Shadow of Love

Mengapa kamu tidak mengatakannya padaku



Mengapa kamu tidak mengatakannya padaku

0"Apakah kamu punya waktu ? aku ingin berbicara empat mata denganmu … bisakah kita pergi ke kafetaria sebentar ??!". tanya hans dengan suara lembut, pandangan matanya tampak terus menatap kearah anita menyelidik. bagai sedang meneliti setiap detail tubuh anita dengan seksama.     

Anita menelan ludahnya dengan panik. wajahnya berubah memucat. "M-Maaf pak hans .... S-saya sedang sibuk. kebetulan banyak sekali pekerjaan yang harus segera saya selesaikan hari ini" jawab anita sopan. ia tampak sengaja menempelkan bagian perutnya pada tepi meja kerja didepannya. untuk menyembunyikan perut buncitnya agar tidak terlihat oleh hans. jantungnya berdegup dengan kencang. merasa gugup setengah mati.     

Sekian detik kemudian ...     

"Kenapa kamu terus menatapku seperti itu?. apakah ada sesuatu diwajahku" tanya anita spontan. berbicara informal, tidak memanggil hans dengan sebutan bapak lagi. ia seolah lupa dengan posisinya kini. mulai menanggapi hans biasa saja. membalas menatap hans didepannya dengan tatapan lugas, anita mengusap tepi bibirnya secara hati-hati dengan tangannya. menerka-nerka dalam hati, apakah mungkin lipsticknya belepotan atau tidak rapi. jika saja hans tidak sedang berada dihadapannya kini. tentu ia akan mengambil cermin kecil didalam tas-nya untuk memeriksa sendiri apa yang sebenarnya ada diwajahnya. 'Sebenarnya ada masalah apa sih nih orang. bukannya jawab malah terus ngeliattin aku. macam aku ini barang antik prasejarah aja huh'. Anita mulai merasa kesal dengan tatapan aneh hans padanya.     

"Ahh sorry. btw lipstick kamu baik-baik saja kok nit. you're absolutely beautiful as always "     

"Bisa gak... ngomongnya biasa saja. " jawab anita ketus.tidak ingin menanggapi pujian hans yang kini terdengar basi.     

"Galak amat. tapi beneran. kamu tambah cantik sekarang nit"     

Anita langsung mendengakkan wajahnya keatas. balas menatap dengan tajam kearah sosok lelaki tinggi yang tampak begitu mempesona dan hanya berjarak sekian inches didepannya. "Simpan saja pujianmu itu untuk kekasihmu sirena. kamu tidak perlu bersusah payah memujiku sekarang. karena sudah tidak ada gunanya lagi."     

Hans tampak terhenyak seketika dengan jawabban sinis anita. namun bukan hans jika langsung menyerah dengan keadaan. ia segera menundukkan wajahnya mengimbangi posisi wajah anita lalu berbisik lirih. "Kamu tidak boleh berkata seperti itu... siapa bilang pujianku sudah tidak ada gunanya lagi. bukankah pengadilan belum memutuskan tentang perceraian kita.jadi pada dasarnya saat ini kita masih pasangan suami-isteri. wajar saja jika suami memuji kecantikkan isterinya khan "     

"Dasar tidak tahu malu ! sudah. aku tidak punya waktu untuk meladeni kamu lagi. pergi sana. aku harus bekerja kembali."     

"Ahhh begitu yaa … baiklah, aku mengerti…" jawab hans pelan sambil menganggukkan kepalanya. seolah dapat mengerti dengan situasi anita sekarang ini. namun detik selanjutnya, tiba-tiba hans mendekatkan kembali wajahnya tepat didepan wajah anita kemudian sengaja berbicara dengan nada mesra "emm , kalau begitu aku akan menunggu hingga pekerjaanmu selesai. mumpung aku sekarang sedang free" ucap hans santai dengan menunjukkan wajah penuh rasa percaya diri khas dirinya. senyum simpul tampak menghias wajah tampannya.     

Hembusan nafas hans yang hangat menyentuh kulit wajah anita, membuat anita membeku seketika. bulu kuduknya seolah meremang. ia tidak dapat menyembunyikan rasa paniknya mendengar hans berkeras ingin menunggu. namun ia berusaha bersikap tenang dan tidak gentar dengan godaan sekaligus ancamanhalusdari hans itu.     

Hans tampak sangat menikmati perubahan ekspresi wajah anita yang terlihat kesal padanya.tentu saja ia tidak akan menyerah dengan penolakan isterinya itu begitu saja. dalam hatinya timbul rasa penyesalan. mengapa saat itu dia begitu bodoh dan bertindak impulsive tanpa berpikir matang terlebih dahulu.     

'Hah. bodohnya aku ! kenapa aku harus mengalah pada si brengsek prastian itu! bukankah faktanya anita sudah menikah denganku. aku hanya perlu bersabar saja menghadapinya. membuatnya perlahan-lahan jatuh cinta padaku. seperti pasangan jaman dulu yang menikah dengan perjodohan. tohh pada akhirnya mereka mempunyai banyak anak dan hidup bahagia hingga tua.’ seribu penyesalan kini mendera perasaan hans. yang demikian bodoh telah melepas anita untuk prastian begitu saja. setelah perjuangan panjangnya selama ini.     

"Terserah kamu saja kalau begitu …" jawab anita ketus. ia dapat melihat tatapan mata hans yang seolah dipenuhi dengan bahaya. bibir tipisnya yang seksi sedikit melengkung , menampilkan senyum licik yang menakutkan.     

"Tenang saja. aku tidak akan menganggumu. kamu focus saja menyelesaikan pekerjaanmu. anggap saja aku sedang tidak ada disini " mata hans melirik kearah wajah anita yang tampak polos dan mulai menunjukkan rasa kesal padanya.     

Hufft. bagaimana mungkin aku bisa focus bekerja dan menganggapmu seolah tidak ada disini !jika wajahmu saja sudah memenuhi layar laptopku dan membuatku merinding begini !     

Anita mengatur nafasnya perlahan. mencoba untuk berpikir jernih dan berusaha memikirkan cara untuk kabur dari situasi awkwardnya.     

"Sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan ? jika memang sangat penting dan mendesak, kamu bisa bicara sekarang tidak perlu menunggu nanti. aku akan mendengarkan …"     

Akhirnya anita dapat menguasai dirinya sendiri. ia memilih untuk mengalah pada hans. menginggat posisinya kini memang tidak menguntungkan. ia berusaha bersikap tenang dengan tetap bertahan pada posisi duduk tegap dan berbicara straight. to the point pada hans.     

Hans menengok kearah kanan dan kirinya. melihat situasi disekitarnya, ia dapat melihat beberapa pasang mata karyawan lain kini sedang diam-diam mencuri pandang kearah mereka berdua. membuat ia merasa tidak nyaman sendiri.     

"Mari kita keluar sebentar nit… kurasa kita tidak dapat membicarakan masalah private ini disini …" ucap hans lirih, sambil mengkode anita dengan melirikkan matanya kearah kubik karyawan disebelahnya yang tampak sedang mencuri pandang kearah mereka berdua.     

Anita tersenyum samar. dengan ekspresi wajah tidak terbaca. lalu berkata "Maaf pak. saya tidak bisa seenaknya pergi meninggalkan ruangan pada jam kerja begini. ini sangat tidak etis dan tidak professional, karena saya mendapat gaji dari perusahaan ini, jadi saya harus patuh dengan rules perusahaan." Anita sengaja menjawab dengan gaya formal kembali. seraya menunjukkan sikap menantang. memanfaatkan rasa tidak nyaman hans.     

Hans mengangkat kedua alisnya sedikit, lalu tersenyum samar menatap anita yang tampak lantang menatapnya seolah sedang mengenggam kemenangan ditangannya. "Ahhh aku paham … baiklah kalau begitu kita akan bicarakan ini lain waktu saja. maaf sudah menganggu waktu kamu "     

"Tidak menganggu sama sekali pak… terima kasih atas pengertiannya " jawab anita datar. dengan wajah cuek ia kembali menatap kearah laptop didepannya.     

Hans tersenyum kecut memandangnya "kalau begitu aku pamit dulu nitt … tolong arranged waktu free untukku beberapa jam , kita harus bicara secepatnya, ini sangat penting..."     

"Baik… saya akan usahakan secepatnya pak …"     

"Kamu tulis pesan saja di whatsaap ku kapan waktu dan tempatnya. nanti aku pasti akan datang"     

"Iyaa !… saya paham pak… saya akan memberi kabar bapak secepatnya, "     

Hanskemudian melambaikan tangannya pada anita, dan segera pergi meninggalkan meja kerja anita. sementara direktur yang melihat hans sudah selesai berbicara dengannya langsung menghambur untuk mengantarnya ke lift menuju ke lobby bawah sana. dan pulang kembali ke perusahaannya sendiri.     

Setelah melihat hans benar-benar sudah pergi meninggalkan kantornya. anita lalu kembali dengan rutinitasnya. anita tampak tidak dapat focus untuk mengerjakan laporannya kembali. wajahnya seketika berubah jutek dan merasa frustrasi sendiri !… Persetan dengan laporan ini ! sebenarnya apa yang ingin ia bicarakan denganku. bukankah ia bisa katakan saja langsung pada pengacara jika ia punya keberattan atau permintaan tentang urusan perceraian ?. lagian bukannya aku juga tidak menuntut apapun darinya. jadi apa yang menjadi masalah ? umpat anita dalam hati. sembari tangannya yang terampil tetap membuat laporan harian seadanya saja.     

***     

Jam pulang kantor tiba, …     

Seperti biasanya anita berjalan santai meninggalkan kantor menuju kearah lift yang akan membawa ia dan rekan kerjanya yang lain menuju lobby bawah. untuk pulang kemudian kembali kerumah mereka masing-masing.     

Akhir-akhir ini sejak usia kandungannya menginjak usia enam bulan. anita memilih untuk berangkat kekantor dengan menggunakan MRT, karena ia berpikir bisa sambil berangkat dan pulang bekerja sambil berolah raga berjalan ringan, ia telah berkonsultasi dahulu pada dokter kandungannya, dan dokter juga menyarankan itu padanya karena bagus untuk kesehatan janin yang dikandungnya.     

Anita lalu meninggalkan kantor menuju lobby bawah, dan bermagsud berjalan kearah trotoar menuju ke halte MRT terdekat seperti biasanya.     

Ia menggesek kartu identitas untuk access pintu keluar kantor     

"Nita....!!. " Suara yang tidak asing memanggilnya dengan lantang. Anita auto melihat kearah sumber suara yang memanggilnya. ia dapat melihat hans tampak berdiri mematung dan terus menatap kearahnya dengan ekspresi wajah terkejut.     

Anita terlalu shocked hingga tidak bisa membuka mulutnya untuk berbicara sepatah katapun. selama beberapa menit lamanya mereka hanya berpandangan tanpa suara.     

Meskipun terlambat dengan buru buru anita sengaja meletakkan tas kerjanya didepan perutnya. berharap hans tidak melihat perbedaan bentuk tubuhnya sekarang ini. sambil kakinya reflect melangkah kebelakang. berusaha memperjauh jarak diantara mereka.     

Dengan langkah tegap hans justru berjalan semakin mendekat menghampirinya. membuat anita semakin gugup setengah mati. tangannya terlihat gemetar hebat.     

Hans kini telah berdiri tepat didepannya dengan wajah bingung dan terus menatapnya lekat.     

"A-Aku harus buru buru pulang… ". kata anita panik, sambil berjalan menjauhinya. namun hans segera menangkap satu tangan anita dan mengenggamnya erat. dengan segenap kekuatannya ia seolah berusaha menghentikan langkah anita agar tidak dapat kabur darinya. "Katakan padaku. Apa yang terjadi nita...." tanya hans pelan, dengan suara parau yang terdengar bergetar. seakan sedang menahan tangis dan kesedihan yang dalam. membuat bulu halus disekujur tubuh anita meremang ketakuttan sendiri.     

Anita hanya terdiam seribu bahasa. dan terus menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak berani menatap balik kearahnya. "Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku nitt …?!" ucapnya lagi dengan pilu.     

Anita tahu. Hans telah melihat dengan jelas kehamilannya. wajahnya begitu muram dan tegas bagai seorang hakim yang kini sedang menuntut penjelasan darinya. "A-Aku …" tenggorokan anita bagai tercekat. tidak mampu untuk melanjutkan ucapannya lagi. ia merasa tubuhnya mendadak lemas seperti tidak bertulang, anita tampak akan meluruh dan jatuh dilantai, namun dengan gerakan reflect hans langsung menangkap dan memeluk anita dengan erat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.