INDIGO

#Singapore Day-7(Indonesia We Back)



#Singapore Day-7(Indonesia We Back)

2Keputusan Adalah Sebuah Pilihan Dari Diri Sendiri     

-----------------     

Pagi ini adalah hari dimana, aku terakhir bisa menikmati sarapan pagiku di Singapore.     

Semua kenangan yang telah tercipta disini tidak mungkin bisa aku lupakan, karena kenangan ini akan pasti menjangkar dalam alam bawah sadarku. Dari kenangan Indah maupun pahit itu sendiri. Aku berdiri di sebelah jendela menunggu munculnya sang fajar menerangi menyapa bumi. Tak lupa, sambil meneguk teh hangat buatanku pagi ini selalu menemaniku saat ku berada disini.     

Aku menoleh ke arah seisi kamar, dimana kamar ini telah melihat semua kisahku selama berada di Singapore ini. Aku harap semuanya akan terkenang hingga selamanya.     

Makhluk bersayap yang mampir untuk menengokku dan melihatku dari balik jendela membuatku tidak bisa melupakan kejadian pada saat itu, meskipun hanya sedetik saja. Malam dimana aku dan Awan benar-benar merasakan sebuah karunia yang sangat besar, yang singgah meskipun hanya sebentar saja dalam hidupku. Namun itu bersifat selamanya dalam jangkar memoriku.     

"Ejh, udah siap?"     

Aku langsung menoleh ke arahnya pada saat yang aku lamunkan bertanya padaku.     

"Sudah dong pastinya. Awan pada waktu nanti naik pesawat kamu masuk ke dalam tubuhku saja ya!" jelasku kepadanya.     

"Okay siap!" balasnya singkat.     

Tak lama setelah aku berbincang dengan Awan, suara telfon berdering dengan nyaring di saku celanaku.     

"Ya halo, ada apa Fan?" Tanyaku     

"Buruan, turun udah di tunggu! tinggal kamu!" seru Fani dalam telfon.     

"Apa? okay, okay!"     

Aku langsung bergegas menuju ke bawah, ke ruang dimana kita akan kumpul terlebih dahulu sebelum pada akhirnya kami semua akan kembali ke Negara Tercinta, ya Indonesia.....     

Ternyata, yang berada di kamar dan berselimutan tadi adalah hanya sebatas guling, yang aku kira malah si Reno dan Ivan. Memang ya kadang-kadang isengnya mereka ini juga kebangetan.     

Aku langsung turun ke bawah, sambil menenteng tas serutku. Karena tadi malam, kami semuanya di bangunkan untuk menaruh barang bawaan kami menuju ke loby hotel. Intinya biar gak repot gitu aja hehehe.     

"Awan bentar lagi kita akan pulang!" seruka gembira di dalam lift.     

"Iya, iya"     

Aku langsung menoleh ke arah Awan yang menjawabku dengan ekspresi sok Cool nya. Dia bersandar di dinding lift sambil melibatkan tangannya di depan dada.     

"Oh, udah ngerti styles ya sekarang, hmmm Bagus!" seruku sambil mengejeknya, terkekeh.     

Dia hanya memberikan jawaban dengan mengangkat satu alisnya sambil melihat tajam ke arahku.     

"Ejh ayo buruan!" sery Reno dari kejauhan, pada saat pintu lift baru saja terbuka.     

Aku langsung bergegas dan menuju ke kerumunan anak-anak yang sudah pada berkumpul.     

"Jadi, nanti setelah landing di Negara kita tercinta. Semuanya langsung masuk ke Elf warna kuning ya, kita langsung pulang menuju ke Batu!" jelas ko Jepri yang berada di tengah-tengah kami.     

"Jangan lupa lo ya, paspor dan barang bawaan masing-masing, harus inget dengan barangnya masing-masing. Yo iki jauh dari rumah rek jadi ya harus bisa jaga diri masing-masing. Ya intine sama aja pada waktu berangkat ke Singapore. Nah ini cuma bedanya di balik saja destinasinya. Yowes iku ae!" tambah dari ko Sensen.     

Setelah semuanya selesai dalam berkemas. Kami langsung bersiap dengan barang bawaan masing-masing dan memasukkan barang menuju ke Elf yang akan mengantar kami menuju ke Changi Airport.     

Di sepanjang perjalanan seperti biasa aku selalu melihat keluar jendela mengabsen seluruh bangunan pencakar langit yang kulalui. Dan yang lebih lagi adalah, di saat kami semuanya bisa melihat pemandangan dengan sangat jelas bangunan Marina Bay Sands terpampang di depan mata kami. Semua anak sibuk mengupload story mereka di Instagram dan Facebook. Namun berbeda denganku, aku hanya melihatnya dalam-dalam sambil ku katakan dalam hati.     

"Aku akan kembali ke sini!"     

Itulah yang aku katakan dalam hati sambil terus melihat bangunan itu yang semakin kama semakin mengecil dam hilang dari pandangan kami.     

Tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya kami semuanya sampai ke Changi Airport. Dan detik itu juga aku meminta Awan untuk masuk kedalam tubuhku.     

"Awan buruan masuk!" seruku sambil menoleh ke arahnya, sebelum masuk ke migrasi.     

Kumelihat Awan langsung melesat dan masuk ke dalam tubuhku. Awalnya sih agak aneh, karena harus ada penyesuaian terlebih dahulu. Namun setelah itu berlangsung, aku sudah tidak merasakan hal yang aneh lagi berada di dalam tubuhku. Aku berkomunikasi dengan Awan melalui telepati.     

"Aku nomor B22, kamu berapa?" tanya Fani sambil menyodorkan tiket pesawatnya ke arahku.     

"Tenang saja aku gak duduk sama kamu kok, aku C34" Seruku sambil berjalan menuju ke lorong yang mengarahkan kami memasuki pesawat.     

Aku berjalan perlahan di belakangnya Reno. Dan saat aku menoleh kebelakang, di belakangku ini adalah orang bule, yang mungkin memang tujuannya sama mau ke Indonesia.     

Aku berjalan memasuki pesawat dan mencari tempat dimana harus aku duduk.     

Aku langsung mengambil tempat duduk di samping jendela. Karena aku suka sekali melihat pemandangan dari atas. Meskipun aku sendiri phobia dengan ketinggian.     

Aku menoleh ke kananku, disaat ada orang yang duduk di sebelahku.     

Aku kira, aku duduk bersama dengan teman-temanku, melainkan aku duduk bersama dengan orang lain di pesawat ini.     

Dia laki-laki, dan masih muda, aku rasa dia seumuran dengan ku.     

Hmmm, aku tidak jadi berkenalan dengannya, karena aku lihat sekilas, dia bakalan risih denganku kalau aku banyak tanya dan riuh. Maka aku putuskan untuk diam saja berada di sebelahnya.     

Saat semua orang sudah masuk, perhatianku teralihkan dengan anak kecil yang dari tadi menangis dan menunjuk ke arah orang yang sedang menata tas kecilnya di bagasi atas lurus dengan tempat duduknya.     

Biasanya kalau anak kecil nangis itu, biasanya karena melihat sesuatu yang berbentuk tidak jelas. Mangkanya aku langsung mencoba untuk mengecek apa yang sebenarnya dia lihat.     

Hmmm namun aku tidak melihat siapapun atau sebuah atau sesuatu sosok berada di sana. Hanya ada laki-laki gundul agak berisi, yang sedang menata tas kecilnya disana.     

Anak di sebelahku ini mencoba mengikutiku dengan melihat apa yang sedang aku lihat dan bingungkan. Namun setelah itu dia menyandarkan kepalanya ke kursi, karena mungkin dia capek dan bingung dengan apa yang akan dia lakukan, karena dia toh sadar kalau dia gak ngerti.     

Aku langsung melihat ke arah anak yang menangis itu dan dia masih saja melihat ke arah yang sama serta menunjuk-nunjuk ke arah laki-laki gundul itu.     

Terlihat juga mamanya sangat bingung menenangkan anaknya.     

Setelah dari situ aku langsung melihat ke arah laki-laki gundul itu, dan di saat dia menunduk disitulah baru aku bisa melihatnya. Melihat sosok kepala buntung. Aku melihatnya hanya sekilas bahwa sosok kepala itu, berada di dalam bagasi dan tertata bersama dengan koper yang berada disana.     

Kepala itu tergeletak dengan posisi miring hingga kelihatan dengan jelas bagian potongan yang tidak rata di bagian lehernya, darah yang mengucur membasahi bagasi itu.     

Uhhh Kepalaku langsung pusing saat itu juga. Aku langsung mengalihkan pandangan dan langsung bergegas menoleh ke arah jendela.     

Aku masih tidak kuat melihat yang namanya Darah. Sampai saat ini rasa itu selalu menghantuiku di saat aku melihat cairan merah alias Darah.     

Aku putuskan untuk memejamkan mata dan memilh untuk tidur.     

***     

Setelah landing, dan keluar dari migrasi. Kami semuanya di ajak makan oleh ko Jepri di dalam food corner di juanda Surabaya.     

Dan ternyata pada hari itu adalah hari kelahiran dari Dikha dan Daud. Akhirnya pada waktu makan malam di juanda bersama-sama semuanya ikut merayakan ulang tahun mereka berdua. Senangnya bisa ulang tahun pada saat berpergian ke luar.     

Saat aku melihat moment itu aku hanya membatin dalam hati.     

"Aku juga pengen suatu hari nanti, ulang tahunku di rayakan di luar negeri, mungkin akan sangat spesial"     

--------------------     

Itu adalah permohonanku sebelum akhirnya kami semuanya pulang ke Batu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.