INDIGO

#Penetralisir



#Penetralisir

2Kepercayaan Tergantung Dari Diri Sendiri     

--------------------     

Mbak Nanik tidak berhenti dari rasa mual yang menghampirinya. Kumelihat dia mencoba menahan rasa mual itu, namun di saat rasa mual itu di tahan, maka semakin menjadi pula rasa mual itu datang kepadanya.     

"Gak tahu mas kenapa tiba-tiba saya mual begini!" ucapnya sambil mengelus dadanya dan menutupi mulutnya di saat mual itu datang lagi.     

"Hmmm, apakah mbak Nanik mau menerima saran dari saya? Ya tidak tahu apakah bisa atau tidak pada intinya di coba dulu saja" jelasku semoga dia paham.     

"Apa mas, apa saja saya akan lakukan asal bisa lepas dari itu semuanya"     

"Hmmm saya mungkin bisa bantu untuk meminimalisir yang anda alami, kalau untuk sepenuhnya bersih hilang. Saya belum tahu juga akan hal itu!" aku memilih jujur dengan apa yang kukatakan. Karena memang sulit kalau memang berada di posisi mbak Nanik sekarang. Karena Khodamnya saja sudah tidak bisa terdeteksi, takutnya dua sosok ini menggantikan Khodam milik mbak Nanik.     

"Mas, jadi gini saya itu juga sering di mimpiin dengan sosok cewek yang rambutnya sangat panjang dan makhluk hitam besar bulu lebat dan tanpa muka, dan satu lagi adalah kakek bogel. Mereka yang selalu sering sekali mengganggu saya. Sosok perempuan itu selalu mengganggu saya di dalam mimpi maupun di lihat secara langsung, dia bilang bahwa dia terganggu dan tersiksa oleh saya. Mangkanya dia ingin balas dendam ke saya. Sosok perempuan itu selalu bilang bahwa "kamu sudah bikin aku panas dengan pengajian itu, kini aku juga akan buat kamu panas karena ulahmu! Begitu katanya" mengambil nafas sebentar, dan mual itu datang lagi. Sama, makhluk hitam itu menggaruk leher bagian belakang mbak Nanik lagi.      

Apakah itu yang membuatnya mual?.     

"Terus untuk yang makhluk hitam besar, tidak berwajah dan bulu lebat itu adalah peliharaan dukun yang rumahnya berada di samping kanan saya, dan ada juga dukun yang rumahnya pas di samping kiri saya. Rumah saya ini di tengah-tengahnya mereka si para dukun itu. Jadi rumah saya itu pusatnya tempat peliharaan para dukun itu"...     

Aku diam sejenak mencoba mencerna apa yang di katakan oleh mbak Nanik. Karena kurasakan bahasa yang dia jelaskan agak belepotan dan gak jelas.     

Mungkin dia juga tidak sadar bahwa yang mengikutinya itu adalah sosok yang dia sebutkan barusan. Dua sosok sama persis yang dia jelaskan dan sama persis yang aku lihat sekarang di sebelah kanan dan kiri pundaknya.     

"Wes langsung aja, bilangin... Siapa tahu manjur. Tapi kalau menurutku ya manjur!" seru Awan.     

"Apakah mbak Nanik mau mengikuti cara yang saya akan berikan kepada mbak Nanik?" ku sampaikan perlahan.     

"Iya mas saya mau"     

"Yang pertama, mbak Nanik ambil beras dari genggaman tangan kiri sebanyak tiga genggam. Kemudian mbak Nanik taruh di sebuah kain berwarna putih. Setelah itu mbak Nanik taruh di atas pintu depan dan pintu belakang, berati ada dua beras yang di bungkus oleh kain ya mbak" mbak Nanik melihatku dengan bingung. Ada sesuatu yang rasanya di pikirkan olehnya.     

"Hmm beras mas?" bertanya dengan ekspresi khawatir.     

"Iya mbak. Yang kedua adalah kalau mbak Nanik mau tenang dan tidak di ganggu oleh 'Mereka' atau melihat 'Mereka'. Caranya hampir sama.."     

"Aduh mas, kenapa harus pakai beras. Nantinya malah keluarga saya di bilang kalau saya pakai pesugihan bagaimana?" memotong penjelasanku dan membuat ekspresi khawatir yang berlebihan.     

"Mbak Nanik, tolong dengarkan saya baik-baik ya. Ini beras, bukan menyan atau dupa atau bunga tunuh rupa. Ini beras, beras adalah sebuah penetral antara dunia kita dan dunia 'Mereka'. Ini saya cuma memberikan sebuah cara yang mungkin bisa di coba. Namun kalau mbak Nanik keberatan ya saya juga gak papa. Saya tidak akan menjelaskan lebih lanjut!" jelasku tegas.     

"Iya, mas saya mau lepas dari 'Mereka'!" ku melihat sosok perempuan itu berbisik kepada mbak Nanik lagi.     

"Yang kedua, caranya hampir sama. Mbak Nanik cuma butuh menyiapkan ember kecil, terus mbak Nanik ambil tiga genggaman beras dari tangan kanan. Setelah itu mbak Nanik bisa kasih air, jangan pas ya airnya. Kalau bisa airnya lebih tinggi dari berasnya. Kemudian kalau sudah mbak Nanik bisa membasuh muka mbak Nanik tiga kali sebelum tidur. Dan mbak Nanik juga bisa membasuhkan ke badan yang terasa sakit atau gatal dengan tanda kutip. Setelah mbak Nanik selesai dalam tahap pembasuhan, air yang berada di ember tersebut bisa di tiriskan. Kemudian berasnya bisa di pakai untuk besok lagi. Apakah sejauh ini mbak Nanik mengerti?" aku menjelaskan dengan sangat detail kepadanya. Namun mbak Nanik hanya diam dan seperti orang bingung. Ku melihat sosok perempuan itu berbisik kembali kepadanya.     

Aku rasa sosok perempuan ini memang penghasut. Setiap apa yang aku jelaskan dan aku sampaikan, pasti ada sebuah penolakan tertentu.     

"Mbak Nanik, ini bisa mbak Nanik coba terlebih dahulu. Kalau seumpama ada perubahan atau efeknya maka ini bekerja di rumah dan dalam diri mbak Nanik. Namun kalau dengan cara ini tidak berhasil, maka harus dengan cara lain!" aku agak ragu untuk menyampaikan cara lain itu. Karena kalau sampai iya, itu akan menjadi sesuatu yang sangat berat bagiku.     

"Iya mas saya mengerti!"     

Sambil menganggukkan kepalanya perlahan.     

"Dan satu hal lagi mbak Nanik. Anda harus percaya terhadap diri anda sendiri terlebih dahulu. Percaya bahwa mbak Nanik akan sembuh, dan percaya bahwa cara ini akan berhasil. Jangan lupa setiap melakukan yang saya minta tadi, sertakan niat sungguh-sungguh dalam hati bahwa mbak Nanik akan benar-benar sembuh. Dan mbak Nanik, saya sudah ada kilasan barusan di kepala saya. Bahwa mbak Nanik nanti akan merasa sia-sia menggunakan cara yang saya kasih, dan akhirnya mbak Nanik tidak melakukannya. Mbak Nanik harus percaya dengan diri mbak Nanik, percaya 100% karena nantinya akan banyak godaan yang akan membatalkan niat mbak Nanik untuk melakukan itu. Saya harap mbak Nanik siap dan kuat akan hal itu!" ku jelaskan dengan pasti dan detail terhadapnya.     

Dia hanya mengangguk dan tiba-tiba mual kembali lagi menyeruak dari tenggorokannya.     

Dengan waktu yang bersamaan pula, sosok hitam tidak bermuka yang berada di samping kanan mbak Nanik ini, kembali menggaruk leher bagian belakang mbak Nanik.     

"Ada yang aneh terhadap mbak Nanik!" aku tiba-tiba menyeletuk.     

"Ada apa mas, apakah masih ada yang menempel ke saya?" langsung khawatir dan bertanya.     

Bisa gak bisa aku harus mengatakan yang sebenarnya.     

"Ada dua sosok yang mengikuti mbak Nanik dan menempel di badan mbak Nanik!"     

Ekpresi mbak Nanik langsung berubah takut.     

"Hmmm, dulu ada tiga. Udah di usir dan ternyata ada dua masihan yang menempel. Mas kayak apa sosoknya!"     

"Sosok hitam besar tidak bermuka di sebelah kanan mbak Nanik dengan menempelkan tangan kirinya di pundak mbak Nanik yang bagian kanan. Terus yang sebelah kiri adalah sosok Perempuan berambut sangat panjang, yang menempelkan tangan kanannya di pundak mbak Nanik yang sebelah kiri"     

Aku hanya menjelaskan apa yang kulihat.     

"Hmm gimana mas?" terlihat mata mbak Nanik berbinar-binar.     

"Mbak Nanik coba aja dulu ya, semoga bisa bermanfaat kepada mbak Nanik"     

Dia hanya diam dan tidak mengatakan sepatah katapun.     

Kumencoba melihat dalam ke aranya, namun tidak bisa. Bukan karena dia memiliki sebuah kelebihan itu. Ada sebuah kilasan yang tidak bisa aku lihat karena seperti ada sebuah bayang-bayang hitam yang menutupinya.     

Hmmm kasihan ada apa sebenarnya.     

"Okeylah Mas saya akan mencoba cara yang mas berikan. Seumpama nanti ada apa-apa saya akan langsung menghubungi mas ya!"     

Aku hanya menganggukkan kepalaku.     

"Mas terimakasih atas waktunya saya pamit dulu ya, nanti kalau bisa masnya juga mampir dan melihat sendiri ke rumah saya ya"     

Aku hanya tersenyum mengangguk kepadanya...     

Dia kemudian pergi meninggalkan tempat bersama dengan anak dan temannya tadi.     

"Kak aku Kepo!" Thio langsung membuyarkan heninganku.     

"Iya nanti aku ceritakan"     

Sambil jalan turun ke tempat kerja. Aku jelaskan semua yang tadi terjadi di sana tadi kepada Thio.     

Awan tidak banyak bicara dia hanya diam saja.     

-------------------     

Semoga bermanfaat     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.