I'LL Teach You Marianne

The warrior's back



The warrior's back

1Roger Dauglas menggila saat tahu Alan berhasil melakukan pameran perhiasan milik perusahaannya, apalagi tempat Alan mengadakan pameran adalah di Burj Khalifa salah satu bangunan paling mewah yang diincar para orang kaya dunia di Dubai. Rasa iri Roger pun semakin menjadi-jadi saat membaca artikel yang baru saja diterbitkan salah satu portal bisnis di Dubai yang mengatakan kalau Alan dan istrinya adalah pasangan luar biasa, bahkan salah satu artikel mengatakan kalau Alan Knight Clarke dan istrinya Marianne Clarke masuk dalam pasangan pebisnis paling serasi di dunia versi majalah bisnis populer di Dubai yang otomatis membuat citra seorang Alan Knight Clarke meroket tajam karena kesempurnaan istrinya yang selama ini belum ia perkenalkan pada publik.     

"Brengsek, jadi kita ditipu mentah-mentah. Si Clarke brengsek itu sengaja meminta asistennya Nicholas untuk tetap berada di Luksemburg dan tetap ada disekitar mall supaya menyakinkan kita kalau mereka akan tetap melakukan pameran di mall. Benar-benar bajingan sialan... arghhh...dia selalu beruntung,"ucap Roger Dauglas kesal sambil terus menatap foto Anne yang berdiri di panggung menggunakan liontin yang diberi nama The Tears Aquila yang terinspirasi dari gugus bintang Aquila yang menjadi primadona Clarke's Jewel pada pameran kali ini.     

Ivan Dauglas menghela nafas panjang, ia masih tak menyangka kalau hal seperti ini akan terjadi. Padahal ia sudah yakin sekali kalau pameran Clarke's Jewel akan gagal, namun nyatanya justru berbalik 360°. Pameran dari Clarke's Jewel sukses besar dan digadang-gadang sebagai exhibition perhiasan paling sukses tahun ini.     

"Bagaimana ini Daddy, mereka semakin melesat tinggi dan kita tak akan mungkin bisa menjatuhkan mereka. Rencana kita untuk mengambil alih kekayaan keluarga Clarke pun akan semakin sulit,"ucap Roger Dauglas tak tahu malu, ia masih saja mengincar harta milik Alan. "Aku sudah tak sabar melihat si brengsek Alan Knight Clarke itu hancur dan membuat istrinya yang cantik itu melayaniku di ranjang."     

Ivan Dauglas membelai pundak putra tunggalnya. "Tenang nak, kita pasti akan berhasil. Kita sudah berhasil membuatnya hampir tewas saat kecelakaan mobil dua tahun lalu, sekarang kita pasti akan benar-benar berhasil membuatnya tewas. Dia bukan kucing yang punya 9 nyawa, satu kali lagi mencelakainya maka dia benar-benar Alan mati. Aku yakin itu nak."     

Brakk     

Pintu rumah Ivan Dauglas tiba-tiba didobrak secara paksa oleh beberapa orang pria berpakaian serba hitam yang mengenakan topeng.     

"Si-siapa kalian?!" Ivan Dauglas berteriak keras.     

Sementara Roger Dauglas berniat untuk meraih pistol yang ada di balik meja, akan tetapi gerakan tangannya kalah cepat sehingga sebuah pisau lebih dulu menancap pada lengan kemeja yang ia gunakan dan membuatnya tertahan di meja. Satu centi lagi mungkin pisau itu akan menancap pada kulitnya kalau saja ia bergerak.     

Ivan Dauglas tercekat saat melihat tangan putra kesayangannya hampir teriris pisau.     

"Siapa kalian?"tanya Ivan Dauglas kembali ketika menyadari hampir 20 anak buahnya sudah bergelimangan di halaman rumahnya.     

Salah seorang dari mereka tersenyum dan mendekati Ivan Dauglas, ditangannya terhunus pisau super tajam yang mampu menguliti kulit manusia dengan mudah. Perlahan pria itu membuka lengan baju Ivan Dauglas dan mulai menggunakan ujung pisaunya untuk menembus kulit Ivan Dauglas yang membuat pria itu berteriak kesakitan dengan keras.     

"Stop...what the fuck!! Apa yang kalian lakukan pada ayahku hah!!!"jerit Roger Dauglas panik saat melihat darah segar mulai mengalir membasahi kulit Ivan Dauglas yang tersayat.     

Pria itu tak mengindahkan perkataan Roger dan Ivan yang berteriak kesakitan, ia terus saja mengukir tangan Ivan yang sudah mengucurkan darah segar. Ivan tak bisa berontak karena tubuhnya di cekal dua orang pria berbadan besar lainnya sehingga ia hanya bisa pasrah ketika tangannya di sayat-sayat, ia pun tak bisa bersuara karena mulutnya sudah ditempel dengan solatip yang membuatnya hanya bisa membelalakan kedua matanya menahan sakit luar biasa.     

Melihat sang ayah disiksa Roger menggila, ia terus berteriak dan mengumpat pria yang sedang menyayat-nyayat tangan ayahnya. Pasalnya ia sendiri tak bisa berbuat apa-apa karena di bawah todongan dua buah pistol yang mengarah ke leher dan jantungnya.     

Ketika berhasil mengukir sebuah tulisan pria tanpa hati yang baru saja membuat hadiah indah di tangan Ivan kemudian bergerak ke arah Roger, ia mengarahkan pisaunya ke wajah Roger dan mengoleskan darah sang ayah yang tersisa di pisau pada hampir semua wajah Roger. Yang membuat Roger ketakutan, ia belum pernah menghadapi pria kejam seperti itu selama hidupnya. Setelah selesai merias wajah Roger menggunakan wajah ayahnya pria itu memborgol tangan Roger dengan tangan Ivan, yang masih terus mengucurkan darah dari sebuah tulisan yang terukir di kulitnya.     

"Ini baru peringatan kecil, kalau kalian masih saja berbuat lebih jauh lagi maka jangan salahkan kami jika salah satu diantara kalian akan melihat kematian masing-masing dengan cara kejam dan untukmu Roger Dauglas sepertinya aku punya sedikit hadiah tambahan untukmu,"ucap pria bertopeng dengan yang sebelumnya menyayat tangan Ivan Dauglas sambil tersenyum, ia kemudian memerintahkan anak buahnya memberikan hadiahnya pada Roger.     

Salah seorang pria lainnya yang sebelumnya memegangi tubuh Ivan Dauglas pun terlihat mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam dari balik pakaiannya, ia kemudian menyerahkannya kepada sang pimpinan yang baru saja berbicara.     

Pria dengan pisau itu lalu meletakkan pisaunya di sarungnya yang terpasang di pinggangnya begitu menerima kotak hitam dari sang anak buah, dari kotak itu ia mengeluarkan sebuah ampul dan jarum suntik yang masih baru.     

"Ampul ini berisi cairan kimia yang akan membuatmu tak bisa ereksi Tuan muda Dauglas, sedikit saja cairan ini masuk tubuhmu maka kau tak akan bisa lagi hidup sebagai pria normal. Kejantananmu tak akan bisa tegang lagi meski kau melihat 100 wanita cantik yang telanjang di depanmu,"ucapnya pelan sambil menunjukkan ampul berisi cairan kimia itu pada Roger Dauglas.     

"A-apa yang akan kau lakukan hah?!"pekik Roger Dauglas pura-pura tenang, meskipun sebenarnya ia sangat takut jika cairan dalam ampul itu berpindah ke tubuhnya. Meski belum tahu apakah yang dikatakan pria yang ada di hadapannya benar atau tidak tetap saja Roger takut.     

"Untuk saat ini aku belum akan menyuntikkan cairan ini padamu Tuan muda Dauglas, akan tetapi jika kau tak menghentikan perbuatanmu maka jangan salahkan aku jika suatu saat aku datang lagi dan benar-benar menyuntikkan cairan ini padamu. Hari ini hanyalah sebuah peringatan saja dan tolong diingat baik-baik peringatan kali ini, karena kami tak pernah main-main dengan ucapan kami. Dan untukmu Ivan Dauglas lebih baik kau bertobat dan menjalani sisa hidupmu dengan tenang di jalan Tuhan, hapus mimpimu untuk menjadi pria kaya dengan cara instan seperti itu karena mulai saat ini jika kalian menyakiti keluarga Clarke maka nasib kalian akan seperti 20 orang bodyguard kalian yang terkapar di depan sana. Cam kan baik-baik perkataanku,"ucap pria bertopeng itu sambil menatap tajam ke arah Ivan dan Roger Dauglas bergantian. "Ingat ini baik-baik Tuan muda Dauglas, jangan sampai kau tak bisa merasakan tubuh wanita lagi dimasa depan. Cairan ini sengaja aku siapkan untukmu, jadi jangan paksa aku benar-benar menyuntikkannya ke tubuhmu."     

Roger Dauglas nampak menahan nafas ketika pria yang ada di hadapannya berbicara, kedua matanya terus menatap ampul yang ada di tangan pria itu tanpa berkedip.     

Setelah berkata seperti itu pria misterius itu pun menyimpan kembali jarum suntik dan ampul yang ia tunjukkan pada Roger Dauglas, namun sebelum pergi ia sempat memberikan hadiah perkenalannya pada Roger Dauglas dengan menyayat tangannya dengan dua buah sayatan yang seketika membuat Roger berteriak kesakitan.     

"Ingat pesanku baik-baik, satu kali lagi kalian mengusik keluarga Clarke maka kalian akan menyesal." Pria bertopeng itu kembali berpesan pada Ivan dan Roger yang kini memiliki luka sayatan juga seperti ayahnya.     

Karena sudah berhasil melakukan niatnya sekitar 10 orang pria misterius itu lalu pergi meninggalkan rumah Ivan Dauglas, tak ada bukti apapun yang mereka tinggalkan. Cctv di rumah itu sudah mereka sabotase sebelumnya, sehingga aktivitas mereka tak mungkin terekam kamera apapun. Delapan dari pria misterius itu adalah anggota the warrior, sedangkan 2 sisanya adalah bodyguard Alan. Kedua orang bodyguard itupun hanya bisa diam ketika melihat the warrior beraksi, tak ada belas kasih sama sekali pada wajah pria-pria itu saat menyayat tangan Ivan dan Roger Dauglas.     

Suara jerit kesakitan dari Roger Dauglas masih terdengar jelas saat mereka pergi dari rumah itu, namun tak ada satupun diantara mereka yang berniat menolong.     

The warrior bener-benar mengerikan, pembunuh bayaran pilihan Jackson Patrick Muller sudah kembali dan bersiap melindungi tuan mereka.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.