I'LL Teach You Marianne

Masih orang yang sama



Masih orang yang sama

0"Tunggu, jadi kesimpulan dari percakapan kita ini adalah kalian ingin mencari orang yang berniat mencelakaiku!"pekik Alan dengan keras, ia tak percaya kakeknya sampai meminta bantuan orang lain untuk mengurus hal semacam ini.     

"Yes.."     

"Dan kenapa harus kau dan orang-orangmu Erick?"Alan langsung memotong perkataan Erick.     

"Karena kami dipercaya tuan besar untuk melakukan ini Tuan, lagipula anda jangan khawatir. Kami tak akan mungkin mengkhianati anda atau Tuan besar." Erick menjawab tegas pertanyaan dari Alan, saat berbicara Erick sengaja melirik ke arah Nicholas berusaha memanasi pria berkacamata itu. Erick pun berusaha mendekati Alan dengan caranya.     

Alan terdiam, keningnya berkerut memikirkan kata-kata yang diucapkan Erick. Selama ini ia memang tidak diizinkan oleh sang kakek untuk mencari tahu siapa dalang dibalik kecelakaan yang menimpa dirinya 2 tahun yang lalu, ia justru diberi tugas untuk mengurus perusahaan keluarga dan tak memusingkan masalah itu. Karena itulah saat ini ia bingung, kenapa tiba-tiba kakeknya meminta bantuan pada orang yang baru dikenal.     

"Anda tetap bekerja seperti biasa Tuan, biarkan kami yang mengurus sisanya. Keselamatan anda akan menjadi tanggung jawab kami,"ucap Erick kembali.     

"Tuan muda tak membutuhkanmu untuk menjaga keselamatannya Erick, masih ada aku dan para bodyguard yang lain." Nicholas yang sejak tadi diam ikut bicara, ia merasa Erick sudah benar-benar tak menganggap dirinya ada.     

Erick tersenyum. "Aku tahu itu Nick, maksudnya adalah kau tetap berada disamping tuan muda dan kami akan mengawal dari jauh. Melindungi kalian, hal ini dilakukan supaya orang-orang yang berusaha mencelakai Tuan muda tak tahu kalau saat ini ada orang lagi yang melindunginya. Dengan kata lain kami akan mem-backup pekerjaan kalian Erick, bukankah dengan double perlindungan seperti ini jauh lebih baik?"     

"Memang benar, akan tetapi apa kau bisa menjamin kalau keberadaan kalian tak akan diketahui orang-orang yang akan mencelakai Tuan muda?"tanya Nicholas mulai serius, ia merasa Erick bukan orang sembarangan.     

"Aku harap tidak, kami akan membaur dengan para pelayan di rumah ini sementara waktu untuk menyesuaikan diri. Percayalah apa yang akan kami lakukan ini sudah disetujui oleh Tuan besar dan beliau setuju, yang terpenting saat ini adalah membongkar dalang dibalik kecelakaan itu. Aku yakin sekali kalau orang itu tidak bekerja sendiri, apalagi mengingat Tuan besar adalah orang yang berpengaruh di negara ini. Musuh-musuh tak terlihatnya pasti banyak dan segala cara pasti mereka lakukan untuk menaklukkan dan menguasai kerajaan bisnis keluarga Clarke dengan cara membuat Tuan besar tersiksa perlahan-lahan, musuh-musuhnya tahu kalau Tuan besar tak memiliki keluarga lagi selain anda Tuan muda, karena itulah mereka menyerang anda. Karena dengan menyerang anda terlebih dahulu maka keluarga ini akan hancur dengan mudah, beda halnya jika mereka terlebih dahulu menyerang tuan besar maka anda sudah memiliki persiapan untuk menjaga diri. Saya yakin kecelakaan yang menimpa anda 2 tahun yang lalu itu pasti sudah diatur sedemikian rupa dengan sangat baik oleh banyak." Erick menjawab pertanyaan Nicholas dengan memberikan penjelasan kepada Alan yang sedang menatapnya tanpa berkedip.     

"Kenapa kau bisa berpikir kalau mereka lebih mudah menghancurkan keluarga Clarke jika mencelakaiku terlebih dahulu Erick?"     

Erick menghela nafas panjang, ia terlihat berat ingin menjawab pertanyaan sang tuan. "Karena anda adalah penerus keluarga ini, kalau anda tidak ada maka Tuan besar akan hancur perlahan tanpa merasa harus turun tangan. Orang-orang itu sengaja menyerang ahli waris keluarga ini untuk merebut hak sang ahli waris tersebut."     

Kedua mata Alan berkilat mendengar perkataan Erick, ternyata apa yang ada dalam pikirannya selama ini sama dengan apa yang diucapkan oleh pria yang baru ditemuinya ini.     

"Maka dari itu sampai detik ini Tuan besar berusaha melindungi anda Tuan, hal itu tidak lain tidak bukan demi kelangsungan keluarga ini,"imbuh Erick kembali dengan suara bergetar, ia mengingat kembali percakapan dengan tuan David Clarke kemarin di taman. Pria tua baik hati itu bahkan sampai memohon kepada Erick untuk melindungi cucunya dengan cara apapun, ia bahkan rela menukar sisa waktu hidupnya untuk memperpanjang hidup cucunya dan hal itu membuat Erick akhirnya sadar bahwa Tuhan sengaja menghilangkan Jack dari hidupnya selama 2 tahun untuk memberikan kebahagiaan kepada sang kakek yang usianya sudah tidak lama lagi.     

Alan tersenyum bangga. "Ya, kakekku memang yang terbaik."     

"Karena itulah mulai detik ini percayalah pada kami Tuan,"pinta Erick dengan penuh semangat.     

"Kalau kakek sudah percaya pada kalian lalu aku bisa apa,"ucap Alan sambil tersenyum.     

"Baik, kalau begitu beri kami informasi mengenai orang-orang terdekat anda selama ini Tuan. Percayalah, musuh terbesar anda adalah orang yang berada di sekitar anda, orang yang tahu semua kebiasaan anda dan…"     

Nicholas yang merasa tersindir langsung maju dan mencengkram kerah leher Erick dengan kuat. "Jangan karena kau mendapatkan kepercayaan dari Tuan besar kau bisa berkata seperti ini Erick, asal kau tahu jika Tuan muda meminta kepalaku saat ini juga aku pasti akan memberikannya. Jadi kau jangan meragukan kesetiaanku padanya."     

Alan memijat keningnya yang tiba-tiba terasa sakit saat melihat sikap berlebih dari Nicholas atas ucapan Erick, ia tahu maksud perkataan Erick sebenarnya bukan untuk Nicholas. Namun Nicholas yang sudah tak suka dengan Erick langsung berpikir jelek dan mengira Erick sedang menjelek-jelekkan namanya pada Alan.     

"Nick…"     

"Tidak Tuan, orang ini harus diberi pelajaran!!"sahut Nicholas dengan suara meninggi. "Dia sedang mengadu domba kita Tuan."     

Erick hanya bisa tersenyum, ia tak bergerak atau melawan pada Nicholas yang sedang mencengkram kerah lehernya. "Aku tak mungkin menuduhmu Nick, aku tahu kesetiaan pada Tuanmu karena aku pun juga akan melakukan hal yang sama. Aku juga akan melakukan hal yang sama untuk melindungi Tuanku, bahkan jika nyawaku yang jadi taruhan."     

Nicholas mengendurkan tangannya, meski belum benar-benar menariknya dari leher Erick."Baguslah kalau begitu kalau kau sudah punya Tuan sendiri, jadi jangan bermimpi merebut Tuanku."     

"Tenang Nick, kau tak usah takut."     

"Ok kalau begitu, aku pegang kata-katamu,"sahut Nicholas dengan cepat sambil menarik tangannya dari leher Erick. "Kalau begitu tunggu, aku akan menyiapkan apa yang kau minta tadi. Aku menyimpan data orang-orang yang selama ini mencoba mengganggu Tuan, termasuk para wanita yang menggerubutinya."     

"Wanita?"     

Nicholas mengangguk. "Wanita bayaran yang diminta untuk mencari kelemahan Tuan muda, mereka bahkan sampai berbuat sejauh itu.     

"Sampai begitunya?"pekik Erick tak percaya     

Alan tersenyum mendengar perkataan Erick, alasan Alan menjalin hubungan kontrak dengan para wanitanya pun tak lain tak bukan karena untuk mengindari wanita-wanita beragenda yang ingin mencari kelemahannya.     

"Apa yang kau cari?"tanya Alan pada Alice yang tengah mencari-cari sesuatu.     

"Kak Anne, sejak tadi aku tak melihatnya. Ada dimana kak Anne?"tanya balik Alice polos.     

Alan tersenyum dan menyesap wine dari gelasnya. "Istriku tidur, dia kelelahan setelah bermain denganku selama hampir satu jam tadi. Tapi tenang dia menikmatinya, kau tak usah mencarinya. Kau mungkin akan bertemu dengannya lagi besok pagi, karena sore ini sampai nanti malam kami akan melanjutkan permainan kami."     

Wajah Alice memucat dan langsung terdiam seketika, ia tak percaya tuannya kini sudah berubah jauh menjadi pria mesum tak tahu malu. Sangat berbeda dengan Jack yang dulu, yang sangat menjaga privasinya dengan Anne dari siapapun. Sementara Erick hanya tersenyum dan memilih tak berkomentar, ia tahu persis betapa besar rasa cinta tuannya itu pada istrinya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.