INDIGO

#Jigawaratur Temuran Urip Purwambawa (Awan)



#Jigawaratur Temuran Urip Purwambawa (Awan)

2Tidak Semua Hidup Itu Indah, Namun Hidup Itu Adalah Sebuah Pilihan     

----------------------     

Mereka sekarang yang bertujuh akhirnya melanjutkan perjalan menuju ke 'Temuran Abdi' untuk bisa mencari jalan pulang dan menyembuhkan Awan. Sayang sekali Timothy tidak bisa ikut dalam perjalanan yang seharusnya dia juga sangat tunggu-tunggu.      

Memang tidak bisa di pungkiri bahwa ternyata pada waktu di Telaga Raga Asih, Timothy tidak berhasil untuk membersihkan diri dengan benar dan alhasil terjadilah hal tersebut.      

Semuanya tidak akan pernah melupakanmu Timothy...      

Jalan yang di lalui sekarang adalah sebuah jembatan yang sangat panjang, memang terlihat ujungnya bahwa disana ada sebuah tabung-tabung besar yang berdiri dengan kokoh disana. Namun belum terlihat dengan jelas apa isi tabung tersebut.      

Semuanya tenang melalui jembatan itu, namun satu yang mengusik pemikiran Raffael. Dia baru saja kehilangan adiknya, dia sangat menyesalinya iya, namun tidak ia tunjukkan penyesalan itu seperti apa. Namun dia rasakan sekarang betapa seperi apa itu rasanya kehilangan yang sesungguhnya, dia baru rasakan kali ini.      

Semoga kamu tenang di manapun kamu berada Timothy, kamu tahu bahwa aku sangat menyayangimu. Batin Raffael yang tidak sadar menitikkan air matanya.      

"Hei, tenanglah aku tahu apa yang kamu rasakan. Aku juga bisa merasakannya!" ujar Rosalina dengan mengelus pundak Raffael.      

Raffael hanya diam dan tersenyum kepadanya.      

"Kak kemana kita setelah ini? Apakah kita akan pulang lagi?" tanya Gilbert pada kakanya.      

"Shhhhh tenang aja pasti kita pulang kok, aku jamin itu!" bisik Albert kepada adik kecilnya yang ada di gendongannya.      

Jalan yang di tempuh masihlah sangat panjang. Kami semuanya bertujuh jalan secara perlahan ataupun cepat hasilnya juga akan sama.      

"Sekar apakah Awan benar-benar bisa sadar nantinya?" tanya Guike penasaran sambil melihat dalam ke arah Awan mengambang di udara.      

"Ya aku yakin pasti dia akan sadar, dia adalah sosok yang kuat yang pernah aku temui!" ujar Sekar sambil menggenggam tangan Awan lembut.      

Awan yang masih terdiam tidak tahu apakah mendengar semua perbincangan mereka atau tidak, atau dia benar-benar tidak bisa merasakan apapun itu...      

Pada waktu berjalan tiba-tiba ada sebuah pelangi yang terbentuk di tengah-tengah jembatan.      

Dengan spontan semuanya langsung berhenti dan melihat dengan seksama ke arah pelangi itu.      

"Sekar itu apa?"     

Tanya Albert bingung.      

"Itu adalah Pelangi Kehidupan, biasanya dia datang atau terbentuk karna sebuah hal. Sebuah hal yang tentunya adalah sesuatu yang baik!" ujar Sekar sambil melihat ke arah dimana Pelangi Kehidupan itu masih memproses terbentuk di tengah-tengah jembatan.      

Dan dengan cepat pula akhirnya Pelangi Kehidupan itu terbentuk dengan sempurna di hadapan mereka.      

"Setelah itu apa yang akan terjadi?" Rosalina bertanya.      

"Tunggu saja!" Jawab Sekar dengan pelan.      

Dan dari balik Pelangi Kehidupan itu tiba-tiba munculah sosok yang sangat terang.      

Sosok itu terlihat seperti Jigawaratur Dahka, namun berbeda dengan Jigawaratur Dahka.      

Sekar pun juga pertama kalinya bisa melihat yang datang kali ini.      

"Siapa itu Sekar?" tanya Albert sambil membelalakkan matanya kagum.      

Sosok yang memakai baju serba putih itu tampak bersinar membawa setangkai Bunga Kehidupan di tangan kanannya.      

Dia berjalan mendekat ke arah kami semuanya.      

"Dia adalah Jigawaratur Temuran Urip Purwambawa!" seru Sekar dengan ekspresi kagum yang belum lenyap dari wajahnya.      

Bukan hanya Sekar, melainkan semua para Roh kagum akan indahnya Jigawaratur yang mereka lihat sekarang.     

Dia jalan perlahan mendekati para Roh, dia mengarahkan tangannya ke udara dan seperti menarik Awan dari sisi Sekar.      

Semua para Roh hanya diam, karena tahu apa yang akan di lakukan oleh Jigawaratur Temuran Urip itu.      

Dengan mengambang di udara tubuh Awan langsung bergerak menuju ke arah Jigawaratur itu.      

Dengan perlahan tubuh Awan mengambang di depan Jigawaratur Temuran Urip itu dengan posisi terlentang.      

Tak lama setelah itu dia langsung menancapkan Bunga Kehidupan yang ia bawa ke dada Awan. Bunga itu kemudian melebur dan masuk ke dalam tubuh Awan.      

Cahaya berwarna pelangi itu keluar dan menyelubungi tubuh Awan.      

Jigawaratur Temuran Urip itu kemudian merentangkan kedua tangannya dan menghadap ke atas, beserta juga tubuh Awan melayang ke atas.      

Perlahan namun pasti, tubuh Awan berputar dengan pelan di udara.      

Semua Roh hanya bisa melihatnya dengan kagum dan tidak bisa mengungkapkan satu patah pun keluar dari bibir mereka. Yang hanya mereka ketahui sekarang hanyalah rasa kagum yang keterusan.      

***     

Aku tidak tahu berada dimana, tempatnya berubah-ubah, berwarna-warni dan selalu berubah-ubah.      

Yang sekarang aku rasakan adalah sebuah rasa yang tidak bisa aku jelaskan, aku bisa melihat semuanya, namun aku tidak bisa menggapai semuanya.      

Dan kali ini aku hanya melayang di udara, melayang di udara aku bertemu dengan sosok berbaju serba putih yang tubuhnya menyilaukan sebuah cahaya. Dia menyapaku dan memberikanku setangkai bunga yang begitu Indah di pandang.      

Rasanya aku ingat akan bunga ini, namun aku tak begitu yakin akan namanya, bunga itu berwarna merah kekuningan dan ada warna emas pula di bagian kelopaknya, aku pegang bunga itu namun tak lama setelah itu bunga itu melebur menjadi serpihan-serpihan kecil yang mengitari tubuhku.      

Serpihan-serpihan kecil itu mengitari tubuhku dengan cepat, dan begitupun juga aku dengan tidak sadar mengikut berputar akan nya.      

Serpihan itu kemudian merasuk ke dalam tubuhku dengan merata. Aku bisa merasakannya,  serpihan itu menjalar ke seluruh tubuhku dengan cepat...      

Aku bisa merasakannya seperti aliran listrik kecil yang memiliki sengatan-sengatan kecil yang menggelitik sekujur tubuhku. Memintaku untuk bisa dengan cepat menggerakkan seluruh tubuhku saat ini.      

Namun aku hanya masih bingung melihat semuanya ini. Apa yang sebenarnya sedang terjadi dan dimanakah aku.      

Sosok berbaju putih itu tiba-tiba berada di hadapanku dan melihatku dengan lembut.      

"Bangunlah!"      

Dia mengatakan sebuah kata yang aku mengerti artinya,      

"Bangunlah!"     

Apakah aku belum bangun?      

Aku mencoba menanyakan itu lada diriku sendiri untuk benar-benar mengetahui apakah aku belum bangun dari lama sampai saat ini.      

Namun aku sudah membuka mataku.      

"Bangunlah!"      

Dua kalian ya sekarang sosok itu mengatakannya padaku, lantas apa yang harus aku lakukan?      

***     

Sekarang Awan sudah berdiri di hadapan     

Jigawaratur itu, namun dia masih belum sadarkan diri, dia masih menutup matanya, dan dia tentunya masih mengembang di atas daratan, tidak sepenuhnya menyentuh daratan.     

"Apakah dia akan benar-benar sadar?" tanya Rosalina kepada Albert.      

Albert tidak menjawab namun hanya diam memperhatikan dengan seksama apa yang sebenarnya sedang terjadi di tengah jembatan itu.      

Sekar yang sebelumnya wajahnya sumringah menjadi cemas sekarang, cemas karena menunggu sebuah hasil dari apa yang mereka tunggu sampai saat ini.      

Apakah Awan bisa sadar kembali? Atau dia akan tidak sadarkan diri selamanya?      

Batin Sekar dengan cemas melihatnya.      

Jigawaratur itu merentangkan kedua tangannya dan kemudian tubuh Awan melayang kembali ke udara sama seperti sebelumnya.      

Tubuhnya berputar dengan lambat dan di turunkannya kembali di hadapan Jigawaratur itu.      

Namun kali ini datanglah sosok Para Penanjur yang membawakan setangkai bunga juga mirip dengan Bunga Kehidupan namun warnanya berbeda.      

Warna dari Bunga Kehidupan itu adalah pelangi, kelopak dari bunga itu berwarna-warni. Tidak hanya warna mereka kekuningan, namun ada warna pelangi menghiasi kelopak bunga itu.      

"Itu adalah bunga paling langka pertama dan keduanya adalah Bunga melahirkanku. Bunga itu tidak pernah di pakai sebelumnya, karena pohon dari bunganya pun sudah tidak ada. Dulu Runci pernah menceritakan hal ini kepadaku, bahwa ada sebuah Bunga Kehidupan terlangka yang pernah ada, namun bunga itu tidak di lahirkan, melainkan disimpan di Temuran Abdi. Dan sekarang aku melihatnya, melihat Bunga Kehidupan itu sekarang di tangan Jigawaratur Temuran Urip!" seru Sekar bergetar mengatakannya.      

Tak lama setelah Para Penanjur itu memberikan kepada Jigawaratur itu. Jigawaratur itu langsung menancapkanya bukan di bagian dada dari Awan. Melainkan di punggung dimana bekas serangan dari Albert itu.      

Saat bunga itu di tanamkan disana, terlihat tubuh Awan langsung mengejang dan bergerak ke atas lagi dengan cepat berputar dan kemudian bunga itu melebur dalam tubuh Awan.      

Setelah itu tubuh Awan kembali lagi berdiri di hadapan dari Jigawaratur Temuran Urip itu. Namun kali ini kakinya menapak di atas tanah. Namun dalam posisi tubuh Awan menghadap ke arah Jigawaratur dan membelakangi para Roh.      

"Awan...!"     

Panggil Sekar secara tiba-tiba.     

----------------------     

"Aku tidak habis pikir bahwa terjadi hal yang seperti itu padamu!" ungkap Ejh dengan lesu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.