INDIGO

#Sampai Di Kota Batu



#Sampai Di Kota Batu

0Sebuah Kisah Yang Di Simpan, Maka Suatu Hari Nanti Akan Di Ungkap.     

----------------     

Hmmm Aku belum membuka WA darinya, aku hanya mengetahui dari notifikasi di pop up Hp ku saja. Tumben banget si Hera WA aku.     

"Kenapa?" tanya Awan     

"Ah Gak papa, ini lagi mau pesan Gojek!"     

Alihku pada Awan.     

Aku dan Awan berjalan perlahan dan duduk di depan TMP (Tempat Makam Pahlawan) di kota Batu. Jadi kalau untuk pemberhentian pada waktu sudah sampai di kota Batu, aku selalu memutuskan untuk berhenti di TMP, karena jaraknya tidak terlalu jauh dengan tempatku bekerja.     

Setelah Gojek tiba aku langsung naik dan menuju ke tempat kerjaku. Tempatku berada di Bumiaji - Pandanrejo.     

Setelah menempuh setidaknya hampir sepuluh menit perjalanan, akhirnya sampai.     

"Siang Pak!" aku turun dari motor dan langsung menyapa Pak Satpam yang sedang asyik mengobrol dengan temannya.     

"Wow, baru dari pulang kampung ya!" seru Pak Satpam yang melihatku habis bayar Go-jek dan membawa koper.     

"Iya pak, bagiin oleh-oleh!" jawabku singkat.     

"Wah, bapak di kasih gak ini hehehe!"     

"Pastinya dong pak, Ini pak ada cokelat dari Singapore" ujarku sambil memberikan bungkusan beberapa cokelat varian rasa.     

"Wah, makasih yo, semoga lancar terus ya rezekinya!"     

"Amin, siap pak"     

Aku melepaskan senyumanku padanya, dan bergegas turun untuk menuju ke kamar.     

"Wiihhh pe banyak jo, oleh-oleh yang di bawa!"     

"Wkwkwk Joe, biasa aja kale!"     

Aku langsung menghampiri Joe dan memeluknya erat. Joe adalah adik kelasku yang sekarang menjadi penerus dari Coreographerku, dia berasal dari Poso - Sulawesi Tengah.     

"Nanti malam lah, kita ngumpul bareng ok!" ujarku pada Joe.     

"Siplah, ya udah kak, aku mau keluar bentar ke Alfamart!? mau nitip gak kak?"     

"Hehe Okay, buruan pergi sana... Gak gak usah nitip masih banyak hehehe!" jawabku sambil terkekeh.     

Dia hanya tertawa dan mengacungkan jempolnya kepadaku. Dan detik itu juga, aku langsung turun bergegas menuju ke asrama.     

"Awan, dimana?" aku melihat sekeliling untuk memastikan bahwa Awan bersamaku.     

"Iye aku disini, ada apa?"     

Aku langsung mendongak ke atas pada saat aku mendengar suara itu muncul dari atas kepalaku.     

"Hmmm kebiasaan!" seruku sambil memberikan ekspresi yang seperti biasanya.     

"Woi, turun napa, jangan ngambang terus di atas!"     

Seruku sambil naik ke Asrama.     

"Haha Iya Ejh, ini udah jalan di sebelahmu!"     

Aku hanya menolehnya dan menghela nafas.     

"OMG, MY BROTHA!!!"     

Aku terkejut pada saat tiba-tiba Adie mengagetkanku dari tangga lantai dua.     

"Aduh, gimana jadinya udah bagi oleh-olehnya di rumah? Btw aku udah ambilin motornya kaka loh hehehe!"     

Serunya yang heboh sambil ngajak jalan naik bareng.     

"Duh, Die sumpah kamu itu bisanya bikin kaget mulu. Btw thank you karena udah ambilin motorku!" sambil menaiki tangga aku berpikir kembali, bukannya anak ini gak bisa naik motor matic ya.     

"Eh btw bukannya loe gak bisa naik motor matic ya?" tanyaku sambil berhenti melihatnya dengan ekspresi gak percaya.     

"Wkwkwk emang aku gak bisa kalau aku yang nyupir, tapi kan ada si Joe hahaha dia yang nyeterin kak, halah tenang aja... ngamplah eram!"     

jawabnya dengan kalimat yang riuh dan terkekeh dalam setiap ucapannya.     

"Hemmmmmm!!!" aku hanya hemmm kan dia.     

"Rame banget ya satu anak ini!" ujar Awan berbisik di sebelah ku.     

"Ye elah kamu gak bisik-bisik pun dia gak akan denger kali Wan. Tapi memang anaknya kayak gitu. Gak autis cuma agam aktif yang berlebihan hahaha!" aduh kok gue yang gantian ngakak sendiri sorry ya Die, pisss.     

"Halahhh ngapain kak senyum-senyum sendiri!" tanyanya langsung dengan pandangan yang menusuk meminta sebuah jawaban.     

"Aduh santuy Die, Hahaha!"     

"Btw thank you udah bantu bawain koper naik heheh!" ujarku sambil membuka pintu kamarku.     

"Aduh gak usah Alay biasa aja heheeh. Eh kak aku duluan ya, coz aku udah ada panggilan dari Head Divisi... Biasaaahh!" Serunya sambil langsung berlari.     

Aku hanya menggelengkan kepala dengan kelakuannya.     

Aku masuk dan menaruh koper di sebelah lemari, dan aku langung membaringkan diri di ranjang.     

"Mau tidur?" tanya Awan.     

"Ndaklah, aku mau buka pesan dari seseorang!" jawabku     

"Hayo, siapa?"     

"Ih, mau tahu aja sih elu Wan!" candaku sambil terkekeh.     

Ku buka ponselku dan membuka Whatsapp, kemudian aku membuka sepuluh chat yang belum aku baca dari Hera. Hmm tumben banget dia spam banyak sekali pesan padaku.     

(Hai, Ejh Apa kabar?)     

(Aku harap kamu baik-baik saja ya!)     

(Kalau aku baik sih!)     

(Gimana kerjaan, lancar?)     

(Atau masih sibuk sama seperti yang dulu he he)     

(Btw, aku gak tahu kenapa kok tiba-tiba kangen sama kamu!)     

(Sampai kebawa mimpi sumpah!)     

(Memang gak mudah ya, selama empat tahun pacaran terus eh putus)     

(Aku gak ada maksud apa-apa dengan WA kamu seperti ini)     

(Aku hanya rindu saja denganmu, apakah aku masih boleh untuk 'Hanya Rindu?')     

Detik itu juga aku hanya bisa diam, belum membalas WA darinya. Tiba-tiba aku juga langsung flashback kisahku dengannya semasa aku SMA, dimana kisah itu tidak aku ceritakan disini. Ingin sekali aku ceritakan tentangnya namun aku juga harus berpikir dua kali.     

Dia adalah Hera (Bukan nama panggilan asli), mantan kekasih aku pada waktu aku masih SMA.     

Memang sih di sini peraturannya gak boleh pacaran. Namun selama dari kelas satu sampai kelas tiga SMA disini, aku menjalin hubungan yaitu pacaran bersama dengannya.     

Memang sulit di jelaskan, mengapa aku bisa sampai pacaran sama dia. Namun semua itu lucu dan di rindukan kalau di ingat kembali.     

Aku dan dia menyimpan sebuah hubungan rahasia selama tiga tahun lamanya. Kalau flashback dia itu adalah anak yang lucu, agak pendek dariku, tembem, terus ceria banget anaknya dan yang paling penting adalah dia ini cemburuan tingkat dewa. Wkwkwk. Pisss Hera.     

Namun selama tiga tahun di sekolah ini, aku dan dia sangat baik sekali. Dia juga yang merubahku menjadi seperti saat ini. Menjadi lebih aktif dan lebih ceria, yang dimana aku dari SMP sampai masuk SMA adalah anak paling pendiam nomor satu. Dan jarang sekali aku ngobrol dengan banyak orang. Namun aku tidak tahu mengapa bisa ngobrol dan nyambung dengannya.     

Sebenarnya aku ingin sekali membawa kisahku bersama dengannya di cerita ini, namun aku masih bingung saja apakah kamu suka jikalau aku menuliskan sebuah kisah Cinta di cerita horrorku ini. Aku masih nunggu kamu yang baca ini bersedia saja, jikalau iya maka aku akan melanjutkan kisah Asmaraku bersama denganya di cerita ini. Namun jikalau banyak yang menolak, maka aku tidak akan menuliskannya dalam ceritaku ini.     

Itulah alasan aku mengapa, disaat Awan menghilang dan aku tidak menuliskan masa-masa dimana aku sekolah. Karena selama tiga tahun itu hari-hariku tidak ada yang spesial tanpa kehadiran Awan, namun di sisi lain itu di isi olehnya, oleh Hera.     

Jadi kalau kamu berkenan maka aku akan ceritakan kisahku di sini, tepatnya di Volume dan Bab Selanjutnya.     

Karena aku butuh sekali bantuanmu untuk membantuku menentukan pilihan itu.     

--------------------     

Aku menunggu Jawaban Darimu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.