I'LL Teach You Marianne

Only me



Only me

1Anne sepertinya benar-benar kehabisan tenaga, pasalnya saat Alan masuk kedalam kamar selimut yang sebelumnya digunakan Alan untuk menyelimuti tubuhnya masih dalam posisi yang sama. Tak berubah sama sekali, yang artinya Anne tidur dalam posisi yang sama dan tak bergerak sama sekali. Melihat itu senyum Alan mengembang, ia sudah gemas sekali ingin segera menghampiri istrinya akan tetapi niatnya itu terpaksa ia tahan karena masih ingin menunggu para pelayan yang membawakan makan malamnya datang. Alan memilih untuk tetap menunggu para pelayannya didepan pintu dari pada menunggu didalam rumah, alasannya hanya satu. Ia tak mau ada orang lain yang melihat betapa kacaunya tempat percintaannya dengan Anne saat ini, karena jika itu terjadi Anne pasti malu dan kesal. Maka dari itu ia lebih sabar berdiri didepan pintu kamarnya sembari memainkan ponselnya, memeriksa akun media sosial milik Anne.     

"Bunga, kenapa semua isi postinganmu hanya bunga saja Anne. Padahal aku lebih indah dari bunga,"dengus Alan sedikit kecewa, pasalnya ia berharap ada satu foto tampannya yang di posting.     

Bunyi roda dari troli yang di dorong oleh dua orang pelayan akhirnya membuat Alan menyudahi kegiatannya, dengan cepat ia memasukkan ponsel pintarnya ke dalam saku celananya dan menyambut kedatangan dua pelayannya.     

"Letakkan disini."     

"Tapi Tuan muda..."     

"It's ok, aku yang akan membawanya masuk." Alan memotong perkataan salah satu pelayannya.     

Kedua pelayan muda itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya pergi meninggalkan Alan setelah berpamitan dengan sopan, kedua wanita muda yang sangat takut pada Alan tak menoleh lagi ketika berjalan menjauhi tuan mudanya yang sedang dimabuk asmara. Semua orang yang berada di mansion keluarga Clarke tahu cerita bagaimana Alan menaklukkan Anne, namun tak ada satu pun diantara mereka yang menyangka sang tuan muda akan segila itu mencintai istrinya. Karena itulah para pelayan dirumah itu juga memberikan penghormatan yang sama pada Anne, mereka tak berani membantah setiap ucapan Anne. bagi mereka apa yang diucapkan Anne sama seperti ucapan Alan.     

Alan baru masuk ke dalam kamarnya ketika merasa yakin kalau para pelayannya sudah pergi, dengan hati-hati Alan mendorong troli berisi banyak makanan yang disiapkan para pelayan untuk makan malam masuk ke dalam kamarnya. Aroma dari daging yang dipanggang dengan tingkat kematangan medium rare begitu menggugah selera, belum lagi dengan menu makanan yang lain. Sungguh membuat Alan semakin lapar, tapi ia tak mau makan seorang diri. Ketika sudah memastikan posisi troli tepat Alan kemudian berjalan menuju ranjang dan benar saja posisi tidur Anne masih tak berubah, masih sama seperti terakhir Alan meninggalkannya.     

"Hampir 4 jam dan kau masih tidur dalam posisi yang sama, memangnya tubuhmu tak pegal sayang,"bisik Alan lirih pada Anne sambil menyibak rambut yang menutupi pipinya.     

Anne tak merespon, bisikan Alan tak berhasil membawanya sadar dari alam mimpinya.     

Sebenarnya Alan tak tega membangunkan Anne, akan tetapi mengingat Anne belum makan apapun Alan pun terpaksa membangunkannya. Tanpa pikir panjang Alan menarik selimut yang menyelimuti tubuh Anne setelah membuat suhu kamarnya lebih dingin, seketika seluruh bulu ditubuh Anne meremang ketika selimut tak lagi menutupinya. Cara yang Alan lakukan berhasil, Anne mulai bereaksi. Namun sialnya adalah suara rintihan yang terucap dari bibirnya justru membuat Alan terpancing.     

Alan menggeram kesal, ia merutuki juniornya yang sudah membuat celananya sesak dan sangat tersika. "Anne, bangun...kau bukan bayi Anne. Waktu tidurmu sudah habis."     

"Hmmm.."     

"Damn, wanita ini. Anne, jangan buat aku memperkosamu lagi,"ucap Alan serak, satu gumaman saja sudah langsung berhasil membuat Alan semakin gila.     

Tak ada respon apapun dari Anne kecuali semakin kerasnya rintihan dari Anne yang merasa kedinginan, kewarasan Alan pun semakin di uji.     

"Aku bukan manusia suci Anne, aku tak bisa menahan diriku lebih lama lagi,"ucap Alan frustasi, tanpa pikir panjang Alan mendorong pundak kiri Anne agar berbaring. Sekali lagi Alan semakin tersiksa saat melihat tubuh sempurna Anne, lekuk pinggang, abs perut, sepasang bukit kembar terukir indah di tubuh Anne. Tak ada kekurangan sama sekali, indah dan sempurna. Dua kata yang mampu Alan ucapkan untuk memuji keindahan tubuh Anne saat ini.     

Alan lalu merangkak diatas tubuh Anne, tanpa melepas pakaiannya. Tanpa izin ia langsung menikmati puncak dada Anne, memainkan lidahnya di area itu yang akhirnya berhasil membuat Anne bereaksi meski kedua matanya masih tertutup rapat. Sampai akhirnya ketika Alan menggunakan tangannya juga untuk meremas satu sisi lainya barulah Anne tersadar.     

"Alan...."     

"Stop...jangan berteriak, nikmati saja baby." Alan langsung memotong ucapan Anne dengan sedikit mengangkat wajahnya menatap Anne yang baru saja terbangun.     

Seluruh tubuh Anne kembali bereaksi, dipaksa menerima kenikmatan yang tiada dua dari Alan membuat setiap sel darah dalam tubuhnya mendidih dan hal itu membuat Anne merasa tubuhnya panas. Alan menyentuh setiap sisi tubuh Anne, mulai dari leher, dada, perut dan paha. Sungguh pria itu ada dimana-mana dan membuat Anne tersiksa.     

"Alan..aku lelah.."ucap Anne lirih di sela-sela desah kenikmatannya, terdengar samar dan penuh harap.     

Alan yang tak mau membuat Anne terluka pun langsung menghentikan aktivitasnya pada tubuh bagian bawah Anne, setelah ia menarik wajahnya dari pusat inti tubuh Anne akhirnya Alan sadar bahwa kedua paha Anne yang sudah ia buka lebar-lebar nampak bergetar hebat dan hal ini membuat Alan iba. Dengan cepat Alan pun merangkak kembali ke atas tubuh Anne dan menatap wanitanya yang wajahnya penuh keringat dengan penuh kasih.     

"Apa yang kau inginkan?"     

Anne membuka kedua matanya saat merasakan nafas panas Alan menyentuh wajahnya. "Bawa aku ke kamar mandi, tubuhku panas."     

Alan tersenyum puas penuh kemenangan, ia sadar Anne hampir mencapai puncaknya saat ia menyudahi kegiatannya tadi. "Kau yakin tak mau aku menyelesaikannya?"     

"Air, aku butuh air Alan,"ceracau Anne penuh harap.     

"As your wish princess."     

Alan pun segera mengangkat tubuh Anne dari ranjang dan membawanya menuju kamar mandi besar mereka, tujuan Alan adalah shower bukan bathup sesuai permintaan Anne. Saat Alan menurunkan Anne ke lantai kedua kakinya sedikit bergetar dan tak kuat menopang tubuhnya, beruntung Alan langsung memeluk pinggangnya sehingga Anne masih bisa berdiri dengan bersandar pada tubuh Alan tentunya.     

"Kau mau aku menyalakan airnya sekarang?"bisik Alan lirih, seolah takut ada yang mendengar.     

"Yes."     

"Persiapkan dirimu princess." Alan kembali menggoda Anne dengan menghembuskan nafas panasnya.     

Byurr...     

"Alan!!!"pekik Anne keras saat air dingin dari shower menyentuh seluruh tubuhnya, bukan karena airnya yang terlalu dingin tapi karena Anne berhasil melepaskan hasratnya atas perbuatan Alan yang tertunda.     

Melihat Anne mencapai klimaks Alan tersenyum, wanitanya benar-benar berbeda dan membuatnya gila. Alan tak merasakan perih yang tercipta dari kuku-kuku Anne yang menancap di punggungnya saat ini, baginya tak ada yang lebih indah selain melihat Anne yang luar biasa cantik saat mengalami klimaks. Sungguh kecantikan Anne terlihat 2x lebih memancar ketika ia mencapai titik kepuasannya, kedua pipinya merona dengan bibir yang terbuka sungguh pemandangan yang tak bisa dilewatkan.     

"Kau milikku Anne..hanya aku yang bisa melihatmu seperti ini."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.