INDIGO

#Tempat Yang Aneh (Wentira)



#Tempat Yang Aneh (Wentira)

0Kadang Hidup Memilukan     

-------------------     

Aku akan mencobanya!     

Aku berdiam diri di tempat yang sama. Mencoba berkonsentrasi dengan apa yang akan aku coba setelah ini. Aku memejamkan mata dengan erat namun tidak sepenuhnya aku menutupnya dengan erat, hanya sebagian saja. Karena posisi seperti ini membuat kita lebih cepat berkonsentrasi dan menemukan sebuah titik terang sebagai acuan.      

"Ngapain kamu!"      

Yaelah, sumpah ya ni orang. Baru saja aku mau menemukan titik terang, malah di tanyai. Aku menahan nafasku dan memejamkan erat mataku. Mempersiapkan kalimat yang pas untuk ku ucapkan padanya.      

"Huuuuhhh aku sedang konsentrasi Moza, bisakah kamu diam dan tidak menggangguku sebentar!" ujarku sambil menahan amarah yang ingin menghempaskan gejolaknya keluar dari dalam diriku.      

"Ahh maaf-maaf. Aku tidak tahu" ujarnya sambil menelungkupkan kedua tangannya dia hadapanku.      

"Hmm"     

Aku hanya membalasnya singkat. Dan  setelah itu aku memusatkan kembali diriku dalam konsentrasi. Aku memejamkan mata sambil mengatur nafas ku sesuai dengan cara pertama yang aku gunakan. Pada saat aku melakukannya kedua ini rasanya semuanya waktu langsung bergerak lambat di sekitarku. Aku bisa mendengar kepakan lalat yang lewat di sebelah kananku dengan sangat jelas. Aku bisa mendengar semilir angin yang bertiup di sekitarku dengan sangat lembut. Dan aku juga bisa mendengar Deru nafas lambat dari Moza yang berada disebelah kiri.     

Yang aku bisa rasakan saat ini adalah aku benar-benar bisa merasakan dan lebih peka dengan yang berada di sekitarku. Dan setelah aku benar-benar sudah mendapatkan konsentrasi kepada titik acuan tersebut aku langsung mencobanya Untuk meringankan tubuh ku.     

Mungkin jikalau aku berada di dunia nyata dalam artian aku berada dalam tubuhku, sesungguhnya aku juga sangat ini bisa benar-benar meringankan tubuh dalam kehidupan nyata. Namun aku tahu bahwa aku hanya bisa melakukan hal tersebut Di saat aku meraga Sukma atau astral projection. Sungguh jikalau perasaan ini bisa aku bagikan kepada kamu maka aku benar-benar sangat senang. Karena bisa meringankan tubuh itu bukan sesuatu hal yang biasa, itu adalah sesuatu hal yang luar biasa.     

Aku membuka mataku dengan perlahan pada saat tubuhku mulai terangkat ke udara perlahan namun pasti. Aku melirik kearah Moza yang berada di sebelah kiriku Dia terlihat kagum akan apa yang aku lakukan. Namun aku rasa sebenarnya ini bukanlah hal yang patut dikagumkan baginya, karena di tempat ini pun rasanya sudah sangat modern mereka bisa melakukan hal apapun dengan sangat mudah.     

Pada saat aku benar-benar sudah berada di udara semakin lama semakin tinggi kira-kira 5 meter dari daratan aku memutuskan untuk turun kembali. Mengapa aku memutuskan untuk turun kembali? Karena aku tidak mau terlihat begitu mencolok saat berada di kota ini. Karena aku juga tahu bahwa kau tak ini bukanlah tempatku, Melainkan aku numpang atau bertamu di tempat ini. Jadi aku harus dapat menjaga sikap dan kelakuan ku tidak boleh sembarangan.     

"Ini adalah salah satu yang harusnya kamu ceritakan kepada kami yang berada di sini!" ujar Moza sambil menghadap ke arahku pada saat kakiku sudah benar-benar menapak di daratan.     

Aku belum menjawab apa yang dikatakan oleh Moza. Namun aku mencoba mengerti apa yang dia maksudkan.     

"Apakah kita jadi untuk menaiki tempat tersebut!? " Tanyaku kepada Moza yang masih berdiri mematung di hadapanku.     

Tanpa pikir panjang aku langsung mengubah topik pembicaraan.     

"Iya kita akan naik ke atas sana dan kita harus benar-benar melewati tangga ini satu persatu untuk menuju ke atas sana. Dan jangan ada yang terlewat satu tangga pun, karena itu akan berpengaruh!" Ujar Moza menambahkan sebelum aku dan Moza akhirnya berjalan mendekati tangga tersebut.     

Yah percuma juga jikalau aku akan menggunakan kelebihanku buat meringankan tubuh, kalau akhirnya kita pun harus berjalan satu persatu menaiki tangga tersebut.      

Sampai sekarang Moza juga belum mau memberitahuku, Apa nama dari tempat yang berada dihadapanku sekarang. Tempat yang sudah aku jelaskan sebelumnya yang mirip dengan kelenteng Namun bukan kelenteng, aku masih belum tahu nama tempatnya apa. Karena Moza belum menyinggung atau benar-benar menjelaskan secara detail tentang tempat itu.      

Akhirnya aku berjalan bersama dengan Moza menaiki tangga yang berada dihadapanku satu persatu dengan pasti. Pada saat aku menapaki tapakan pertama untuk tangga pertama, aku benar-benar bisa merasakan bahwa setiap tangga yang aku naiki dan aku tapaki dengan kakiku yang telanjang alias tidak memakai sendal ataupun sepatu itu,  aku benar-benar bisa merasakan bahwa seperti aku menginjak sebuah tatanan kehidupan. Hmmm apa ya nama lainnya tatanan kehidupan, aku agak bingung menjelaskannya.      

Hmmm kalau tidak salah menjelaskan, rasanya aku menginjak sesuatu yang aneh apa itu tatanan kehidupan, namun yang aku ingin sampaikan adalah disaat aku menaiki setiap tangga yang berada di hadapanku ini aku benar-benar merasakan seperti ada sebuah Aura yang lengket dan merasuk ke dalam telapak kakiku melalui setiap tapakan yang aku injakkan di setiap tangga naik ini.     

Semoga yang aku injak ini adalah sebuah aura yang positif, bukan sebaliknya.      

Baru rasanya sepuluhan anak tangga, namun sudah seperti aku menaiki ribuan anak tangga. Dalam artian adalah aku baru saja berjalan menaiki anak tangga sebanyak sepuluh namun rasanya sepuluh itu sudah ribuan tangga yang aku naikin.     

Karena capek yang aku rasakan itu benar-benar terasa sampai menggerogoti tubuhku. Karena sangat jarang sekali aku benar-benar bisa merasakan sebuah rasa capek di saat aku berada di dalam posisi meraga Sukma aku. Apakah aura yang meresap ke dalam telapak kakiku itu adalah aura yang negatif?      

Aku takut saja jikalau itu benar.      

Aku sekarang tepat berada di belakang Moza. Mengikuti semua langkah yang ia tapakkan di setiap tangga tersebut. Namun yang aku bingungkan adalah dia berjalan dengan sangat santai, tanpa ada sebuah beban sama sekali.      

Ya maklum saja, karena dia juga salah satu penghuni dari kota ghaib ini, jadi tidak heran sebenarnya kalau dia baik-baik saja.      

Tapi aku terus menjalaninya, setiap tangga yang aku rasakan rasanya aku benar-benar bisa melihat sebuah gambaran sekarang. Sebuah gambaran yang agak aneh sebenarnya, namun gambaran tersebut terputar secara acak di dalam kepalaku sekarang.      

Jikalau aku tidak salah menggambarkan, yang aku lihat sekarang sepertinya adalah sebuah gambaran bagaimana proses terbangunnya kota ini. Namun aku belum berani memastikan apakah itu benar atau tidak. Karena, gambaran yang aku lihat belum benar-benar jelas dan pasti.      

Yang aku lihat adalah sebuah pembangunan besar-besaran yang sedang di lakukan di sebuah lahan kosong. Di mana hanya ada satu bangunan yang sudah berdiri diantara lainnya.      

Aku mencoba fokuskan pikiranku untuk melihat bangun apa itu.      

Aku langsung terdiam dan tidak melanjutkan langkahku, pada saat aku melihat bahwa bangunan yang sudah berdiri dengan kokoh di antara lainnya adalah bangunan yang bentuknya sama persis dengan bangunan yang aku pijaki sekarang.      

---------------------     

Aku tidak tahu apakah aku akan lanjutkan kisahku di kota ini... Atau aku sudahi, karena aku takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika aku mendalaminya terlalu dalam.      

.     

.     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.