INDIGO

#Alas Purwakalih (Awan)



#Alas Purwakalih (Awan)

0Kerja Keras Adalah Bagian Terkeras Dalam Hidup     

---------------------     

"Okay aku rasa kamu lanjutin cerita kamu terlebih dahulu, soalnya kamu kan jarang muncul disini hehehe!" seru Ejh sambil terkekeh.     

"Ohh siap kalau begitu!" jawabku     

***     

"RAAAARRRR!!!"     

Suara keras itu terdengar begitu keras di atas kami.     

"Awan aawassss!!!"     

Aku langsung menunduk pada saat suara Sekar melengking di kepalaku.     

Tiba-tiba yang tadinya hutan ini terang langsung berubah menjadi gelap, gelap itu adalah sebuah bayangan yang menghalangi cahaya masuk ke hutan.     

Bayangan gelap itu terjun dengan bebas di atas kepalaku pas. Nyaris saja.     

Dan itu adalah sehelai daun yang jatuh, bukan masalah yang sepele memang hanya daun jatuh, namun daun itu kan raksasa bagi kami, ya kalau seumpama itu menimpa kami juga menjadi sebuah masalah buat kami.     

"Sekar kita mau kemana?"     

Tanyaku memastikan bahwa kita akan pergi ke tempat yang benar.     

"Kita sekarang berada di Alas Purwakalih dimana ini adalah hutan butha kala yang kedua, namun disini harus lebih berhati-hati, karena bukan hewan raksasa saja yang akan kita temui, melainkan makhluk kuno yang menjadi legenda pun akan kita jumpai nantinya!" seru Sekar sambil melihat sekeliling.     

"Makhluk legenda? apakah seperti Naga? atau Phoenix? atau juga Rubah Ekor Sembilan?" tanyaku berkhayal.     

"Iya!" jawab Sekar dengan pasti...     

Aku hanya bisa membuka mulutku dengan besar dan menatapnya dengan ekspresi yang gak percaya, masa sih?     

"Kita harus berhati-hati disini, karena banyak sekali daun gugur yang dengan siap menimpa kita dengan tiba-tiba!" ujar Sekar..     

Saat Sekar mengungkapkan hal tersebut aku langsung mendongak ke atas, bahwa rasanya memang pohon yang tumbuh ini sangatlah besar-besar dan membuat kami menjadi sangat kecil berada disini. Pohon yang menjulang sangat besar ini bukan hanya satu seja, melainkan banyak sekali berjajar tumbuh di hutan ini.     

Di setiap perjalanan aku tidak hentinya untuk mengabsen seluruh tempat yang berada disini. Jalan yang kami lalui ini adalah jalan setapak seperti jalan yang selalu di lalui oleh sesosok atau seorang atau siapapun yang pasti melewati tempat ini, hingga akhirnya meninggalkan sebuah bekas tapak kaki hingga sampai lama.     

"Semuanya merunduk!" Sekar langsung memberikan sebuah arahan pada kami semuanya saat Sekar menyadari bahwa ada sesuatu yang sedang mendekat ke arah kami.     

Kami semuanya diam detik itu, menjadi patung dalam beberapa menit. Namun tidak ada yang datang sama sekali, tidak ada yang lewat ataupun berjalan melewati kami. Namun disitu Sekar hanya diam, aku memperhatikan dia dengan jeli. Apakah dia ini benar-benar sudah sering melalui tempat ini? karena aku cuma merasa agak aneh saja.     

BUGGGHHH     

Daratan langsung bergetar di saat tiba-tiba ada sosok yang besar berlendir mendarat pas di sampingnya kita merunduk. Sosok itu tidak lain dan tidak bukan adalah sosok katak berwarna hijau muda. Aku baru kali ini melihat sosok katak dengan ukuran jumbo yang sangat besar sekali. Badannya klimis dan berlendir.     

Sekar memberikan isyarat agar kita tetap tenang dan tidak membuat gerakan sedikit pun. Karena kalau tidak maka akan habis semua nanti kita di lahap olehnya.     

"Hhhsssstttt!!!!" Sekar memberi isyarat untuk tetap diam dan di tempat kepada salah satu roh perempuan yang berada paling dengan dengan kaki depan sang katak. Namun perempuan berambut lurus sepinggang itu tidak menghiraukan apa yang di katakan oleh Sekar.     

Dia berjalan perlahan-lahan menjauhi keki sang katak raksasa itu.     

"Hei jangan bergerak!" seru ku berbisik padanya     

namun tak lama kemudian, tiba-tiba datanglah semacam selendang besar alias raksasa jatuh dari atas dan menimpa perempuan berambut lurus sepinggang itu. Selendang itu berlendir sehingga membuat perempuan itu langsung menempel di saat tersentuh olehnya.     

Aku langsung menyusuri arah datangnya selendang itu. Namun ternyata itu bukanlah sebuah selendang, melainkan itu adaah lidah dari sang katak.     

"Sembunyi!" Teriak Sekar.     

Detik itu juga kami langsung berguling menjauhi katak tersebut, kami berguling dan mengesot menuju sebuah batang pohon yang sangat besar, dan bersembunyi di baliknya.     

Bukan batang pohon ternyata, melainkan sebuah akar dari pohon yang berdiri kokoh di atas kami saat ini.     

Aku mencoba mengintip dari balik akar ini, apakah katak itu masih di sana atau sudah pergi.     

"Dia sudah pergi!" ujarku kepada Roh yang masih tersisa.     

"Okay jadi begini ya semuanya, tujuanku untuk mengajak kalian semuanya adalah agar kita semuanya sama-sama aman, mungkin kalian merasa bahwa perjalanan ini sia-sia, namun aku benar-benar mau membawa dan membantu kalian semua agar kita sama-sama aman. Baiklah aku akan memberikan sebuah gambaran, tujuannya kita adalah, menuju ke balik air terjun yang berada di ujung depan sana. Karena di sana ada sebuah lorong yang akan menghubungkan kita ke sebuah Desa yang sangat di inginkan semua Roh. Pada intinya itu disana adalah tempat yang paling aman untuk kita bersembunyi, atau kita bersinggah sebentar. Tapi semuanya bisa berjalan dengan lancar di saat kalian semuanya benar-benar, mendengarkan apa yang aku katakan. Karena semuanya yang aku katakan pasti ada maksudnya, bukan hanya sebuah bualan semata! Tolong jaga satu sama lain ya! aku tidak mau kehilangan siapapun disini!"     

dia melihat ke arahku dengan tatapan sayu saat mengucapkan kalimat terakhirnya.     

"Kak Aku takut!" ujar anak kecil itu kepada kakaknya.     

"Jangan takut ya, kita sama-sama kok!"     

jawab kakaknya meyakinkan.     

Namanya anak kecil yang sempat aku selamatkan tadi adalah Gilbert dan Kakaknya yang berhasil meloloskan diri dari Tornado dan Landak raksasa adalah Albert. Aku melihat mereka berdua begitu sangat dekat membuat aku langsung teringat kembali dengan Ejh. Apakah dia baik-baik saja?     

"Sekar, kita mau kemana sih?" tanyaku sekali lagi, yang membuat semua Roh langsung berpusat pandangan kepadaku.     

"Maaf Wan aku belum bisa menyebutkan namanya, karena aku takut di saat menyebutkan namanya, akan terjadi sesuatu nantinya. Namun aku juga tidak berharap hal itu terjadi!"     

"Hmmm okay, kami percaya padamu, terlebih aku, Aku percaya sama kamu!"     

Terlihat dia menunduk sambil tersenyum saat mendengar ucapanku. Dan memberikan sebuah isyarat bahwa dia berterimakasih padaku.     

Tak lama setelah kami berbincang-bincang mengenai bagaimana kita bisa menjaga satu sama lain, tiba-tiba daratan bergetar dengan kuat.     

"Sekar ada apa ini?" tanya salah satu Roh.     

"Ayo semuanya bangkit berdiri dan berlari ke arah sana!" kami semuanya langsung bangkit dan berlari menuju ke arah di mana Sekar menunjukkan jalannya barusan.     

Aku berlari sambil melihat kebelakang, kelihatan sedikit ada sesuatu yang sedang berjalan dengan cepat ke arah kami. Bukan hanya satu atau dua, melainkan sebuah gerombolan yang datang mendekat ke arah kami.     

"AYO SEMUANYA HARUS TETAP BERLARI JANGAN SAMPAI KALIAN BERHENTI SEDIKITPUN!" Lagi-lagi teriak Sekar mengingatkan.     

Dan gerombolan itu sudah mulai terlihat, mereka adalah segerombolan semut merah bertanduk yang datang dengan sangat cepat. Mereka datang ke arah kami dengan sangat cepat.     

Kami bersebelas berlari dengan cepat ke arah dimana Sekar berlari juga.     

"SEMUANYA LOMPAT!"     

Dan detik itu juga kami semuanya lompat, kami merosot ke bawah dengan gaya perosotan di rumput hijau yang lembut dan agak basah.     

Aku melihat banyak sekali ekspresi dari para Roh ini bukannya takut atau apa, melainkan malah ada yang senang sekali dengan gaya perosotan yang di minta oleh Sekar.     

Kami semuanya masih meluncur ke bawah dengan cepat.     

"Sekar!!!???" aku berteriak pada saat di ujung dari perosotan ini malah sudah habis dan ujung itu adalah sebuah jurang curaman yang dalam.     

"Semuanya, miringkan badan ke kanan!"     

Dan pada saat itu kami semuanya langsung melakukan apa yang Sekar minta. Dan dengan cepat pula kami langsung membelok serentak ke arah kanan hingga akhirnya perosotan ini melandai dan kami berhenti dengan perlahan di ujung tepian dari rumput hijau basah ini.     

Aku melihat kebelakang dan segerombolan semut merah bertanduk itu sudah tidak ada di belakang kami.     

Kami semuanya langsung bangkit dan berjalan perlahan mengikuti Sekar. Dan berhenti di sebuah tepian panjang nan dingin dari terpaan butiran-butiran kecil air yang menerpa kami.     

Sekar membalikkan badannya dan kemudian melihat ke arah kami.     

"Buat semuanya, harus waspada ya dengan jalan yang akan kita lalui di depan ini. Karena hanya bisa di lewati oleh satu orang saja per sekali jalan. Jadi buat semuanya, mohon kerja samanya agar bisa tertib!" ujar Sekar memberikan sebuah informasi.     

Aku merasa ada yang aneh dengan Sekar ini, bukannya apa, karena aku merasa dia menyembunyikan sesuatu dari kami semuanya. Dan aku merasa mengapa dia tahu sekali dengan tempat ini, malah seluk beluknya, seperti rasanya dia setiap hari melakukan hal yang sekarang dia sedang lakukan.     

Memang saat ini tidak ada Roh lain lagi kecuali dia yang benar-benar tahu akan segalanya. Jadi apa boleh buat, kalau tidak mengikutinya dan membantunya kami mungkin tidak akan selamat. Jadi kami intinya menurut saja dengan apa yang dia komandokan.     

Saat aku mengintip melihat ke depan, ternyata sudah ada sebuah air terjun yang sangat besar sekali. Dan di depan air terjun itu ada sebuah batang kayu yang membentang dari dimana kami berdiri sampai ke seberang daratan air terjun itu.     

Apakah kita benar-benar bisa melewatinya?     

-----------------------     

"Semakin kesini, semakin di luar imajinasiku!" seru Ejh sambil memegang dagunya.     

"Kamu nanti juga akan merasa demikian, di saat kamu tiba di desa yang di maksud!"     

tambahku     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.