Kaisar Dewa

Ronde Kedua Penilaian



Ronde Kedua Penilaian

0

"Kekuatan… kekuatan dia… bagaimana mungkin?" Lin Ningshan menggigit bibir bawahnya sambil menatap Zhang Ruochen, ia sungguh tidak percaya terhadap apa yang baru saja ia lihat.

Lin Ningshan sama sekali tidak percaya terhadap apa yang ia lihat. Ia tidak bisa percaya betapa kuatnya Zhang Ruochen setelah menghabiskan tiga bulan untuk latihan.

Sebagian besar ksatria bisa mengerti seberapa kuatnya Zhang Ruochen, tetapi tidak ada seorang pun yang mengetahui tingkatan berapakah pengolahan yang ia miliki.

Pertama, ketika Zhang Ruochen menghentakkan kakinya ke tanah, ia mampu melempar batu sebesar 1.000 kg ke udara. Ini bukan hanya tentang kekuatan memantulkan benda.

Secara spesifik, Zhang Ruochen menyalurkan Tenaga Chi dari dalam tubuhnya dan menyuntikkannya ke dalam tanah. Kemudian, Tenaga Chi miliknya berubah menjadi gelombang kejut yang sanggup melemparkan batu di depannya.

Oleh karena terkena gelombang kejut yang berasal dari Tenaga Chi milik Zhang Ruochen, batu itu terangkat sampai satu meter tingginya.

Jika hanya menilai dari bagaimana cara Zhang Ruochen memantulkan batu tersebut, bahkan ksatria Penyelesaian dari Alam Kuning pun belum tentu mampu mengejutkan batu seberat 1.000 kg dan akhirnya terlempar setinggi 1 meter.

Penguasaan Zhang Ruochen terhadap Tenaga Chi benar-benar detail dan menyeluruh. Tidak diragukan lagi bahwa ia telah mengejutkan sebagian besar ksatria tangguh yang ada di Lapangan Kerajaan. Beberapa dari mereka bahkan merasa malu saat membandingkan kekuatan miliknya dengan apa yang ditunjukkan oleh Zhang Ruochen.

Mengejutkan batu berukuran 1.000 kg dari tanah sudah cukup sulit. Apalagi menangkap batu yang dilemparkan ke udara setinggi lima meter dengan tanpa terjadi kerusakan sama sekali adalah bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh ksatria dari Alam Kuning.

Oleh karena Zhang Ruochen berhasil mengatur Tenaga Chi miliknya dan mengubahnya menjadi gelombang kejut yang disalurkan di batu itu, maka tingkat kerusakan yang mungkin tercipta akibat tekanan dari batu besar itu dapat dikendalikan dengan baik.

Itulah yang menjadi alasan mengapa Zhang Ruochen mampu menangkap batu yang jatuh itu dengan mudah.

Hanya ksatria Seni Bela Diri yang cukup tangguh yang mampu mengidentifikasi teknik yang dilakukan oleh Zhang Ruochen. Sebab beberapa ksatria Seni Bela Diri yang berada di tingkatan yang lebih tinggi mampu menemukan alasan di balik kekuatan dan penampilan Zhang Ruochen, mereka tentu saja sangat terkejut dan menemukan bahwa Zhang Ruochen benar-benar tangguh.

"Penguasaan Pangeran Kesembilan terhadap tenaga Chi miliknya adalah lebih baik daripada para ksatria yang berada di Alam Hitam!" para penonton mulai membandingkan kekuatan Zhang Ruochen dengan para ksatria di tingkatan yang lebih tinggi.

Seorang jenius Seni Bela Diri telah bangkit!

Lalu Zhang Ruochen keluar dari arena Seni Bela Diri. Ketika ia melewati Lin Ningshan, Lin menatapnya dan berkata, "kau benar-benar pandai menyembunyikan tingkat pengolahanmu! Apa kau ingin menghinaku? Kukatakan padamu, kekuatan seseorang dapat meningkat dengan cepat karena ia menggunakan sumber daya!

"Namun, jika hanya meningkatkan kekuatan, itu tidak menjamin bahwa kau akan menang ketika bertarung dengan ksatria yang sesungguhnya. Penilaian Akhir Tahunan baru saja dimulai, kau akan melihat perbedaan yang jelas antara kita nanti!" Lin Ningshan menambahkan.

Tetapi, Lin Ningshan tidak dapat mengelak bahwa Zhang Ruochen memang sangat brilian dalam mengolah dan menguasai Tenaga Chi. Lantas, ia berpikir bahwa Zhang Ruochen hanya beruntung karena mampu mengolah dan menguasai Tenaga Chi dengan baik oleh sebab ia menggunakan sumber daya latihan.

Faktanya, meski seorang ksatria biasa menggunakan Pil, di situ terdapat kemungkinan bahwa ia akan menjadi cukup kuat.

Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lin Ningshan. Ia memilih mengacuhkannya dan berjalan menuju Selir Lin.

"Bu, aku berhasil!" ungkap Zhang Ruochen.

Berdiri di antara para selir-seli lain, penglihatan mata Selir Lin menjadi samar-samar seolah ada kilatan cahaya yang baru saja mengenainya. Tubuhnya bergetar saat mencoba mengeluarkan suara, "Chen-er…? Apa kau Chen-er ku?"

Selir Lin memeluk Zhang Ruochen erat-erat, ia mulai menangis.

Ia telah menunggu begitu lama untuk dapat melihat Zhang Ruochen menjadi seseorang ksatria.

Selir Lin berpikir bahwa Zhang Ruochen tidak akan pernah menjadi seorang ksatria. Ia tidak percaya bahwa hari ini Zhang Ruochen menunjukkan yang sebaliknya. Zhang Ruochen bukan saja seorang ksatria, ia adalah ksatria muda yang tangguh! Ia berhasil membuat para penonton yang berada di Lapangan Kerajaan tercengang dan tidak seorang pun dari mereka yang berani menghinanya. Tidak lagi, tidak sejak ia menunjukkan apa yang ia bisa capai.

Selir Lin hanya menginginkan sesuatu yang sederhana – dipandang sejajar dan sikap adil.

Bagi para selir, pelayan wanita dan para orang-orang kasim yang menyaksikan Zhang Ruochen yang dahulunya adalah seorang pecundang, sekarang ia berubah menjadi ksatria muda yang tangguh, mereka akan mengingat itu baik-baik di kepala. "mulai sekarang, kita harus berhati-hati jika berbicara mengenai Selir Lin demi keselamatan diri kita sendiri!"

"Ya!"

Komandan Pangeran Yunwu seketika berdiri, menatap Zhang Ruochen dengan bangga, "Anak kesembilanku! Aku sangat bangga akhirnya kau berhasil. Tidak ada kata telat untuk belajar. Apapun hasil yang kau dapat pada Penilaian Akhir Tahunan, Keluarga Kerajaan akan tetap menggelar pesta selama tiga hari untuk merayakan keberhasilan proses pengolahanmu! Ruochen, sini nak. Aku ingin melihatmu dari dekat!"

"Chen-er, ayo! Cepat kau temui ayahmu!" ucap Selir Lin sambil menangis.

Selir Lin menghapus air matanya. Ia menggandeng tangan Zhang Ruochen dan berjalan menuju Komandan Pangeran Yunwu.

"Selamat siang, Yang Paling Mulia!" Selir Lin dan Zhang Ruochen berkata bersamaan.

Komandan Pangeran Yunwu melihat lekat-lekat Zhang Ruochen dan bertanya, "Aku menebak bahwa tingkat pengolahanmu berada di Tingkatan Fajar dari Alam Kuning…?"

Selama ronde pertama penilaian, Zhang Ruochen benar-benar mendemonstrasikan kekuatannya. Tentu saja ia tidak dapat menyembunyikan tingkat pengolahannya di mata Komandan Pangeran Yunwu.

Zhang Ruochen merespon, "Benar sekali, Rajaku!"

"Proses tingkat pengolahan dari titik nol dan sekarang berada pada Tingkatan Fajar dari Alam Kuning, kau berhasil mencapai itu dalam tiga bulan adalah bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh para ksatria lain. Ruochen, apa yang kau lakukan tiga bulan terakhir? Apa kau mendapat sesuatu yang spesial baru-baru ini?" tanya Komandan Pangeran Yunwu.

Zhang Ruochen menjawab dengan sopan, "Yang Paling Mulia, saya memang mendapatkan sesuatu yang spesial, namun itu adalah rahasia yang saya miliki. Saya harus menjaga rahasia ini dan tidak membocorkannya kepada siapa pun."

Ratu menjadi kesal dengan respon Zhang Ruochen. Ia berteriak, "Beraninya kau! Yang Paling Mulia adalah ayah kandung mu, rahasia apa yang ingin kau sembunyikan dari ayahmu?"

Komandan Pangeran Yunwu menengahi mereka dengan mengangkat tangannya. Itu membuat ratu berhenti berbicara. Kemudian, ia menatap Zhang Ruochen dan mengapresiasinya, "setiap ksatria memiliki rahasianya sendiri dalam melakukan pengolahan. Jika kau tidak ingin mengatakan tentang itu, aku tidak akan memaksamu. Cukup bekerja lebih keras untuk Penilaian Akhir Tahunan di tahun-tahun mendatang. Aku akan sangat senang menanti progres darimu!"

Selanjutnya yang berada di dalam arena Seni Bela Diri adalah Putri Kesembilan Komandan.

Putri Kesembilan Komandan, Zhang Yuxi, memiliki perawakan yang tinggi, seorang gadis berkulit cerah, ia benar-benar memiliki pembawaan diri yang elegan.

Ia lebih tua satu hari daripada Zhang Ruochen. Ia memiliki talenta Seni Bela Diri dan kecantikan yang hampir sama dengan Lin Ningshan. Zhang Yuxi adalah salah satu dari empat yang tercantik di Yunwu Commandery. Ia dan Lin Ningshan dipanggil sebagai "Dua Gadis Tercantik di Kota Yunwu".

Putri Kesembilan Komandan berada di depan batu nomor 10. Ia mengangkat dan melemparnya sejauh 13 meter. Sepertinya, kekuatan milikinya adalah lebih lemah daripada Lin Ningshan, dimana Lin Ningshan sanggup melempar batu nomor 10 dua meter lebih jauh.

Zhang Yuxi mengerutkan dahi dan keluar dari arena Seni Bela Diri. Ia berdiri di samping Zhang Ruochen dengan senyum yang khas, "Saudara kesembilan, berhati-hatilah denganku jika kita sedang berburu di Gunung Raja. Aku adalah salah satu lawanmu!"

Sebagaimana Zhang Ruochen dan Zhang Yuxi berada pada kisaran umur yang sama. Mereka sering menghabiskan waktu bersama semasa muda. Setelah Zhang Yuxi mendapatkan Tanda Suci, ia harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berlatih Seni Bela Diri dan hubungan mereka menjadi renggang, tidak lagi cukup dekat dengan sebelumnya.

Zhang Ruochen merasa lebih asing terhadap Zhang Yuxi saat ini, karena Zhang Ruochen yang sekarang adalah berasal dari kehidupan sebelumnya. Ia tidak memiliki ingatan apa-apa tentang Zhang Yuxi. Maka ia tidak banyak berkata-kata dan hanya mengangguk sebagai respon dari ucapan Zhang Yuxi.

Ksatria selanjutnya yang melangkah masuk ke arena Seni Bela Diri adalah Pangeran Kedelapan, Zhang Ji.

Semenjak Pangeran Kedelapan telah berada di Tingkatan Fajar, ia merasa bahwa dirinya akan dengan mudah mengalahkan Zhang Ruochen dan dapat membuat Komandan Pangeran Yunwu menjadi bangga pada Penilaian Akhir Tahunan.

Apa yang terjadi adalah performa yang ditunjukkan oleh Zhang Ruochen begitu memukau dan itu membuat nyali Zhang Ji mendadak ciut.

Zhang Ji berada di bawah tekanan dan mulai mencuci otaknya sendiri. "Aku harus mengangkat batu nomor 10! Zhang Ruochen adalah pecundang. Jika ia bisa melakukannya, maka aku pun demikian!"

Pangeran Kedelapan Zhang Ji baru saja mencapai Tingkatan Fajar dari Alam Kuning dan tidak menyangka bahwa ia harus mengangkat batu nomor 10. Namun, ia tidak boleh sampai kalah dengan Zhang Ruochen. Maka, mengalahkan Zhang Ruochen adalah motivasinya dan ia sungguh-sungguh ingin mengangkat batu berukuran 1.000 kg itu.

"Ayolah!"

Pangeran Kedelapan mulai menggenggam batu yang berukuran besar. Setiap otot-otot ditubuhnya terlihat keluar dan batu besar itu mulai terangkat perlahan.

Akhirnya batu itu terangkat setinggi setengah meter. Namun ia terpleset lalu batu yang ada di genggamannya lepas, dan "Brukk!"– tumpukan batu itu jatuh mengenai kaki Zhang Ji.

"Oh!"

"Kakiku… tolong! Tolong bantu!" Pangeran Kedelapan berteriak seperti seseorang yang hendak mati.

Batu yang terjatuh itu membuat kaki Zhang Ji retak.

Ia menyeringai sambil menahan rasa sakit. Ia terjatuh seperti babi mati di tengah-tengah arena Seni Bela Diri. Apa yang ia dapatkan tidak seperti apa yang ia rencanakan sebelumnya.

Dua penjaga keamanan berlari ke dalam arena Seni Bela Diri. Lalu memindahkan batu besar itu dan menggendong Zhang Ji untuk mendapatkan perawatan.

Selanjutnya, ada beberapa ksatria muda yang memasuki arena Seni Bela Diri.

Para ksatria itu semuanya berusia di atas 16 tahun. Mereka adalah para jenius yang dipilihkan untuk mewakili keluarga cendekia lainnya. Sebagian besar dari mereka dapat dengan mudah mengangkat 1.000 kg batu.

Dari beberapa ksatria, ada tiga yang paling tangguh. Ketiga dari mereka telah mencapai Tingkatan Akhir dari Alam Kuning dan dapat melempar batu nomor 10 sejauh 20 meter.

Pangeran Kelima, yang berusia 19 tahun dan berada di Tingkatan Akhir dari Alam Kuning dapat mengangkat 1.000 kg batu dan melemparnya sejauh 20 meter.

Pemuda berusia 17 tahun, Situ Linjiang adalah ksatria termuda dari Keluarga Situ. Ia juga mencapai Tingkatan Akhir dari Alam Kuning dan dapat melempar batu nomor 10 tiga meter lebih jauh daripada Pangeran Kelima.

Xue Kai, berusia 19 tahun, adalah cucu dari menteri. Ia juga mencapai Tingkatan Akhir dari Alam Kuning. Ia satu-satunya yang mencetak rekor dan melempar batu itu 24 meter jauhnya.

Selain Zhang Ruochen, Lin Ningshan dan Putri Kesembilan Komandan Zhang Yuxi, performa dari tiga ksatria ini sangat memukau di ronde pertama penilaian kekuatan fisik.

Selanjutnya, itu adalah ronde kedua penilaian – Berburu di Gunung Raja.

Hanya para ksatria yang mampu mengangkat batu nomor 10 yang lolos pada tahap selanjutnya yakni ronde kedua penilaian.

Ada sekitar 43 ksatria yang mampu mengangkat batu nomor 10 di ronde pertama.

Para penjaga membawa 43 kuda-kuda bertanduk ke dalam Lapangan Kerajaan. Setiap kuda-kuda itu terlihat seperti anak gajah, mereka menggunakan armor berwarna perak dengan tanduk seperti unicorn.

Di punggung kuda-kuda bertanduk itu terdapat panah berukuran satu meter dengan lima Anak Patah Petir.

Seorang Menteri berdiri di atas batu dan mengumumkan dengan keras, "Kalian semua telah menunjukkan kemampuan masing-masing saat mengangkat batu seberat 1.000 kg. Sekarang kalian telah dipercaya mampu untuk bertarung melawan binatang buas level satu. Tetapi, kekuatan binatang buas level satu adalah lebih tangguh daripada yang pernah kalian bayangkan. Lebih-lebih, kecepatan mereka adalah sama kencangnya dengan petir.

"Dengan kempuan kalian, kalian tidak akan mampu membunuh seekor binatang buas dengan menggunakan teknik Seni Bela Diri. Maka, kami memberikan lima Anak Panah Petir, dengan menggunakan itu, kalian akan mampu melumpuhkan dan membunuh binatang buas.

"Setiap dari kalian akan diberikan lima anak panah. Semakin banyak binatang buas yang dibunuh, dan semakin kuat binatang buas yang kalian bunuh, maka semakin tinggi pula hasil yang akan kalian dapatkan. Hanya para ksatria yang mampu membunuh binatang buas yang dapat melanjutkan ke ronde ketiga – Kompetisi Seni Bela Diri.

"Gunung Raja adalah sangat berbahaya dimana itu bisa saja menghilangkan nyawamu. Jika kau bertemu dengan seekor binatang buas level dua, tolong hindari dan lari!" menteri mencoba memperingatkan.

"Berburu di Gunung Raja dimulai!"

Lin Ningshan duduk di atas kuda bertanduk dan menunjukkan postur tubuh yang elegan saat kuda itu mulai bergerak, "Sepupuku, aku mengaku bahwa hasil dari penilaian kekuatanku sangat buruk. Sekarang adalah giliranku menunjukkan yang sesungguhnya! Aku berharap kau dapat menjadi lawan yang sepadan di ronde kedua ini!"

"Hiyaa!"

Lin Ningshan menarik tali yang terikat pada kuda bertanduk miliknya, seketika itu mengagetkan kuda hingga akhirnya kuda itu berlari menuju Gunung Raja.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.