INDIGO

#Sosok Wanita Hamil



#Sosok Wanita Hamil

1Janganlah Meremehkan Sesuatu Hal Yang Kecil     

------------------     

Aku bangun pagi-pagi, karena di Buru waktu. Aku harus kembali ke Batu sebelum makan siang.     

"Buk, udah gak ada yang ketinggalan lagi kan!" seruku pada Ibuk yang lagi memeriksa barang bawaanku yang mungkin tertinggal di kamar.     

"Bentar nak, hmm rasanya udah nggak, udah beres semuanya. Yang disini cuma tinggal oleh-oleh yang kamu kasih buat Ayahmu!"     

"Okay Siap buk!" Aku mengechek kedua kalinya untuk barang bawaanku yang akan aku bawa ke Batu. Karena semua oleh-oleh yang aku bagikan untuk keluargaku dan tetanggaku udah selesai, sekarang waktunya untuk membagikan ke teman-teman yang ada di Batu.     

"Ini ayo sarapan dulu, Ibuk udah buatin oseng-oseng hati ayam itu!" Seru Ibuk sambil membawakan sepiring nasi beserta juga lengkap dengan lauknya.     

"Aduh, Buk aku nanti aja ya makannya pas udah nyampe Batu!"     

"Ayo sini Ibuk suapin!" Tiba-tiba Ibuk menyodorkan sesendok nasi dengan lauknya di wajahku.     

Aku sebenarnya ingin menolaknya, namun kelihatannya ini makanan juga menggoda.     

"Ahh Buk aku kan udah besar, jadi gak usah di suapin atuh!" seruku sambil memalingkan wajah dari suapan Ibuk.     

"Alah, biar udah gede, kalau kamu ya tetep anak Ibuk. Ibuk kangen nyuapin kamu. Udah buruan sini!"     

Rengekanku tidak mempan di depan Ibuk. Akhirnya aku membuka mulutku lebar-lebar dan sesendok suapan itu pun akhirnya berhasil masuk ke dalam mulutku.     

"Ahhh Enak banget" ungkapku yang secara tidak sadar aku ucapkan.     

Dan pada akhirnya aku pun sarapan pagi, dengan suapan spesial dari Ibuk.     

"Buk, semua tas udah disini kan!" seruku dari ruang tamu.     

"Udah nak, hanya itu aja!" teriakan Ibuk ku dengar dengan jelas walaupun dari dapur heheh. Memang kalau aku lagi pulang gini, pasti manja banget sama Ibuk. Biarin mumpung masih ada kesempatan sama orang tuaku ya harus di manfaatkan dengan sebaik-baiknya.     

"Udah semuanya ya? Yakin gak nungguin Ayahmu pulang dulu?"     

Aku langsung membalikkan badanku pada saat Ibuk sudah berada di belakangku.     

"Ah iya Buk udah semuanya ini. Hmmm Kangen sebenernya, tapi udah izinnya segitu Buk jadi gak bisa di undur heheh nanti malah gak dapet liburan pulang lagi kalau langgar janji hehehe!" jawabku sambil terkekeh.     

"Yowes, nanti Ibuk salamkan sama Ayah yo"     

"Iyaaaa Ibukku yang paling aku Cinta!" sambil ku peluk dan cium kedua pipinya.     

Jadi Ayah memang gak ada di rumah, karena ada tugas untuk ikut senam kesehatan di daerah Kediri kota. Jadi ya gak bisa pamitan deh sama orangnya.     

"Yaudah sana, tuh Nela udah nungguin dari tadi di teras!"     

"Ibuk Ejh balik dulu ya, semoga Ibuk dan keluarga sehat selalu, selalu di berkati Tuhan dan selalu dalam lindungan-Nya!"     

"Swaha!"(Amin)     

Aku langsung bergegas keluar setelah mencium tangan Ibuk dan berpamitan, kemudian naik motor bersama dengan Nela.     

Perjalanan dari rumahku ke Kandangan membutuhkan waktu lima belas menitan, gak ngobrol banyak sama Nela, cuma beberapa cuapan tentang kisahnya dia dengan pacarnya, yang dia curhatkan adalah sebuah masalah yang selalu aja berantem dengan pacaranya. Memang kalau di bandingkan dengan Intan kembarannya, aku lebih dekat dengan Nela, Karena Nela ini lebih terbuka orangnya dan tentunya santuy hehehe.     

"Mas hati-hati lo ya!"     

"Iya, makasih Nel, aku balik dulu ya. Sampai ketemu lagi!" Seruku melambaikan tangan sambil naik masuk ke Bis.     

Setelah aku masuk bis ternyata, Bis tidak perlu menunggu waktu lama untuk menunggu penumpang, Bis pun jalan. Dan detik itu juga aku berjalan menuju ke bagian tengah, aku memilih duduk di bagian tengah Bis dan tentunya di sebelah jendela.     

Tak lama setelah aku duduk, aku merasakan ada hawa dingin yang datang dan menjalar di bagian leher belakangku. Aku menoleh ke belakang, dan ternyata ada sosok wanita memakai daster berwarna biru muda, berambut panjang sepinggang, dia hamil, dia yang berdiri tepat di belakangku.     

Aku langsung melihat ke arah depan lagi. Bukanya kepikiran, namun aku cuma gak nyangka saja, bahwa ada aja sosok wanita hamil. Kok bisa dia meninggal dalam kondisi hamil, ada apa dengannya? mengapa dia bisa meninggal?     

Aku langsung buyarkan lamunanku akannya. Ku buka Hp untuk mengalihkan perhatian darinya.     

Karena ku lihat sekilas, dia memperhatikanku dari belakang. Jadi aku pura-pura mengalihkan perhatianku dengan bermain Hp.     

"Kamu mau tahu kan?"     

"Hah?"     

Aku langsung menoleh kebelakang, pada saat dia mengatakan hal tersebut. Karena dia mengatakan dengan telepatinya.     

"Kamu mau tahu kan, bagaimana aku bisa mati!" jelasnya sambil memberi penekanan di beberapa kata.     

"Ahhh.. Ngg.. akk kkok!" jawabku terbata-bata sambil langsung membalikkan wajahku dari pandangannya.     

"KAMU YANG MINTA, JADI RESAPILAH INI!!!"     

Dia berteriak di belakangku dan kemudian langsung mencengkramkan tangannya di leher belakangku. Tak lama kemudian aku langsung memandang kosong ke arah depan. Memandang kosong bukan berarti aku melamun, namun aku melihat sebuah kilasan memory yang sekarang terputar bagaikan film tua di pikiranku.     

Aku melihat sosok wanita berdaster biru dia hamil tua menaiki Bis, dia bersama dengan laki-laki tegap tinggi yang memeganginya saat dia hendak duduk di barisan duduk area tengah Bis bagian kiri. Aku rasa dia suaminya. Mereka bedua duduk berdampingan. Dan gak tahu mengapa, penumpang yang ada di Bis itu hanya ada empat orang saja. Supir Bis, Keneknya, Wanita hamil itu dan suaminya.     

Setelah sekian lama perjalanan, tiba-tiba bis menjadi oleng, kenek berteriak bahwa ban belakang bocor. Saat supir mencoba mengerem, ternyata malah membuat yang olengnya biasa menjadi malah menjadi.     

Wanita itu dengan spontan menangis histeris karena takut akan keselamatan janin yang dia kandung. Suaminya mencoba menenangkan istrinya yang sedang panik itu.     

Kepalaku pusing sekali, karena aku benar-benar merasakan seperti berada di posisi itu sekarang.     

Aku menutup mataku, karena aku sudah tahu pasti ini akan berakhir dengan tidak baik. Namun kilasan memori itu terus terputar meskipun aku menutup mataku, kilasan itu tetap berjalan layaknya seperti film dalam bioskop yang tidak bisa di pause.     

BRAKKK     

Terdengar sebuah benturan keras, dan Bis ini pun berhenti.     

Ku buka mataku perlahan untuk memastikan apa yang terjadi setelah itu.     

Baru saja aku mengintip sedikit aku langsung menutupnya kembali, karena aku melihat banyak sekali cairan merah berceceran di dalam Bis. Aku tahu meskipun ini hanya kilasan memori, namun rasanya ini seperti nyata sekali.     

Aku putuskan untuk tidak membuka mataku, aku langsung mengarahkan kedua tanganku untuk melepas tangan wanita itu dari leherku.     

kupegang tanganya dengan erat dan aku hempaskan dari leherku.     

Aku langsung bangkit berdiri, beserta rasa mual dan pusing menyeruak dari dalam tubuhku.     

Saat aku membuka mata, aku masih melihat ceceran darah itu, dan aku melihat sosok wanita hamil itu yang terduduk di sela-sela kursi bagian kanan dan kiri Bis. Dia sudah bukan memakai daster warna biru lagi, melainkan sekujur tubuhnya sudah di penuhi oleh darah.     

Terlebih lagi, perutnya perutnya sudah kempes dan banyak sekali darah keluar dari perutnya.     

Astaga, perutnya jebol aduh apa ya menyebutnya, pada intinya perutnya itu pecah dan beberapa usus dan organ dalamnya juga ikut keluar, dia hanya diam melihat tajam ke arahku. Sedangkan aku sekarang yang menjadi tidak tenang, karena melihat darah dimana-mana.     

Bayi yang berada dalam kandungan wanita itu, keluar merangkak dengan cepat ke arahku. Bentuknya yang sudah tidak utuh lagi membuat aku semakin mual untuk melihatnya.     

Aku memundurkan diri kebelakang dan mepet ke kursi paling belakang, bayi itu tetap merangkak ke arahku.     

"Tolong!!!" Aku berteriak, dengan nada tinggi di dalam Bis.     

Dan Spontan banyak orang yang melihat langsung ke arahku.     

Mereka terlihat bingung melihat ke arahku. Bingung karena aku bertingkah aneh di mata mereka, ya karena mereka tidak tahu apa yang sedang aku lihat sekarang. Mereka hanya melihat dengan mata awamnya saja, namun berbeda denganku.     

"Dek kenapa dek!" tanya salah satu Ibuk yang berada di sebelahku.     

Aku tidak menjawabnya, aku hanya menggelengkan kepala perlahan.     

"Kenek opo arek kui?" (Ada apa dengan anak itu?)     

"Lapo o se, kok koyok arek gak waras ngunu!" (Kenapa sih, kok kayak anak gak waras gitu)     

"Alah paleng, arek kui ndelok seng ra genah mangkane koyok ngono!" (Alah mungkin, anak itu melihat sesuatu yang tidak terlihat mangkanya dia seperti itu!)     

Aku mendengar beberapa omongan orang di dalam Bis yang omongannya tertuju ke padaku. Memang semua aku tidak tuliskan, namun kebanyakan orang mengungkapkan hal tersebut.     

Aku hanya diam dan lebih mengontrol diri.     

Bayi itu memegangi jemari kakiku, spontan aku langsung mengibaskannya...     

Mual dan pusing karena melihat darah masih memberontak di dalam tubuhku. Aku mengambil kresek pada saat aku mulai ingin memuntahkan mualku.     

"Ejh, hei kamu gak papa? Ejh hei sadar!"     

Aku membuka mataku dan melihat ke sampingku yang dimana Awan sudah berada di sampingku dengam ekspresi khawatir melihatku.     

"Ejh cepat ambil minum yang berada di dalam tasmu, cepat!" seru Awan     

Aku menuruti sarannya dan kemudian aku meminum aqua yang aku bawa dari rumah tadi.     

Huh, agak mendingan dan sosok wanita beserta bayinya itu sudah tidak ada lagi di dalam Bis. Ceceran darah juga sudah lenyap, tidak terlihat lagi.     

Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.     

"Ayo Ejh turun kita udah sampai!" Seru Awan.     

Ya meskipun dia tidak bisa membantuku dalam nyata, namun dia sangat membantuku sekali dalam kehidupan supranaturalku.     

Thanks Kak.     

Aku langsung memutuskan untuk balik ke tempat kerja, tentunya aku Gojek untuk bisa kesana.     

Ku buka ponselku pada saat bergetar berlebihan.     

Empat panggilan tak terjawab dan sepuluh pesan belum terbaca.     

Aku langsung membuka Whatsappku dan     

"Hera..."     

---------------------     

Masa lalu yang terulang kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.