontrol ketakutannya.     

Melihat Anne lebih tenang Alan sedikit lega, meskipun ia masih penasaran dengan mimpi yang membuat Anne sangat ketakutan.     

"Baiklah, malam ini kau tidur sendiri kalau begitu. Aku akan tidur di lantai satu,"ucap Alan lirih mengalah.     

"Ok."     

Setelah yakin Anne baik-baik saja akhirnya Alan pun memutuskan untuk keluar dari kamar setelah memakai pakaian, ia memilih meninggalkan Anne sendiri karena tak mau mencari masalah. Akan tetapi baru saja keluar dari pintu tiba-tiba langkah Alan terhenti saat mendengar suara tangisan Anne kembali, ia terlihat ragu untuk masuk kembali ke dalam kamar. Alan tiba-tiba teringat akan dokter Caitlyn, ia merasa harus berbicara dengan dokternya terkait kondisi Anne yang tiba-tiba berubah drastis.     

"TRAUMA."     

"Benar Tuan muda, saya rasa saat ini Anne kembali teringat dengan kejadian malam itu dimana saat anda menyentuhnya pertama kali,"ucap dokter Caitlyn kembali di ujung telepon, memperjelas perkataannya kembali. "Kalau kondisinya seperti yang anda ceritakan sebelumnya sepertinya Anne kembali mengingat kejadian itu, meski saat ini kalian berdua sudah menikah tapi traumanya akan kejadian itu belum hilang. Apalagi itu adalah yang pertama untuk Anne."     

Alan terdiam, ia tak bisa berpikir tenang saat ini. Rasa penyesalannya pun langsung datang. "Lalu apa yang harus aku lakukan dok?"     

Suara Alan terdengar lirih dan penuh sesal saat bertanya pada dokter Caitlyn.     

"Sembuhkan traumanya Tuan, karena jika tidak maka ia akan seperti itu kembali."     

"Bagaimana caranya dok?"tanya Alan dengan cepat.     

"Banyak cara, salah satunya adalah memberikan kenangan yang indah padanya agar kenangan buruknya malam itu hilang atau..."     

"Atau apa dok? Ayolah bicara yang jelas, jangan berbelit-belit seperti ini!"Alan langsung memotong perkataan dokter Caitlyn dengan cepat.     

Dokter Caitlyn terdengar menarik nafas panjang, ia nampak ragu untuk bicara dan Alan bisa mengetahuinya.     

"Dok, anda masih tersambung denganku bukan?"     

"Masih Tuan muda, maaf tadi saya harus minum sebentar."     

"Ya sudah cepat katakan apa yang harus aku lakukan?"     

"Bawa Anne ketempat dimana ia mendapatkan traumanya dan bantu ia mengatasi rasa takutnya, sehingga dengan itu kenangan buruk akan malam itu akan hilang,"jawab dokter Caitlyn dengan ragu. "Tapi saya tak menjamin hal ini bisa berhasil Tuan, namun tak ada salahnya dicoba. Saya yakin obat dari trauma Anne adalah anda sendiri, orang yang sudah melukainya.     

Wajah Alan memerah saat mendengar perkataan dokter Caitlyn, kata demi kata yang diucapkan dokter Caitlyn sangat membekas padanya. Tanpa mengucapkan terima kasih Alan langsung menutup teleponnya, ia butuh waktu untuk mencerna saran yang diberikan dokter Caitlyn. Karena masih ragu, Alan kemudian menghubungi dokter Leo. Sama seperti yang ia ceritakan pada dokter Caitlyn sebelumnya, Alan pun mengatakan hal yang sebenarnya yang saat ini terjadi pada Anne. Dokter Leo pun memberikan saran yang hampir sama seperti dokter Caitlyn.     

"Percayalah Tuan, tak mudah untuk istri anda menerima anda sebagai suaminya. Karena itu tolong jangan lukai lagi dirinya, tak ada satupun wanita di dunia ini yang mau kehilangan kesuciannya dengan cara seperti itu meskipun yang melakukannya adalah laki-laki yang dicintaunya. Jadi saya minta pada anda sedikitlah bersabar menghadapi istri anda, hanya anda saja yang mampu menyembuhkan luka dalam hatinya. Bukan saya ataupun dokter Caitlyn,"ucap dokter Leo pelan saat akan mengakhiri pembicaraannya.     

"Baik dok, terima kasih sarannya. Aku akan mencoba melakukannya, selamat malam."     

Alan langsung memejamkan kedua matanya setelah selesai berbicara dengan dokter Leo, rasa bersalahnya pada Anne pun semakin besar. Alan kembali teringat saat dimana ia memaksakan kehendaknya pada Anne, tangisan dan rintih kesakitan Anne tak dihiraukannya saat itu. Yang ada dalam benak Alan saat itu adalah bisa memiliki Anne seutuhnya sampai akhirnya ia terjejut saat menyadari kalau dirinya adalah yang pertama untuk Anne.     

"Aku melakukannya karena aku mencintaimu Anne, aku benar-benar mencintaimu,"ucap Alan lirih sambil mencengkram kuat ponsel yang ada dalam genggaman tangannya.     

Sementara itu dari kejauhan Nicholas dan Noah hanya bisa melihat Alan duduk sendiri di taman hanya dengan memakai piyama tidurnya yang tipis, kedua pria itu tak berani mengganggu Alan yang terlihat sedang sangat serius. Nicholas sebenarnya ingin melaporkan perkembangan soal sabotase yang dilakukan Roger Dauglas, namun ketika melihat kondisi Alan yang kurang bersahabat ia membatalkan niatnya untuk mencari aman.     

"Udara semakin dingin, cepat panggil tuan Nick. Aku takut Tuan muda akan sakit,"bisik Noah pelan.     

Nicholas langsung menoleh ke arah Noah dan menunjuk wajahnya menggunakan jari telunjuknya. "Aku? Kenapa harus aku?"     

"Karena kau adalah asisten Tuan muda, memangnya kau mau aku meminta tolong Erick?"     

Kedua mata Noah membeliak. "Jangan coba-coba, Tuan muda adalah milikku. Tak ada orang yang boleh melayaninya."     

"Ya sudah kalau begitu cepat hampiri Tuan muda, ini sudah hampir jam 1 pagi."     

Nicholas menarik nafas panjang, ia berusaha untuk menenangkan dirinya sebelum berjalan mendekati Alan. Namun baru saja akan melangkahkan kakinya menuju kursi tempat dimana Alan duduk tiba-tiba terlihat Alan sudah bangun dari kursinya dan berjalan dengan cepat menuju ke dalam rumah, senyum Nicholas mengembang lebar saat melihat Alan mendekat.     

"Tuan..."     

"Siapkan mobil, aku akan turun 10 menit lagi Nick." Alan langsung memotong perkataan Nicholas begitu ia sampai di depan Nicholas dan Noah.     

"Si-siap Tuan,"jawab Nicholas tergagap, ia pun segera berlari menuju halaman untuk menyiapkan mobil seperti perintah sang tuan. Sementara itu Alan terus melangkahkan kakinya menuju lantai dua tanpa berbicar apa-apa, ia mengabaikan semua pelayan yang menyapa.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.