I'LL Teach You Marianne

Ambisi keluarga Dauglas



Ambisi keluarga Dauglas

3Aaron terdiam cukup lama saat mendengar pertanyaan Rose mengenai perasaannya pada Anne.     

"Perasaanku pada Anne tak pernah terbalas, sejak dari awal aku mengenalnya Anne tak memberikan respon yang baik padaku. Dia benar-benar hanya menganggapku teman dan aku tak menerima hal itu, sampai akhirnya aku sadar kalau semakin keras aku berusaha untuk mendekatinya semakin jauh pula hubungan pertemanan kami,"jawab Aaron pelan sambil tersenyum.     

Rose terdiam, perasaannya masih gelisah. Ia masih belum puas mendengar jawaban Aaron. "Lalu bagaimana saat ini, apakah kau masih berharap padanya?"     

Aaron menoleh pada Rose dan tersenyum, alih-alih menjawab pertanyaan wanita cantik yang ada di hadapannya Alan justru meraih ponselnya yang ada diatas meja dan memainkan jarinya sebentar di atas layar ponselnya dan langsung memberikannya pada Rose. "Bacalah."     

Tanpa membantah Rose kemudian meraih ponsel Aaron dan membaca artikel yang sedang muncul di layar ponsel Aaron.     

"Ini kejadian yang menghebohkan dua tahun yang lalu, saat itu aku masih menjadi wartawan junior,"ucap Rose jujur tanpa mengalihkan pandangannya dari artikel yang menampilkan berita jatuhnya Jackson Patrick Muller di selat Inggris.     

"Anne, bahkan sampai detik ini dia masih setia dengan pria itu Rose."     

"Jackson Patrick Muller?"     

"Yes, Anne mencintai pria itu. Lebih tepatnya mereka saling mencintai walau takdir mereka mengenaskan karena dipisahkan oleh maut,"jawab Aaron sambil tersenyum.     

Kedua mata Rose membeliak, ia sangat terkejut mendengar perkataan Aaron. Pasalnya Daniel tak menceritakan sedetail ini tentang Marianne padanya.     

"Aku tahu kau pasti terkejut, tapi itu faktanya Rose. Anne adalah kekasih Jackson Patrick Muller, hubungan mereka sangat rapi dan terekspos media karena keduanya memilih untuk merahasiakannya,"     

"Tapi kau tahu soal mereka,"celetuk Rose dengan cepat.     

Aaron terkekeh. "Tentu saja aku tahu, aku dan Jack pernah bersaing secara sportif untuk mendapatkan hati Anne. Meski saat itu aku tahu kalau aku pasti tak akan menang, karena ternyata saat itu Jack sudah ada di hati Anne."     

"K-kau…"     

"Ya, aku kalah sejak awal."     

Rose tertunduk, ia merasa bersalah pada Aaron saat ini karena mengungkit masa lalu Aaron yang cukup tragis dan Rose yakin sekali Aaron pasti tak nyaman saat ini ketika kisah percintaan tak terbalasnya diungkit kembali.     

Aaron tersenyum melihat perubahan sikap Rose. "Tapi aku baik-baik saja saat ini, buktinya aku memilikimu."     

Pipi Rose bersemu mendengar perkataan Aaron. "Jangan merayuku, tak mempan."     

"Haha, aku tak sedang merayu Rose. Aku serius, aku yakin ini cara Tuhan untuk memberikan kebahagiaan yang seutuhnya padaku Rose,"ucap Aaron serius sambil meraih tangan Rose.     

"Kau benar-benar serius padaku Aaron?"     

"Tentu saja, kau meragukan aku?"tanya balik Aaron dengan suara meninggi, cengkraman tangannya pada tangan Rose pun semakin kuat.     

Rose menggelengkan kepalanya perlahan.     

"Lalu kenapa kau bertanya seperti itu padaku tadi,"ucap Aaron pelan mempertegas pertanyaannya kembali.     

"Aku hanya ingin tahu saja Aaron, selama ini aku tak pernah punya kekasih. Jadi aku takut jika akhirnya aku harus menelan kekecewaan,"jawab Rose jujur.     

Aaron menipiskan bibirnya, perlahan ia menggerakkan tangannya dan membelai rambut Rose. "Kalau kau masih ragu kita bisa pulang ke Portugal besok, aku harus mempertegas hubungan kita kepada ayahmu."     

"Kau serius? Kau berani?"     

Aaron tergelak mendengar pertanyaan Rose. "Tentu saja berani, memangnya aku pencuri atau penjahat sampai tak berani bertemu dengan ayahmu."     

"Hanya kau yang bisa bicara seperti ini padaku Aaron,"ucap Rose lirih dengan mata berkaca-kaca.     

"Tidak, jangan menangis. Aku tak suka melihatnya, percayalah aku serius dengan hubungan ini jadi kau tak usah takut. Aku sudah tak ada hubungan lagi dengan wanita-wanita yang pernah dekat denganku dulu, saat ini hanya ada nama Lily-Rose Joseph saja dihatiku."     

Air mata Rose mengalir deras mendengar kata-kata Aaron, segala ketakutannya pun sirna seketika bersamaan dengan datangnya perasaan hangat dalam dirinya saat ini. Aaron yang tak suka melihat wanita menangis lalu menyeka air mata di wajah Rose menggunakan jarinya dan meraih tubuh Rose untuk di peluknya dengan erat.     

"Mungkin hubungan kita terlalu cepat untukmu Rose, tapi percayalah aku benar-benar serius padamu. Jangan pernah ragukan aku lagi Rose,"bisik Aaron lirih dengan tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Anne.     

Rose tak menjawab perkataan Aaron, hanya air mata yang mengalir deras saja yang menunjukkan betapa bahagia dirinya saat ini. Air mata kebahagiaan yang tak pernah ia bayangkan akan membasahi pipinya karena seorang pria, Aaron sendiri memilih menenggelamkan wajahnya pada pundak Rose. Menikmati wangi tubuh Rose yang semakin membuatnya mabuk akan perasaannya pada Rose, gadis kecil yang ia berikan kalung pemberian ibunya bertahun-tahun yang lalu. Satu-satunya kenangan dari ibunya kini disimpan rapi oleh wanita yang akan ia jadikan nyonya Connery.     

***     

"Bodoh, kenapa si Samuel brengsek itu tak menghapus foto-foto kebersamaan kalian Roger!! Kau tahu si tua bangka itu masih menyelidiki kasus kecelakaan dua tahun yang lalu,"pekik Ivan Dauglas kesal pada Roger putra semata wayangnya.     

Roger terkekeh. "Relax Dad, David Clarke itu pasti tak akan bisa menjeratku. Lagipula kasus ini sudah ditutup dengan menyatakan kalau kecelakaan itu adalah kecelakaannya biasa, lalu kenapa kau takut. Cucunya si brengsek Alan Knight juga masih hidup bukan, jadi jangan berlebihan seperti itu Dad."     

Ivan Dauglas menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kau tahu Luis Cobb bukan, mantan polisi khusus itu adalah asisten David Clarke. Dia bukan pria mudah Roger, dia adalah pria pintar. Aku yakin sekali selama dua tahun ini mereka pasti sudah melakukan penyelidikan secara diam-diam tanpa sepengetahuan mata-mata kita son."     

"Biarkan saja, toh semua bukti yang memberatkan ku sudah dilenyapkan. Lagipula memang apalagi harus mereka cari, toh cucunya masih hidup dan masih tetap arogan sama seperti dulu apalagi yang harus dipermasalahkan oleh mereka,"sahut Roger ketus.     

Ivan Dauglas kembali menghela nafas, berbicara dengan putra semata wayangnya memang benar-benar menguras energinya.     

"Kau ini tak bodoh bukan, memangnya kau tak menyadari perubahan sikap mereka kepada keluarga kita? Kalau memang mereka tidak mencurigai kita mana mungkin mereka menjaga jarak seperti ini, apalagi ditambah dengan perubahan sikap Alan kepadamu. Daddy yakin sekali kalau mereka pasti sudah mencurigai kita dan jika mereka berhasil menemukan bukti bahwa kita adalah dalang dibalik peristiwa kecelakaan mobil itu, maka rencana kita bertahun-tahun untuk merebut harta kekayaan keluarga Clarke akan sia-sia saja Roger. Apakah kau tak paham sampai sini?"     

Roger memutar bola matanya. "Tak akan kuijinkan hal itu terjadi Daddy, aku sudah berusaha selama bertahun-tahun ini untuk mendapatkan apa yang mereka miliki. Lagipula mereka sudah terlalu lama hidup dalam kemewahan dan sudah saatnya orang lain yang merasakan apa yang mereka rasakan saat ini, terlebih lagi dengan wanita wanita cantik yang selama ini selalu mengekor di belakang Alan Knight Clarke sialan itu. Termasuk istri barunya yang sangat cantik dan misterius itu. Aku benar-benar penasaran padanya, setiap wanita yang dekat dengan Alan pasti takluk padaku. Aku yakin pasti juga berhasil mendapatkan wanita itu, apalagi ketampananku tak jauh beda dengan Alan. Kau tenang saja Daddy impian kita untuk menjadi ahli waris keluarga itu tinggal selangkah lagi, rencanaku untuk menyingkirkan Alan Knight Clarke pasti akan terwujud secepatnya. Setelah itu si tua bangka itu pasti akan mati secara perlahan-lahan karena melihat ahli warisnya tewas dan pada saat itulah kita datang merebut harta kekayaannya seperti yang kau rencanakan dulu Daddy."     

Ivan Dauglas tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan sang putra, diingatkan soal menjadi ahli waris keluarga Clarke membuatnya kembali bersemangat.     

"Aku percaya padamu Son, kau pasti bisa. Termasuk mendapatkan wanita-wanita cantik milik Alan Knight Clarke itu."     

"Tentu Daddy, aku dulu gagal menyingkirkannya. Tapi kali ini tak mungkin gagal,"ucap Roger pelan, Roger awalnya sudah sangat bahagia ketika berhasil membuat Alan tewas akan tetapi ternyata Alan muncul lagi di hadapannya kembali sama seperti dulu. Tetap angkuh dan menyebalkan.     

Karena terlalu berambisi ingin mendapatkan kekayaan keluarga Clarke, Roger sampai lupa pernah membuat seorang pria yang wajahnya mirip Alan terjatuh dari kapal pesiar dua tahun yang lalu di selat Inggris. Ia tak terlalu mencari informasi seperti apa wajah Jackson Patrick Muller, setelah tahu kalau salah sasaran Roger langsung kembali ke Luksemburg kembali. Padahal saat itu ia dalam misi membuntuti Luis asisten David Clarke.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.