I'LL Teach You Marianne

Love in the air



Love in the air

2Awalnya Noah ingin menunggu tuannya untuk makan siang bersama, akan tetapi karena jam makan siang sudah terlewat jauh dan ia merasa tak enak pada para tamu akhirnya ia meminta Nicholas untuk mengajak para tamu makan siang terlebih dahulu. Erick dan Alice sebenarnya ingin menunggu Alan dan Anne, akan tetapi karena mereka berdua merasa tidak enak setelah dipaksa oleh Noah akhirnya mau tak mau sepasang kekasih itu mengalah dan ikut makan bersama Nicholas dan anggota The warrior.     

Sementara itu di kamarnya Anne kelelahan, ia tak bisa melepaskan diri dari Alan yang terus-menerus menginginkan dirinya. Anne menyesali keputusannya yang meminta Alan tidur di luar tadi malam karena siang ini Alan benar-benar bertenaga dan tak mau menyudahi permainannya meski Anne sudah menyerah berkali-kali.     

Dalam bathtub besar yang berisi air hangat Anne terbaring diatas tubuh Alan, ia tak bertenaga pasca Alan membuat tenaganya habis. Padahal dua dari tiga permainan mereka beberapa saat yang lalu Alan menggunakan jari dan mulutnya untuk memuaskan Anne, namun tetap saja Anne tak bisa menahan diri untuk tak merespon setiap sentuhan yang diberikan oleh suaminya yang sedang memainkan rambutnya yang basah itu. Ia kesal kenapa tak bisa menolak Alan, seluruh sel tubuhnya langsung bereaksi setiap Alan menyentuh kulitnya.     

"Kau sudah mulai nakal sayang,"ucap Alan serak, menggoda Anne untuk kesekian kalinya.     

"Diam kau penjahat mesum!!"sengit Anne kesal.     

Alan terkekeh. "Tapi kau suka bukan?"     

"Stop atau aku marah!!"sahut Anne dengan cepat, ia tak mau melanjutkan perbincangan nya karena tak mau Alan melihat wajahnya yang sedang panas saat ini.     

Alan meraih tubuh Anne dan membuatnya duduk diatas perut kerasnya, meski dalam air tetap saja Anne merasa tak nyaman dengan posisinya saat ini. Berhadap-hadapan dengan Alan tanpa memakai pakaian di dalam ruang yang sempit dalam posisi yang intens membuat seluruh tubuh Anne panas, wajahnya memerah dan terlihat semakin cantik.     

"Aku mencintaimu Anne,"ucap Alan serak dengan mata sayu penuh hasrat pada Anne.     

Anne tak menjawab perkataan Alan, ia masih merasa tak nyaman duduk dalam posisi sangat intens itu saat ini. Karena Anne tak merespon perkataannya Alan meraih pinggang Anne dan menurunkannya menuju pusat tubuhnya untuk menyatukan diri lagi dengan Anne, namun Anne yang dapat membaca pergerakan Alan langsung menahan tubuhnya dan berhenti tepat di perut bawah Alan, nyaris sampai ditempat yang Alan inginkan.     

"Anne…"     

"Aku mencintaimu juga Alan, tapi tolong hentikan aku lelah sekali,"jawab Anne lirih, nafasnya naik turun menunjukkan betapa lelah dirinya saat ini. Anne sudah tak lagi melindunginya dadanya, kedua tangannya sudah digunakan untuk mencengkram tangan Alan agar tak membuatnya menyatu lagi dengan Alan.     

Melihat wajah Anne yang sudah semerah tomat Alan tersenyum, ia lupa kalau wanitanya itu adalah seorang wanita tanpa pengalaman yang tak mengerti tentang seks. Bagi Alan, semakin ia dilarang semakin besar pula keinginannya untuk mencumbuinya kembali. Apalagi dengan ekspresi wajah Anne yang luar biasa cantik dan menggairahkan, damn! Alan benar-benar tak bisa menjaga dirinya jika berada dekat Anne. Tanpa banyak bicara, sekali lagi Alan menguras air hangat dalam bathtub tempat mereka berada saat ini sampai habis tanpa sisa, setelah itu dalam gerakan cepat Alan kembali menyatukan dirinya kembali dengan Anne yang masih ada di atas walau tetap saja kendali permainan masih berada ditangan Alan. Kedua tangannya memegangi pinggang Anne membimbingnya bergerak naik turun untuk sekali lagi mendapatkan kepuasan bersama, Anne yang kembali dipaksakan menikmati hubungan tingkat tingginya dengan Alan hanya bisa pasrah. Tenaganya sudah habis untuk sekedar meminta Alan berhenti, ia sudah pasrah dan mengikuti permainan panas suaminya yang seperti tak pernah puas.     

Monster tampan yang ia benci benar-benar penuh stamina!     

Anne yang sudah tak punya tenaga masih berbaring diatas tubuh suaminya, teriakan kerasnya kembali terdengar saat ia mencapai puncak untuk kesekian kalinya. Dadanya masih menyatu dengan dada Alan tanpa ada sekat, keduanya sudah kembali bertukar keringat.     

"Aku lelah.."desah Anne lirih.     

"Aku tahu,"jawab Alan spontan dengan terus membelai punggung Anne. "Tidurlah."     

Anne tersenyum tipis dengan mata yang mulai terpejam. "Aku tak nyaman tidur disini Alan."     

"Baiklah, kita pindah ke ranjang,"     

Anne tak merespon perkataan Alan, kedua matanya yang tertutup sudah tak bisa terbuka lagi. Tenaganya benar-benar sudah terkuras setelah Alan menyentuhnya berkali-kali, membuatmu tak berdaya. Dengan tanpa menggunakan baju Alan menggendong Anne menuju ranjang, kepala Anne terus bersandar di dada bidang Alan sampai akhirnya Alan menidurkan Anne diatas ranjang.     

"I love you Anne." Alan kembali berbisik saat mencium puncak kepala Anne.     

Setelah menyelimuti tubuh Anne yang polos menggunakan selimut tebal, Alan kemudian pergi kembali ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah permainannya selama hampir 1 jam di kamar mandi dengan Anne. Saat sedang memejamkan kedua matanya, menikmati tetesan air dingin dari shower tiba-tiba Alan melihat sekelebat bayangan yang sama di gereja seperti beberapa waktu yang lalu namun lebih jelas, seorang gadis yang wajahnya tak terlihat tengah berjalan bersama seseorang menuju altar.     

"Bayangan itu lagi,"guman Alan pelan saat membuka kedua matanya. "Sepertinya aku terlalu bersemangat sebelumnya sehingga bayangan-bayangan seperti itu muncul lagi."     

Karena tak mau ada di kamar mandi Alan pun meraih handle shower untuk mematikan air dan langsung meraih piyama mandinya, lalu bergegas keluar dari kamar mandi. Ketika Alan keluar dari kamar mandi Anne sudah tertidur pulas, nafasnya sudah lebih teratur dalam balutan selimut yang menutupi tubuhnya.     

"Kau nafasku Anne, maafkan aku jika aku selalu membuatmu lelah,"ucap Alan lirih dengan mata yang berbinar menatap pipi Anne yang merah alami, setelah puas memandangi wanita yang membuatnya gila Alan kemudian berjalan menuju walk in closet untuk berpakaian. Ruangan besar yang berisi pakaian bersih miliknya dan Anne terasa hangat, hal ini karena AC ruangan itu sudah diatur sedemikian rupa untuk menjaga kualitas baju-baju terbaik milik Alan yang tergantung tapi, berjajar dari ujung ke ujung.     

Meski hanya ada di rumah namun Alan selalu memperhatikan penampilan, apalagi sejak menikahi Anne. Ia selalu ingin terlihat sempurna didepan Anne dengan menggunakan pakaian-pakaian terbaik rancangan rumah mode terkenal di dunia, bahkan beberapa desainer pakaian khusus pria selalu menghubungi Alan terlebih dahulu jika ada mode baru yang keluar dan langsung mengirimkan satu set pakaian terbaik mereka untuk pria perfectionist bernama Alan Knight Clarke.     

Waktu sepuluh menit yang Alan habiskan dalam walk in closet miliknya tak sia-sia, tubuh Alan kini sudah terbalut dengan baik menggunakan pakaian rancangan rumah mode Givenchy. Perfect dan elegan! Dua kata yang pantas untuk menilai penampilan Alan saat ini, setelah yakin penampilannya sempurna Alan kemudian segera keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju ranjang untuk meraih cincin pernikahan dengan Anne yang ia lepas ketika mandi. Alan tak mau mengambil resiko, membuat tubuh Anne terluka jika ia menyentuhnya saat menggunakan cincin.     

"Tidurlah princess, kembalikan energimu. Masih banyak hal yang ingin aku lakukan bersamamu saat kau sadar,"bisik Alan lirih saat memastikan Anne tidur dengan nyaman.     

Setelah membuat jari manisnya terikat cincin Alan pun bergegas keluar dari kamar yang selalu menyenangkan untuknya sejak kedatangan Anne, langkah kakinya ringan saat berjalan menuruni tangga. Wajahnya pun terlihat jauh lebih segar dan menyenangkan kali ini, sungguh Anne adalah penawar dari semua kekesalan yang melingkupinya.     

Ketika Alan datang meja makan sudah di rapikan karena para tamunya sudah selesai makan, melihat sang tuan muda turun dari lantai dua Noah segera menghampirinya dan menanyakan ingin makan apa dan dengan santai Alan hanya justru minta disiapkan wine terbaiknya saja.     

"Antarkan ke ruang tamu, aku sepertinya akan terlibat pembicaraan menyenangkan dengan tamu-tamu spesialku itu."     

"Siap Tuan."     

Alan pun kembali meneruskan langkah kakinya menuju ruang tamu dimana Nicholas berada bersama Erick dan orang-orangnya, Alan sangat penasaran dengan kehadiran orang-orang yang tak biasa itu. Begitu menyadari kedatangan sang tuan Nicholas lalu berbalik dan menghampiri Alan dalam gerakan cepat, ia ingin sekali menunjukkan pada Erick betapa sempurnanya dirinya melayani Alan.     

"Maafkan aku sudah membuat anda semua menunggu tuan-tuan,"ucap Alan dengan suara bariton yang khas saat tiba di ruang tamu.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.