INDIGO

#Goa II (Awan)



#Goa II (Awan)

1Terkadang Kita Tidak Bisa Melihat Apa Yang Orang Lain Lihat     

-------------------     

(Prepare Diri Untuk Baca)      

"AHHHHHHHHH!!!!"     

Dan kali ini teriakkan itu muncul dari semua para Roh...     

Mereka semuanya panik dan semuanya memegangi kepalanya masing-masing sambil menutup telinga mereka.      

Aku tidak tahu harus bagaimana, karena semuanya mengepungku. Kepala-kepala itu menggelinding dan terbang ke arahku dan teman-temanku. Ada yang matanya tertutup dan ada juga yang matanya terbuka. Darah itu bercucuran dari potongan lehernya.      

"Semuanya tenang, teman-teman ayo tenangkan diri!"      

Sekar meminta kami untuk menenangkan diri, namun tidak tahu entah mengapa aku tidak bisa mengontrol diri, bukan aku saja melainkan Rosalina, Raffael Dan Gilbert juga demikian. Mereka juga ketakutan sama sepertiku saat ini.      

Yang aku bingungkan pada saat kami berempat ketakutan setengah mati, entah kenapa Sekar, Albert dan Awan tidak melihat mereka sama sekali. Tidak melihat sosok kepala itu menggelinding di sebelah dan sekeliling kami.      

Bukan hanya kepala, melainkan tubuhnya yang tanpa kepala itu juga demikian, mereka berjalan menabrak dan melewati kami semuanya.      

Dan pada saat aku sedang tidak bisa mengontrol diri ada tubuh anak kecil berkepala buntung, dia mengesot dan memegangi kakiku.      

"AWANNNN TOLONG AKU!!! DIA MEMEGANGI KAKIKU!"     

Aku berteriak sekuat mungkin pada saat cengkraman itu menempel erat di kakiku.      

Aku berjongkok mencoba untuk melepaskan ikatan tangannya yang berada pada kakiku. Namun cengkramannya sangatlah kuat sehingga aku tidak bisa melepaskan diri.      

Saat aku berdiri kembali aku melihat sosok yang lainnya juga mengerubungi Raffael dan Rosalina.      

"TOLONGGG!!!"     

Aku melihat ke arah kanan pada saat Rosalina berteriak dengan kencang.      

Ternyata sosok tanpa kepala itu memeluk erat tubuhnya dan beberapa juga memegangi erat kakinya.      

Aku merasakan ada tangan yang memegangi ku dan menarikku dengan cepat.     

Namun aku berhasil untuk mengibaskannya.      

Ayo Ike kamu pasti bisa, kamu lebih kuat dari yang kamu tahu. Dulu kamu biasa saja akan hal yang horror beginian, namun kenap sekarang malah jadi penakut juga, toh sebenarnya kan sama saja.      

Aku malah bergelut sendiri dengan pikiranku.      

Aku berlari menuju ke arah dimana Rosalina berdiri, aku menendang beberapa kepala yang menghalangi jalanku.      

"Ros, sini!!!" aku berseru pada Rosalina.      

Dia langsung mendekat ke arahku dan memelukku langsung.      

"Guike aku takut sekali, mengapa sosok yang seperti ini malah muncul disini!" seru Rosalina sambil memegang erat tubuhku, matanya tidak bisa lepas dari melihat sekeliling.     

Raffael juga langsung merapat ke arahku berdiri dan juga Rosalina.      

Tiba-tiba muncul suara tangisan dari berbagai macam arah mendengung di telinga dan kepala ku, aku rasa tentunya dengan mereka juga, mereka Raffael, Rosalina dan Gilbert. Namun aku hanya aneh melihat Sekar, Awan dan Albert yang dengan tenang berdiri di ujung dan kelihatan seperti berbincang-bincang.      

Semuanya sosok kepala buntung itu mengumpul ke arah para Roh.      

"Kita tidak bisa hanya diam melihat mereka seperti itu!" ujar Awan..      

"Mereka butuh bantuannya kita saat ini, mungkin kita tidak bisa melihat apa yang mereka lihat, namun kita tidak boleh malah bingung sendiri dengan hal ini!"     

Tak lama setelah Awan mengungkapkan hal itu kepada Sekar dan Albert, dia langsung berjalan dengan cepat ke arah para Roh yang sedang berkumpul berpelukan.      

"Hei ayo semuanya ikuti aku!" seru Awan sambil menggandeng tangan Guike, dan di ikuti dengan yang lainnya, mereka jalan secara tersenggal-senggal.      

Tak banyak bicara Awan langsung menarik mereka berempat untuk menjauh dari tempat dimana mereka semuanya berdiri.      

Ada apa sebenarnya, mengapa aku tidak bisa melihat apa yang mereka lihat, apa sebenarnya yang mereka lihat? Namun kebanyakan mereka bilang bahwa mereka melihat sosok kepala buntung sedang mendekati mereka semuanya. Dan sedangkan aku, Albert dan Sekar tidak melihat kejadian apapun. Itu yang membuat aku bingung.      

Batin Awan sambil berjalan mengikuti Sekar yang memimpin untuk menuju ke sebuah pintu.     

"AHHHHHHHH!!!!"     

Aku terkejut seketika pada saat Rosalina berteriak dengan kencang.      

"Ada apa Ros?" tanyaku cemas.      

"AWAN, TOLONG MEREKA MERANGKAK MENGEJARKU!"      

seru dari Rosalina, sambil memegangi erat pundak Raffael dan Guike.      

Buka hanya Rosalina, namun Guike dan Raffael juga sama mengeluhnya juga.      

"Sekar ada apa dengan mereka!" tanyaku bingung dan khawatir.      

"Aku juga tidak tahu Awan!" Sekar menjawab juga bingung dan cemas.     

"Aku rasa cuma kita yang memiliki kemampuan lebih ini, sehigga cuma kita saja yang tidak bisa melihat apa yang mereka  lihat!" ujat Albert sambil memegang dagunya.      

"benar juga ya, rasanya di dalam Goa ini adalah bekas penjagalan banyak sekali sosok deh, soalnya dari tadi yang mereka lihat adalah sosok berkepala buntung!" ujarku sambil memikirkan hal yang sedang terjadi saat ini.      

"Betul Wan, sudah pasti itu!" ujar Sekar menambahkan.      

"Ayo sekarang mendingan kita langsung segera bawa mereka semunya ke pintu yang di maksud!"     

Awan, Sekar dan Albert langsung bergegas untuk membawa para Roh sesegera mungkin menuju ke pintu tujuan. Dimana di pintu itu adalah tempat untuk mereka bisa mengakses jalan kemana saja.      

Termasuk tujuannya mereka setelah ini.      

"Ayo Semuanya saling berpegangan tangan ya, jangan sampai ada yang lepas!!!" teriak Awan, yang langsung di laksanakan dengan cepat oleh para Roh.      

Sekar di paling depan, di tengah ada Albert dan yang paling terakhir adalah Awan. Mereka bertiga membuat formasi agar para Roh tidak terganggu oleh roh lain yang berada di dalam Goa.      

Tak lama setelah mereka berlarian, Sekar langsung fokus ke salah satu pintu yang sudah terlihat di depan mata.     

"Ayo kurang sedikit lagi kita sampai!" ujar Sekar...      

Semua para Roh berlari semakin lama semakin cepat, agar segera sampai di pintu yang di maksud.      

Namun ternyata Roh kepala buntung itu tidak mau diam. Mereka tubuhnya berlarian saling tabrak untuk bisa menggapai para Roh yang sedang berlari dari mereka.      

Kepala tanpa tubuh dari mereka itu terus menggelinding mengikuti setiap langkah dari para Roh. Bukan hanya satu kepala saja, melainkan puluhan kepala dengan wajah dan usia yang berbeda-beda.      

Goa ini adalah sebuah Goa Jagal untuk para pembuat dosa di zamannya. Mereka di buang di Goa ini tanpa di kubur, hingga Roh mereka, tubuh mereka tidak tenang dan selalu mencari kepala mereka masing-masing. Dan demikian dengan Kepala yang juga sebaliknya yang mencari tubuhnya.      

"AHHHH LEPASKAN!!!"      

Teriakan itu muncul dari Gilbert, dia yang sekarang meronta-ronta di gendongannya Albert itu, rasanya sedang di pegangi oleh salah satu sosok dari kepala buntung itu.      

Namun Gilbert bukanlah tipe anak yang pendiam, dia tiba-tiba menendang tubuh utu hingga akhirnya terlepas dan terpental jauh dari dimana Gilbert berdiri.      

Guike dan Rosalina yang melihat kejadian itu langsung hanya bisa membuka mulutnya dengan lebar, sambil membelalakan matanya.      

Kok dia bisa menendang salah satu sosok tanpa kepala itu dengan kuat...      

Gumam Guike dan Rosalina secara bersamaan.      

"Teman-teman ayo tinggal sedikit lagi!" ujar Sekar kembali berkumandang pada saat rasanya gangguan itu sudah mulai reda.      

Semuanya lantas langsung berjalan dengan cepat menuju ke salah satu pintu yang sekarang di tuju oleh Sekar.      

Semakin lama semakin cepat, hingga akhirnya mereka semuanya hampir sampai pada pintu yang di maksud.      

"Sedikit, lagi!" Ujar Sekar kali ini menambahkan semangat yang luar biasa bagi mereka semuanya. Hingga akhirnya mereka semuanya berlari dengan cepat ke arah yang di tuju Sekar.      

Namun semakin dekat semakin jelas bahwa pintu itu berpenjaga.      

Jalan pun mulai melambat saat melihat sosok hitam berjubah berdiri di samping dari pintu berkorden merah itu.      

Semuanya menyipitkan mata untuk melihat sang penjaga. Rasanya masih ragu dengan apa yang mereka lihat, hingga akhirnya mereka berjalan perlahan mendekati pintu tersebut. Dan detik itu juga para Roh langsung berhenti di tempat dan diam mematung tidak bisa berkutik, saat melihat bahwa penjaga itu adalah...      

"Tidak mungkin!!!!"     

"Para Pencari"     

--------------------     

"Apakah sudah selesai?" tanya Ejh memotong      

"Belum!" jawabku singkat.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.